webnovel

Takdir Cinta Sang Arjuna

Bagi Caramel, gak ada yang lebih sial dan menyakitkan dari cinta yang terkhianati dan pernikahan akibat perjodohan. Apalagi harus terperangkap dalam kehidupan bersama seorang CEO menyebalkan. Dan, bukan perkara yang mudah buat Caramel untuk berdamai dengan hatinya ketika dia akhirnya harus memilih antara bertahan untuk sebuah akhir yang membahagiakan atau membiarkannya pergi dengan membawa segenap hatinya. Bagi Arjuna, keputusannya untuk menerima perjodohan hanyalah semata-mata demi Papa. Toh kalo dikemudian hari pernikahannya ternyata gak berjalan mulus, dia bisa bercerai. Tapi ternyata cinta datang lebih cepat dan membuatnya nyaris menyerah untuk mengalah. Sampai akhirnya ... sesuatu dari masa lalunya datang dan mengancam semua hal yang udah susah payah diusahakannya. Mampukah Caramel dan Arjuna melewatinya bersama tanpa ada lagi hati yang harus menjadi korban?

Chan_Chew · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
24 Chs

12

Caramel menghela nafas. Tatapannya masih terfokus ke pelataran garasi dan memandangi mobil Honda Mobilio RS milik Arjuna yang masih dipanaskan. Sebentar lagi mobil itu bakal mengantarkan suaminya berangkat ke bandara dan meninggalkannya untuk beberapa hari ke depan. 

"Kamu kenapa ngelamun, Mel?" Terdengar suara Arjuna yang baru aja selesai mandi. "Ada masalah? Atau ada yang mengganggu pikiran kamu?"

Caramel menggeleng. "Udah mau berangkat sekarang?"

Arjuna mengeluarkan beberapa pasang setelan pakaian kerja lengkap dengan dasi dan jas hitamnya dan memasukkannya ke koper. "Bentar lagi, Mel."

"Berkas bahan meetingnya jangan sampe ada yang ketinggalan, Jun." Caramel berusaha membantu Arjuna merapikan ceceran kertas bahan rapat milik Arjuna yang masih berserakan di kasur dan memberikannya kepada si empunya.

"Semoga meetingnya lancar," lanjut Caramel sembari merapikan dasi dan kemeja yang dipakai oleh Arjuna, untuk pertama kalinya semenjak mereka menikah.

Arjuna mengangguk. Sejujurnya dia merasa heran sekaligus bingung. Ini pertama kalinya Caramel bersikap manis semenjak nikah. Dirinya sedang gak bermimpi kan? Ah kalo aja sikap Caramel terus begini, dia bakal bahagia. "Kamu gak apa-apa kan aku tinggal?"

"Yups, gak apa-apa," sahut Caramel sambil memasang senyum terbaiknya. Entah kenapa Caramel ingin memulai semuanya dengam Arjuna dari awal. Apalagi semenjak dia membaca doa yang terapal di balik lembar fotonya.

Caramel tau, apa yang selama ini dilakukannya ke Arjuna itu sebenarnya gak adil. Arjuna berusaha memperlakukannya dengan baik dan lembut. Arjuna berusaha keras membuatnya nyaman. Tapi cowok itu malah menerima perlakuan yang gak setimpal darinya.

"Kalo ada apa-apa, telepon aja. Aku usahain langsung balik pulang begitu meetingnya selesai." Arjuna bergegas merapikan tas dokumen dan meletakkannya di atas kopernya. "Aku berangkat dulu ya."

Caramel mengangguk. Entah kenapa rasanya sedikit berat melepaskan Arjuna pergi kali ini. Aneh.

"Jun," panggil Caramel pelan, membuat yang dipanggil menghentikan langkahnya sesaat dan menoleh.

"Kenapa, Mel?"

Caramel mempercepat langkahnya dan langsung memeluk erat Arjuna. Menghilangkan setiap celah yang terbuka di antara mereka. Untuk sekali ini dia ingin memeluk Arjuna. "Hati-hati dan cepat pulang ya Jun."

Untuk sesaat Arjuna kaget dengan sikap Caramel barusan sebelum akhirnya mengangguk dan meneruskan langkahnya sampai menghilang dari balik pintu kamar yang ditutupnya rapat-rapat. Seiring dengan itu, Caramel berlari ke arah jendela dan menyaksikan mobil Arjuna perlahan melaju meninggalkan pelataran parkir.

*

Dave langsung memencet bel rumah begitu mobil Honda Mobilio RS yang ditumpangi Arjuna keluar menjauh dari rumah mewahnya. Tatapan matanya mengamati setiap jengkal sudut rumah yang didatanginya kali ini.

Jadi ini rumah Caramel sekarang?, batin Dave.

*

Caramel melangkahkan kakinya ke arah pintu begitu mendengar suara bel. Sebagai seorang istri dari seorang CEO, Caramel harus mulai terbiasa menerima kedatangan tamu. Tapi tatapannya langsung berubah begitu daun pintu terbuka dan melihat siapa gerang sang tamunya kali ini. "Dave?"

Dave mengalihkan pandangannya begitu mendengar suara Caramel. "Hai."

"Ngapain kamu di sini?" Caramel bener-bener gak nyangka kalo satu-satunya orang yang masih menempati sudut hatinya sekarang berdiri tegap di hadapannya. Darimana Dave tau alamat rumah gue?

"Kamu gak menyilakan aku buat masuk ke dalem rumah?" Sahut Dave. "Aku kangen sama kamu, tapi kenapa kamu setega ini sama aku? Tau-tau aku dapet kabar kamu udah nikah."

Caramel menyilangkan tangannya di depan dada. Alisnya berkerut. Gila! Dave bener-bener udah gila. Selama ini dia masih menjaga hati demi cintanya untuk seorang Dave sampe-sampe dia gagal move on dan bikin Arjuna berulang kali memintanya buat melupakan Dave, sekarang Dave malah menyebutnya tega? Mana yang lebih tega; Dave yang dengan sadar menduakannya dan menghempaskannya keras-keras demi cewek lain atau dia yang sangat terpaksa menikahi seorang Arjuna yang telah menyelamatkannya dari patah hatinya yang berkepanjangan?

"Tega kamu bilang?" Sinis Caramel. Sumpah ya demi apapun, untuk sekali ini Caramel sangat-sangat bersyukur dirinya gak menikahi cowok macem Dave. "Dulu kamu lebih milih cewek itu daripada aku, trus sekarang kamu tiba-tiba dateng lagi di kehidupan aku. Mau kamu apa?"

"Aku tau aku salah, Mel. Aku khilaf," sahut Dave. "Please forgive me, Dear."

"I did, Dave. Aku udah maafin kamu.mungkin ini emang jalan yang terbaik buat kita."

Dave menghela nafas. "Ceraikan Arjuna dan menikahlah denganku."

Hah? What?! Caramel menggaruk pelipisnya yang sebenarnya gak gatal. Seumur hidupnya mengenal sosok Dave, tapi baru sekali ini dia bener-bener gak habis pikir dibuatnya.

"Gini, Dave, ada dua hal yang harus kamu pahami." Caramel mengacungkan dua jarinya sehingga membentuk huruf "V".

"Pertama, cerita kita udah kelar. Selesai. End. Apapun alasannya, kita gak bisa balikan kayak dulu. Kamu udah terlalu nyakitin hati aku. Perselingkuhan yang kamu lakukan, itulah yang bikin aku bener-bener gak bisa balikan sama kamu."

"..."

"Dan kedua, jangan pernah lagi kamu kembali di hidup aku. Jalan kita gak lagi sama, Dave. Kita juga udah punya kehidupan masing-masing. Kamu sama cewek kamu, aku sama Arjuna. Biarin semuanya berjalan apa adanya kayak sekarang."

"..."

"Lagian juga, ini gak adil buat cewek kamu. Dulu kamu duain aku karna dia. Entah untuk pelarian atau apa. Sekarang kamu mau ninggalin dia dan mohon-mohon buat balikan sama aku. Dave, sadar! Aku ini bukan Caramel yang dulu."

*

Arjuna mengeraskan rahangnya. Emosinya perlahan tetapi pasti mulai merambat naik ke ubun-ubunnya. Dia kecewa dan sakit hati, terlebih melihat kenyataan yang sekarang ini.

Kalo Caramel belum bisa sepenuhnya melupakan sang mantannya, dia masih bisa memahaminya. Kalo istrinya itu masih butuh waktu untuk bisa menerimanya sebagai suami, dia juga masih bisa memakluminya. Tapi kalo istrinya itu diam-diam menemui sang mantannya di saat dirinya bekerja, itu yang gak bisa dipahaminya.

Arjuna merogoh saku celananya mengeluarkan ponsel dan memencet sederet angka. "Halo Ros?"

"Ya Pak," terdengar suara khas Ros sang sekretarisnya. "Ada yang bisa saya bantu?"

"Tolong atur ulang jadwal meeting dengan kantor cabang Jogja. Infokan ke mereka bahwa rapatnya akan diadakan di kantor pusat lusa pagi, dan siapkan semua akomodasi buat mereka semua. Jangan lupa hotelnya juga."

"Baik Pak."

"Dan satu lagi. Sampaikan permintaan maaf saya ke mereka. Saya lagi gak enak badan. Terima kasih Ros."

-KLIK-

Arjuna masih bergeming di kursi penumpang mobil yang ditumpanginya. Dia galau. Bimbang antara tetap di tempatnya dan mengawasi sepasang manusia di seberang sana atau bergegas menghampiri Caramel dan berpura-pura seolah gak tau apa-apa?

Gak! Dia gak bisa diem aja di sini dan membiarkan pemandangan itu masih berlangsung. Caramel adalah istrinya. Miliknya. Dan dia gak suka siapapun mengusik miliknya!!

*

Cup!

Sesuatu yang hangat mendarat tepat di kening Caramel, membuatnya mengalihkan pandangannya. Dipandanginya tatapan teduh seseorang yang barusan menciumnya. "Arjuna?"

Arjuna tersenyum. Entah kenapa ada rasa kepuasaan di hatinya saat mendapati wajah kecut Dave dari ekor matanya. "Hai Dave. Apa kabar? Tumben ke sini, ada perlu apakah?"

Dave menggaruk bagian belakang kepalanya yang sebenernya gak terasa gatal. Ia merasa jadi keki sendiri melihat sepasang manusia di hadapannya ini. Hatinya pun masih merasa gak rela melepas Caramel menjadi milik Arjuna.

"Hai. Senang bertemu dengan Anda, Pak Arjuna," sahut Dave, akhirnya, sambil menyodorkan tangannya di udara.

Arjuna melirik selintas. Rasanya dia gak perlu bersalaman dengan cowok tengik kayak Dave. Toh masih bagus dirinya sudi berbasa-basi busuk. Kalo boleh malah pengin rasanya dia menendangnya jauh-jauh dari Caramel. Cukup dirinya aja yang ada di kehidupan istrinya itu untuk saat ini dan selamanya.

"Sayang, hari ini kamu mau kemana?" tanya Arjuna sembari merangkul pinggang Caramel dengan mesra. Dia bener-bener pengen kasih pelajaran ke Dave.

"Kamu bukannya hari ini ada rapat? Kok balik lagi?" sahut Caramel sambil membetulkan dasi Arjuna yang terlihat agak miring dan berantakan.

"Rapatnya ditunda. Jadi hari ini kita punya waktu banyak."

Caramel mengangguk. Dialihkannya pandangannya kembali ke sang tamu. "Dave, sorry nih bukannya gue ngusir. Tapi udah gak ada lagi kan yang harus kita bicarakan? Sebaiknya lo pulang dan sesuai ucapan gue tadi, tolong jangan pernah kembali."

Dave meneguk salivanya dengan susah payah. Hatinya cemburu, tapi dia bisa apa? Rasa cemburu itu udah bukan haknya lagi. Perkataan Caramel barusan ada benernya juga. Mungkin memang dia harus pulang.

*