Theo tercekat menyadari bahwa pernyataannya sangat lemah dan tidak dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya. Maka dia hanya sanggup menggeleng tanpa kata.
"Dengar. Bisa jadi manusia yang ditangkapnya mati dan dia butuh tubuh baru untuk mencapai tujuannya" Kenatt ingin semua orang paham benang merah dari setiap kejadian.
"Diandra bilang Sergei, menyandra manusia. Dia masih hidup, jelas dia mengucapkan itu padaku" Theo tidak setuju dengan anggapan si manusia yang terperangkap di dimensi lain mati.
"Katakan dia masih hidup. Kalau dia dianggap tak berguna lagi? apa dia masih dibiarkan hidup begitu saja?"
"Apa maksudnya itu? mengapa tiba-tiba dia jadi tidak berguna?"
"Karena setelah dia mencoba merasuk, ternyata tubuh si manusia tidak cocok untuk dijadikan inangnya. Maka Sergei harus, mencari calon inang baru" jawab Kenatt super serius.
"Dua pendapat itu anggap saja sebagai peringatan untuk kita semua. Lagi pula Sergei, sudah menyebutkan tujuannya melalui Lucas. Kita tinggal mencari di mana Putra Marcus berada" sahut Kabil menetapkan target pencarian selanjutnya.
"Terakhir dikatakan anak itu tenggelam ke dalam sebuah danau. Kalau dia masih hidup, kita bisa berharap menemukannya di perumahan yang ada di sekitar danau. Siapa tahu salah satu warga setempat merawatnya" tambah Kabil disambut gelengan oleh Berta.
"Kalau itu yang terjadi, pasti Aleah dan Marcus sudah menemukan Putra mereka. Faktanya, sampai mati mereka belum menemukan Putra pertama mereka" Berta mengingatkan.
"Untuk apa kalian memusingkan itu? anak buahku akan menyelidiki jejak Putra Marcus" tegas Kenatt sambil memainkan ponsel pertanda dia baru saja memberikan perintah kepada bawahannya.
Tiga jam berlalu belum juga ada kabar dari bawahan Kenatt. Padahal Kenatt telah mengerahkan polisi dan juga detektif rahasianya.
Tok tok
Tok tok
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu markas dadakan Theodor dan kawan-kawan. Theo membuka pintu ruang perpustakaan pribadi keluarganya dan mendapati seorang pelayan menatapnya panik.
"Tuan Muda. Nyonya dan Tuan Besar memanggil Anda, ke ruang tamu"
"Apa ada yang datang?"
"Ya, sepertinya mereka dari pihak Kepolisian"
"Apa?" Theo cukup terkejut. Tidak biasanya kedua orang tuanya, berurusan dengan pihak berwajib. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? dia segera berlari ke arah ruang tamu, meninggalkan semua orang di ruang perpustakaan pribadi.
Theo memicingkan mata bingung ada apa dengan kedua orang tuanya dan orang yang datang bertamu itu? jelas dia melihat kepanikan terpancar di wajah Ibunya. Bahkan beliau selalu menyeka air matanya dengan sehelai tisu.
"Mom, ada masalah?" tanya Theo mengejutkan kedua orang tuanya.
"Duduklah Theo" sahut sang Ayah sambil mencoba menenangkan Istrinya.
"Mereka sedang mencari anak yang hilang" kata Ayah Theo mencoba untuk bersikap tenang.
"Anak yang hilang? Mom, Dad, siapa yang menghilang?" Theo duduk sambil menunggu penjelasan berikutnya.
"Nak, kau tau kan, kami sangat menyayangimu?" buru-buru si Ibu meraih telapak tangan Putranya dengan lembut.
Deg
Deg
Melihat reaksi Ayah dan Ibunya Theodor merasakan firasat buruk.
"Kami...Orang Tua angkatmu Theo" perlahan akhirnya Orang Tua Theo mengakui rahasia besar yang selama ini telah di tutupi rapat-rapat.
Theo merasakan seluruh tubuhnya menjadi sangat ringan. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Seluruh dunianya yang kokoh menjadi hancur berkeping-keping. Tak terasa air mata mulai merembes dari kedua mata Theo.
"Dengar" Ibu Theo langsung memeluk Putranya karena dia tak sanggup menahan rasa takut, kehilangan Putra semata wayangnya. Tubuhnya bergetar disela isak tangis Theo.
"Apa pun yang terjadi kau tetaplah Theo Putra kami. Tidak akan pernah berubah. Selamanya"
"Jadi, apa mereka sedang mencariku? Maksudku Orang Tua kandungku?" tanya Theo lemah.
Perlahan Ibu Theo melepaskan pelukan sambil menatap sayu Suaminya.
"Mereka bergerak bukan atas permintaan keluargamu. Tetapi atas inisiatif pihak yang berwenang" jawab Ayah Theo sambil menatap dua orang yang duduk berhadapan dengannya.
"Riche, Armian, kalian...di sini?" suara Kenatt tertahan sejenak melihat dua anak buahnya berada di depan mata.
"Kami mendapatkan informasi dari keluarga Lolita bahwa Putra Marcus dan Aleah tinggal bersama pasangan Suami Istri ini" kata Riche menjelaskan sebab kedatangannya bersama Armian.
"Lo-li-ta..." gumam Theo merasakan nama itu tak asing baginya.
"Jadi aku Putra Marcus? tetapi mengapa aku selalu memimpikan Lolita? mengapa dalam mimpiku, aku selalu menyebutnya Mom? Bukankah Momku Aleah?" Theo menuntut jawaban dari Armian dan Riche.
"Kalian bilang aku Putra Marcus yang tenggelam tetapi mengapa dalam ingatanku justru aku hampir terpanggang, di gudang rumahku?!" kali ini Theo menaikkan suara satu oktaf merasa tidak ada satu pun yang menjawab kekalutannya.
"Tenanglah dan dengar ini baik-baik. Keluarga Lolita bilang, Felix Sanders memang pernah tenggelam. Karena itulah Lolita berusaha keras untuk menyelamatkan nyawamu, Felix. Namun, waktu itu dia tidak tahu bahwa kaulah Putra Marcus yang di incar Sergei atasannya" sahut Riche mencoba menjelaskan.
"Dia tidak menanyakan namaku? Saat menemukanku?" tatapan tak percaya jelas dilayangkan untuk Riche.
"Akan sulit mengetahui identitas dari bocah yang kehilangan ingatan. Karenanya dia memanggilmu Lucky"
"Suatu hari turun perintah pencarian Felix Sanders. Sergei berencana setelah kau ditemukan, maka Lolita lah yang akan menyembunyikanmu dari kedua Orang Tua kandungmu. Dua bulan kemudian Sergei memberikan fotomu, dan menanyakan apakah anak yang dia temukan adalah dirimu?"
"Karena Lolita menyayangimu seperti anaknya sendiri, dia mengatakan bukan. Sejak itulah kau selalu disembunyikan di gudang rumah. Diam-diam tanpa sepengetahuan Sergei, Lolita menemui pasangan Suami Istri ini"
"Sampai di sini penjelasan saya. Selebihnya, saya rasa kalianlah yang berhak memberi penjelasan" kata Riche sambil menoleh ke Ayah dan Ibu Theo.
"Jelaskan mengapa justru kalian yang membesarkanku? mengapa kalian tidak membawaku kepada Marcus dan Aleah?" sayangnya Theo justru bereaksi dingin terhadap kedua Orang Tua angkatnya.
"Kami sudah lama menantikan kehadiran seorang anak, Theo. Tak disangka kami memiliki kesempatan untuk membesarkan seorang anak. Yang datang melalui Lolita. Dia memohon sambil menangis. Dia bilang, jika suatu saat nanti dia terbunuh, kami harus membawamu pergi sejauh mungkin dari tempat itu" kata Ibu Theo sendu mengenang almarhumah Lolita.
"Dan benar saja. Dua minggu setelah Lolita datang padaku, aku mendengar suara letusan senjata beberapa kali. Kami memberanikan diri datang ke rumah kalian dan kami melihat kau, sedang di cekik oleh seorang Wanita. Kami tak tahu identitas Wanita itu. tetapi kami berhasil membuat keributan yang membuat semua warga keluar dari rumah"
"Yang terpikirkan di kepala kami saat itu, Mommu meninggal dan kami tak tahu siapa Dadmu. Jadi kami berpikir kau anak yatim piatu. Karena itulah kami mengadopsimu sekaligus mengganti nama Lucky dengan nama Theodor agar orang yang berusaha membunuhmu kehilangan jejak. Lagi pula Wanita itu tidak melihat wajah kami" tambah Ayah Theodor.
"Lolita tidak mengatakan aku Putra Marcus?"
"Tidak. Dia hanya mengatakan kalau aku terbunuh, tolong lindungi Putraku Lucky. Hilangkan jejaknya agar para pemburu dan pembunuh itu tak dapat menemukannya seujung kuku pun" jawab Ibu Theo berharap Putranya mau mempercayai kebenaran yang dia utarakan.
"Ada dua kubu yang memperebutkanmu sebagai Putra Marcus? Yang satu menginginkan sesuatu darimu, dan yang lain ingin melenyapkan nyawamu?" gumam Kenatt mulai merasa kasus yang harus dia selidiki mulai terangkai sedikit demi sedikit seperti puzzle.