webnovel

Taman Air Merah

Theodor memilih pesta ulang tahun tak biasa. Theo dan kekasihnya Nauctha sebenarnya memilih Tovkla Water Park sebuah wahana taman air out door berada di Ibu Kota tetangga sebut saja Detulca. Namun, karena suatu hal yang tak terduga mobil yang mereka tumpangi mengalami masalah. Akhirnya mereka liburan di Winter Water Park sebuah wahana taman bermain out door yang di dominasi warna putih dan biru di kota kelahiran mereka, bernama Alustra. Teror dimulai ketika mereka akan mencoba wahananya. Seorang hantu Wanita menyamar menjadi salah satu pengawas wahana taman bermain tersebut. Ada motivasi apakah sang hantu menampakkan diri pada mereka?

Yi_EunSha · Horror
Sin suficientes valoraciones
56 Chs

Diandra2

Akhirnya, kelima orang itu naik mobil Michella, menuju rumah Michella. Hati keempat Gadis yang baru saja turun dari mobil, berdetak sangat kencang. Jika benar Diandra ada di rumah Michella, mengapa ruhnya bergentayangan? mengapa dia tidak mencoba, untuk masuk kembali ke dalam raganya? Apa karena ruhnya kehilangan ingatan?

tetapi mengapa Diandra bisa hilang ingatan? Apa karena...seperti yang dikatakan Kabil? Diandra yang sekarat dimantrai? Pertanyaan demi pertanyaan berkecamuk dalam benak mereka hingga kini, mereka melangkahkan kaki memasuki rumah Michella.

Langkah mereka terhenti tepat, di depan pintu kamar berwarna biru tua. Michella membukakan pintu untuk mereka, mempersilakan ke empatnya masuk ke dalam.

Benar saja. Di dalam sana, Diandra Bouch terbaring koma. Banyak selang terpasang di tubuhnya termasuk oksigen yang terpasang di hidung Diandra. Suara ponsel Nauctha berdering membuyarkan lamunan Gadis itu.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Theo begitu Nauctha menerima panggilannya.

"Kami menemukan tubuhnya. Namanya Diandra. Diandra Bouch" bisik Nauctha setelah menjauh dari jangkauan Michella.

"Bagus. Kami akan kesana sekarang" tegas Theo memberi isyarat pada yang lainnya, untuk cepat bergerak. Theo mematikan saluran telepon, memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Langkahnya terhenti begitu si hantu muncul di depannya persis.

"Bisakah kau muncul tak mengagetkan orang?!" protes Theo menepuk-nepuk dada.

"Apa mereka menemukan jazad ku?"

"Mereka menemukan tubuhmu yang koma. Kau belum sepenuhnya mati. Jadi berjuanglah untuk tetap hidup dan kembali masuk ke ragamu"

"Biarkan aku ikut dengan kalian"

"Kau baru bisa keluar di malam hari Nona," kata Kabil mulai kesal dengan si hantu keras kepala.

"Aku bisa masuk ke sebuah benda. Jadi aku, akan aman di dalam benda itu. Bawa benda itu bersama kalian. Kumohon...," rengek sang hantu.

"mengapa kau tidak bilang dari awal bisa melakukannya?!" bentak Kabil di balas lirikan sedih dari si hantu.

"Kau bisa masuk ke dalam boneka?" tanya Kabil di balas dengan anggukan senang.

"Masuklah ke dalam boneka kelinci itu. Aku akan membawamu bersama kami" tambah Kabil. Dengan cepat sang hantu menghilang. Kabil berlari mengambil boneka yang berada di atas rak perapian. Kabil memasukkan boneka ke dalam tas ranselnya, lalu beranjak pergi bersama yang lainnya menuju rumah Michella.

Di rumah Michella, para Pria sudah masuk ke dalam kamar Diandra Bouch. Kabar baiknya, si tuan rumah sedang berbelanja camilan untuk Nauctha dan kawan-kawan.

"Kau tidak mau kembali ke dalam tubuhmu sendiri?" tanya Theo memerhatikan si hantu sedang meratapi nasibnya di pojokkan ruangan, jauh dari raganya terbaring. Perlahan tetapi pasti si hantu cantik tergerak untuk menyatukan roh dan raganya siap berjuang untuk bangun dari koma panjangnya.

dia berlari sekuat tenaga ke arah raganya yang terbaring tak berdaya tetapi sesuatu, menghalangi ruhnya untuk menyatu. roh Diandra terpental hingga menembus dinding kamar.

"Diandra kau baik-baik saja?!" panggil Theo lalu roh Diandra muncul menembus dinding tak berani untuk mendekat kembali.

Theo mendekati jazad Diandra yang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur dan dia melihat potongan ingatan Diandra. Dalam potongan ingatan tersebut, Diandra dan Marcus bekerja di rumah sakit Louis Castelo. Diandra Suster, dan Marcus Dokter di sana.

"Diandra di mana letak rumah sakit tempatmu bekerja? Kau mengingat hal lain?" tanya Theo setelah bisa menguasai diri melihat potongan masa lalu Diandra.

"Tidak. Jadi..., namaku Diandra? mengapa aku tidak ingat? Aku...bekerja di rumah sakit? Apa pekerjaanku?" tanya roh Diandra linglung. Energinya terkuras karena usaha, yang tak membuahkan hasil tadi.

"Namamu Diandra Bouch. Kau bekerja sebagai perawat di rumah sakit Louis Castelo. Kau tidak mengingatnya?" tanya Theo bingung. Jadi, meski roh Diandra tidak ingat apa pun, tetapi raga Diandra menyimpan banyak memori. Begitukah?

"Ini aneh. mengapa ruhnya tidak mengingat apa pun tetapi raganya menyimpan memori tentang masa lalunya?" kata Theo yang di dengar langsung oleh semua orang di sana.

"Kalau begitu kau dekati saja lagi raga Diandra. Dengan begitu kita bisa mencari tahu apa yang dialami Diandra sebelum koma" sahut Arletha menambahi.

"Aku akan berusaha. tetapi..., sedikit saja aku mendekat ke arahnya, tenagaku terasa banyak terkuras." Jawab Theo memejamkan mata sejenak karena dia merasakan pusing di kepalanya.

"Jangan membuatnya terlalu memaksakan diri. Dia, baru saja sembuh dari sakit." Protes Nauctha menatap kesal pada Arletha.

"Arletha benar. Kita tidak punya banyak waktu lagi. Ini bukan masalah, jangan di besar-besarkan Nauctha. Ku mohon" tegas Theo memprotes kekasihnya. Theo yang tadi sempat mundur beberapa langkah, karena melihat potongan ingatan Diandra, kini maju kembali berusaha mencari informasi tambahan.

"Diandra tolong katakan siapa orang yang bernama Marcus? Katakan di mana lokasi rumah sakit itu?" gumam Theo seolah mengajak bicara Diandra yang koma.

dia benar-benar melangkah mendekat ke arah Diandra. tampak ada potongan ingatan lain tersampaikan pada Theo. Karena dia tidak ingin terpukul mundur seperti di awal, dia pun menggenggam tangan Diandra kuat-kuat.

Perlahan...Diandra menjadi kunci awal, teka-teki misteri asal muasal keangkeran di Winter Water Park. Gambaran masa lalu Diandra terlihat kembali di mana Gadis bernama Diandra, masuk ke dalam sebuah rumah mungil yang indah.

Di dalam rumah itu, ada...dua Laki-laki dan seorang Wanita tengah baya sedang menatapnya cemas.

Mereka berusaha mengajak Gadis itu berbicara tetapi Diandra, tak menjawab sepatah kata pun. Dia malah menutup pintu kamarnya, mencari entah apa pun itu, yang pasti saat ini Diandra, mengacak-acak seluruh isi kamarnya. Hingga pada akhirnya dia menemukan sebuah map berwarna hijau muda.

dia segera memasukkan map hijau muda ke dalam balik bajunya lalu membuka kembali pintu kamar.

dia berjalan ke arah seluruh keluarganya. Sialnya, Theo tidak dapat mendengar apa yang sedang mereka katakan, pertengkaran macam apa yang mereka perselisihkan, dan ada masalah apa sehingga menyebabkan, seluruh anggota keluarga itu ribut besar.

Diandra berjalan secepatnya menuju ke arah pintu keluar, tetapi seorang Pria, tampak lebih tua tiga tahun darinya menghalangi jalan. dia berdiri tepat di depan pintu. Diandra mulai mengamuk menyadari seluruh anggota keluarganya tidak mengizinkan dirinya keluar.

Lebih mengejutkan lagi, Diandra sempat melemparkan vas bunga ke arah Pria itu untung saja, Pria tersebut mampu mengelak! Melihat kelakuan Putrinya, Pria tengah baya yang menatap kelakuan sang Putri terhadap Putranya di balik meja itu, segera berlari ke arah Diandra. dia menampar Diandra sekuat tenaga, dengan napas memburu. Ya, amarah sang Ayah mulai memuncak kini.

Kesempatan ini memberi peluang besar bagi Diandra melesat keluar dari rumah itu.

"Diandra" panggil Theo setelah melihat kejadian tak layak dia lihat. Sebagai orang asing, bagi Diandra maupun keluarganya. Theo menghampiri roh Diandra yang duduk diam, di atas lantai, tepat di pojokkan samping lemari pakaian.

"Diandra, aku memanggilmu. Kamu berpura-pura tak mendengarkanku?" kata Theo ikut duduk di samping roh Diandra.

"Ada ingatanku yang lain bisa kau lihat sekali lagi? Apa itu ingatan baik, atau buruk?" lirih sang roh kecut.

"Baik atau buruk semuanya adalah bagian dari hidupmu. Jika kau, ingin hidup terimalah saja. Kau bisa mengingat di mana rumah keluargamu berada?" Pertanyaan Theo membuat sang roh menatap Laki-laki itu ragu.

"Aku...mengingat sebagian kecil jalan menuju ke rumahku setelah sempat terlempar keluar tadi"

"Bagus. Kau tahu, benda apa yang kau bawa pergi saat kabur dari rumah?"

"Ada yang aku bawa? Aku tidak tahu tetapi...itu seperti sesuatu yang sangat penting. Aku memang merasa telah kehilangan sesuatu sejak awal. tetapi, aku lupa telah menghilangkan benda macam apa?"

"Kau bisa mencoba mengingatnya kembali?"

"Percuma. Ada sesuatu telah menghalangi ingatanku untuk kembali. Kurasa ada jalan pintas yang bisa kulakukan untuk mengembalikan ingatanku. Aku harus mencoba kembali masuk ke dalam ragaku" jawab roh Diandra memutuskan. Diandra berdiri bersiap berlari ke arah raganya. Kini dia benar-benar berlari lebih kencang dari semula.

"Hwaaaaaaaah!!" pekik Diandra terpental menembus dinding lagi.

Ceklek

Perhatian semua orang teralihkan dengan suara seseorang sedang membuka pintu kamar Diandra.

"maaf terlalu lama meninggalkan kalian" kata Michella tersenyum riang saat membuka pintu, sambil membawa dua tas jinjing ramah lingkungan, berisi makanan ringan sekaligus minuman botol.

Brugh!!

Senyum riang Michella berubah menjadi ekspresi kaget karena itu dirinya tanpa sadar menjatuhkan dua tas itu ke atas lantai.

"Diandra!!" pekik Michella berlari ke arah tubuh Diandra yang tiba-tiba saja mengejang hebat! Michella memencet bel di atas meja kecil, terletak di samping tempat tidurnya. Suara dua orang berlarian dari luar menuju ke arah kamar Diandra. Tak lama kemudian mereka sudah berlari memasuki kamar, memeriksa sekaligus berusaha menstabilkan keadaan Diandra.

"Jangan bilang usahanya untuk mengingat masa lalu menyebabkan nyawanya hampir terancam tadi..." desis Theo terhuyung ke belakang.

Ini tidak boleh terulang lagi atau saksi kunci akan hilang selamanya. Theo berlari keluar kamar, mencari keberadaan roh Diandra. Tidak ada di mana pun! ke mana roh itu terlontar? Theo berlari ke halaman rumah Michella dan dia melihat roh Diandra tergolek bersandarkan sebuah pohon besar.

"Diandra. mengapa kau diam saja? Kau tidak ingin masuk ke dalam? Diandra kau, mendengarku?" panggil Theo tetapi roh di depannya ini hanya diam tak berkutik. Matanya terpejam.

"Apa kau baik-baik saja?" tambah Theo mulai panik. Untung saja sekarang hari sudah malam sehingga Diandra tidak menghilang. Ini sangat aneh rasanya karena pada awal pertemuannya dengan roh Diandra, dia ketakutan luar biasa tetapi kini, lihat sedang apa dirinya sekarang? Bukannya bersyukur roh itu tidak kembali menemuinya, dia malah menghampiri roh tersebut tanpa rasa takut sedikit saja.

"Ya Tuhan apa yang harus kulakukan?!" pekik Theo frustrasi melihat roh Diandra tanpa respons.

"Theo" panggil Nauctha di belakang Theo terengah-engah. Pria yang dipanggil menoleh dan menunggu kabar kondisi Diandra.

"Diandra mulai stabil. Hey, ruhnya ada di sini?!" kata Nauctha kaget melihat sosok roh Diandra tergolek bersandarkan pohon.

"Jadi raganya mulai stabil? tetapi mengapa tidak dengan ruhnya?" gumam Theo penasaran.

"Aku butuh waktu untuk memulihkan diri. maaf lama meresponsmu" jawab roh yang kini mulai dapat kembali berkomunikasi dengan Theo dan Nauctha.

"Jadi kondisi tubuhmu memengaruhi kondisi ruhmu?" tanya Nauctha di balas anggukan kecil roh Diandra.

"Kurasa memang benar begitu Nauctha. Ku kira dengan melakukannya sekali lagi, seluruh ingatanku akan pulih. Ini tidak berhasil. Bahkan aku malah menyiksa tubuhku sendiri di sana. Hampir saja aku tidak akan bisa lagi kembali ke tubuhku selamanya. Membayangkan hal seperti itu saja sangat menakutkan bagiku" jawab Diandra membenamkan wajahnya ke kedua tangan yang ditumpu kedua lututnya.

"Kau tidak perlu melakukan itu lagi kecuali, kalau memang sudah saatnya kau kembali bangun" tandas Theo memberi perintah. Mendengar perintah Theo sukses membuat Diandra mendongakkan kepala ke arah Nauctha dan Theo.

"Aku sekarang yakin betul, posisi akurat tempat tinggalku berada" kata Diandra sementara kedua manusia dihadapannya saling memandang satu sama lain.