webnovel

Mimpi atau nyata?

"Uuhhfftt" Helaan napas tanda kepuasan dan lega Tanka tiduran lagi didalam gubuk sana, busana yang sudah setengah kering pun sudah melekat kembali di tubuhnya. Dua laki-laki tadi pergi dengan tergesa-gesa karena setelah selesai ada beberapa orang lewat sekitar gubuk sana, bahkan Tanka tidak sempat berkenalan dengan dua laki-laki tadi yang telah membuatnya kehilangan kontrol diri.

Sensasi lega sehabis ngeluarin air mani gak perlu di ragukan lagi, paling enak memang tidur. Dia ketiduran lagi di gubuk itu sampai matahari mau tenggelam barulah bangun.

Duduk sejenak kucek-kucek mata sambil berpikir "Mimpi atau nyata tadi ya?"

Rasanya seperti orang ling-lung kemudian turun dari gubuk dan melihat ke tempat dimana dia bermain seks dengan dua pria tadi.

"Brrrr geli akh!" bergidik sendiri masih mengira mimpi kemudian bergegas pulang.

____

"Aku pulang ..." Ucapnya memasuki rumah tidak melihat ibunda, ia lalu bablas jalan ke arah dapur.

Dilihatnya ibunda terkapar di lantai, cepat-cepat ia membantunya bangun "Astaga Nda, bunda kenapa? Apa yang terjadi Nda?"

"Bunda gak kenapa-napa Tan, kok kamu udah sore begini baru pulang?" wanita paruh baya bernamakan Maria itu seperti menutupi sesuatu.

"Penyakit bunda pasti kambuh lagi ya?" Terka Tanka sambil membantu bundanya duduk di kursi dan mengambilkan air minum.

Tanka lalu menyadari kalau ruangan rumahnya ada yang tidak beres.

"In-ini? Ini kenapa banyak barang-barang berantakan amburadul begini ya Bun?"

"Itu tadi ada ayam tetangga masuk rumah, bunda usir-usir eh ayamnya malah beterbangan kesana kemari" jawab Maria.

"Oh ..." Tanka lalu melihat ada benda miliknya di suatu arah, celengan klasik berbahan dasar tanah liat berbentuk harimau miliknya pecah di lantai dan isinya sudah tidak ada.

"In-ini? Kenapa tabung ajaibku udah pecah begini Bun?" Tanka sambil mengorek-ngorek isi dalamnya karena benda itu pecahnya tidak total, kepala harimau masih berbentuk sempurna.

Maria menundukkan kepala, ia tahu celengan itu dimiliki Tanka sedari Tanka masih Sekolah dasar. Sangat lama bukan? Bahkan isi celengan itu sudah penuh.

"Maafin Bunda ya Tan, tadi ..."

"Apa yang terjadi sebenarnya nda? Bilang ke Tanka!" Nada suara Tanka meninggi terdengar marah tapi bukan marah prihal uang celengan yang di pakai bundanya, tapi marah melihat isi rumah benar-benar seperti kapal pecah seakan sengaja ada yang mengobrak-abrik.

Tanka lalu melihat ternyata ada memar di siku Bundanya dan beberapa bagian tubuh lain "Nda! Siapa yang melakukan ini sama Bunda!"

"Bukan siapa-siapa Tan, Bunda tadi terpeleset lalu jatuh" bohong Maria.

Maria paling takut kalau anak-nya sampai tahu masalahnya apa, karena biang masalahnya sebenarnya berada di Tanka. Sedari kecil Tanka memang sangat Nakal, selalu membuat masalah disana-sini tapi bukan karena tidak ada sebab. Maria tidak bisa marah ulah nakal Tanka karena ia sendiri tidak bisa menjawab setiap kali Tanka bertanya 'Siapa ayahku dan dimana ayahku?'

Saat masih kecil Tanka selalu di ejek, olok, hina, cemooh oleh anak-anak tetangga dengan kata kiasan--anak ampang (Anak haram) Bukan dari kalangan anak-anak saja yang menghinanya, para tetangga yang gak ngotak pun setega itu mencemooh Tanka dengan sebutan anak haram, anak-nya jablay, anaknya Lonte, anak gak punya bapak, anak setan dan bla bla bla. Bagaimana Tanka gak marah kan?

Tanka selalu ngamuk menghajar siapapun yang berani terang-terangan menghinanya dan menghina Bundanya yang pada akhirnya dia kebablasan selalu memakai kekerasan.

Awal ceritanya Maria dulunya sudah menikah dengan laki-laki dari kampung situ juga, tapi ia tak kunjung hamil lalu di ceraikan oleh suaminya karena suaminya dulu sudah sangat ingin memiliki anak. Setelah status sudah menjadi Janda kembang, Maria pergi merantau ke ibu kota. Entah pekerjaan apa yang Maria geluti Setelah satu tahun dia pulang kampung lagi dan membawa Tanka yang masih bayi.

Banyak olokan disana-sini berkata Maria si janda kembang pergi ke kota bukan untuk kerja tapi nge-jablay, ngelonte! Buktinya Maria pulang merantau membawa bayi.

Tapi siapa yang bakal tahu kalau sebenarnya tidak seperti yang orang-orang simpulkan? Tanka sebenarnya bukanlah Anak kandung Maria.

Kini, Tanka yang asal-usulnya masih misteri sudah tumbuh besar disekelilingi warga desa yang Toxic dan tidak pernah mendapat Figur dari seorang ayah.

"Gak usahlah bo'ong sama Tanka nda! Siapa orang yang datang kesini dan ngacak-ngacak rumah ini! Mau Tanka acak-acak balik orang itu!" Tanka masih menggerutu, berkacak pinggang tak jauh dari Bundanya yang duduk di kursi.

"Bukan siapa-siapa Tan"

"Lalu kenapa rumah acak-acakan begini? Gak usah bohong lah Nda! Siapa yang kurang ajar nyakitin bunda begini, bilang ke Tanka!"

"Semua ini yang salah bunda kok Tan, bunda gak bisa nepatin Janji sama mereka"

"Mereka siapa? Janji apa?"

"Bunda hutang uang sama mereka, dan ... bunda salah gak nepatin Janji Bunda"

"Ya tapi gak se'enak jidat juga mereka nagihnya lah Nda! Katakan ke Tanka, bunda hutang sama siapa? Orang mana dia?"

"Kalaupun kamu tau siapa orangnya lalu kamu mau ngapain Tanka?"

"Tanka mau acak-acak orang itu!"

"Hei, hei, gak boleh begitu Tanka, Bunda sudah berapa kali ngomong sama kamu, kamu jangan berantem-berantem lagi! Jangan bikin masalah lagi Tanka ... "

"Tanka gak terima Bunda disakitin begini!"

"Tapi gak boleh main kekerasan Tanka, kamu ini kenapa sih suka sekali berantem?!"

"Siapa juga yang suka berantem? Tanka cuma gak mau kita ditindas kok"

"Udah udah udah ... gak usah di bahas lagi. Ayo bilang ke bunda, kenapa kamu pulang sampai sore begini, kemana aja kamu?"

"Gak kemana-mana kok"

"Kamu habis berantem lagi?"

"Enggak bun"

"Gak usah bohong sama bunda, kamu habis berantem kan? ayo jujur"

"Enggak Nda, Tanka beneran gak berantem, sumpah"

"Terus itu dada kamu kenapa merah-merah begitu?"

"Eh," Tanka langsung melihat ke dadanya sendiri, memang ada bekas banyak cupang Riyan dan Rifin disana seperti lebam hitam kermerah-merahan. Tanka buru-buru menutupi dadanya yang memang sejak tadi kancingnya terbuka.

"Ayo jujur sama bunda, kamu habis berantem lagi kan?" Maria hendak melihat lebih jelas ke arah dada Tanka Yang sontak Tanka langsung berdiri.

"Enggak Nda Tanka gak berantem" Tanka lalu menghindar

"Jangan bohong sama Bunda, hei kesini dulu Bunda mau kasih obat merah dulu lukamu Tanka!"

"Gak usah Nda!" Tanka langsung kabur--masuk kedalam kamar.

'Anjir! Jadi ... yang tadi bukan mimpi?'