webnovel

Sebuah kabar

Malang, sebuah kota beribu cerita, elok nan mempesona dengan berbagai hiruk pikuk keramaian yang ada.

Semakin malam, kota di daerah Jawa Timur ini semakin ramai oleh anak anak muda yang menghabiskan waktunya untuk nongkrong bersama teman teman dan keluarganya.

Begitu pula dengan seorang gadis muda bernama Syahdu.

Gadis muda itu sedang meneguk segelas wedang jahe hangat bersama sahabatnya yaitu Fatma.

"Glek.. glek.." Suara Fatma ketika meminum Jahe hangat tersebut.

Syahdu yang berada disampingnya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala mendengar suara itu.

"Pelan-pelan minumnya Ma.." Tegur Syahdu pada sahabatnya itu.

Mendengar teguran dari sahabatnya itu Fatma hanya tertawa kecil.

Setelah keduanya menghabiskan wedang jahe, mereka bergegas pergi menyusuri jalanan yang lumayan basah.

Hujan rintik-rintik menyertai perjalanan mereka.

"Tau gini aku nggak mau ikut kamu Sya".

"Aku kehujanan tau, nanti kalau aku sakit gimana". Keluh Fatma pada Syahdu.

"Cuma gerimis, nggak akan buat kamu sakit Ma". Jawab Syahdu.

"Udah jangan ngeluh, kita jalan agak cepat biar nanti pulangnya nggak kemalaman". Lanjut Syahdu.

Setelah berjalan kurang lebih 10 menit, mereka sampai di sebuah mall, mereka masuk dan memilih berbagai pakaian untuk keluarga dan teman Syahdu.

"Selamat datang, Mbak, Silahkan". Sapa seorang karyawan mempersilahkan keduanya untuk memilih pakaian yang mereka inginkan.

Mereka pun memilih pakaian berwarna pastel untuk acara bahagia Syahdu.

"Aku nggak nyangka banget kalau kamu akan nikah dengan Yusuf, sahabat kamu sendiri dari kuliah dulu". Ujar Fatma pada Syahdu.

"Ya, namanya jodoh kita kan nggak tau Ma". Jawab Syahdu.

"Kita nggak akan tau, mungkin aja jodoh kita orang dekat kita atau bahkan orang jauh semua itu rahasia Allah". Lanjutnya.

Di sela-sela perbincangan mereka, telepon Syahdu berbunyi, Syahdu izin pada Fatma untuk pergi mengangkat teleponnya.

Fatma melanjutkan memilih pakaian yang ada di mall tersebut.

Setelah sekitar 1 jam lamanya, Syahdu tak kunjung datang menghampiri Fatma. Ia merasa khawatir dengan Syahdu.

Fatma mengelilingi tempat perbelanjaan itu untuk mencari Syahdu.

Namun, dia tidak menemukan keberadaan sahabatnya itu.

Tiba-tiba dari belakang Fatma Syahdu mengajak Fatma untuk pulang tanpa menjelaskan alasan mengapa Syahdu batal untuk membeli pakaian di mall tersebut.

"Ayo kita pulang". Suara Syahdu lirih menahan air mata agar tidak menetes.

Fatma kebingungan melihat sikap Syahdu yang berubah seratus delapan puluh derajat, Ia yang tadi ceria bercerita kepada Fatma tentang pernikahannya dengan Yusuf mendadak murung dan berkaca-kaca.

"Kenapa Sya?". Tanya Fatma dengan wajah penasaran.

"Kita kan mau beli pakaian buat persiapan pernikahanmu". Lanjut Fatma.

Syahdu menatap mata Fatma dan berkata "Tidak ada pernikahan". Ia tak tahan, akhirnya air matanya menetes di pipinya.

"Ayo kita pulang". Lanjut Syahdu.

Tanpa menanyakan apa yang terjadi Fatma mengiyakan ajakan Syahdu untuk pulang.

Dia berpikir ini bukan saatnya untuk bertanya kepada Syahdu mengenai apa yang terjadi dengan Syahdu.

Rumah Syahdu.

"Assalamualaikum wr wb". Syahdu mengucapkan salam.

Ibu membukakan pintu untuk Syahdu.

"Kok cepat banget nak belanjanya". Tanya ibu padanya.

"Tapi mana belanjaan kamu? pakaiannya mana?". Lanjut ibu penasaran.

Syahdu terdiam seribu bahasa, ia ingin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, namun dia berpikir ini bukan saat yang tepat untuk memberi tau ibunya.

"Ibu, Syahdu mau ke kamar dulu ya". Tersenyum pada ibu.

"Besok kita bicara lagi". Tambahnya.

Melihat sikap anaknya nya yang berubah, ibu Nafsiyah menjadi khawatir dengan anaknya, namun ia mengiyakan permintaan anaknya untuk tidak berbicara sekarang.

Ibu Nafsiyah mengerti jika Syahdu sedang capek.

Rumah Yusuf.

Ibu Salamah menghidangkan wedang teh hangat kepada ayah dan anaknya yaitu Yusuf.

"Opo ndak sampeyan pikir dulu to Suf". (Apa nggak kamu fikir dulu Suf?). Ujar ibu Salamah pada Yusuf.

"Umi, Yusuf mboten saget nikah kalih Syahdu, Yusuf mboten cinta kalih Syahdu". (Umi, Yusuf nggak bisa menikah dengan Syahdu, Yusuf nggak cinta dengan Syahdu). Ujar Yusuf pada ibundanya.

"Piye to, dulu kan sampeyan dewe to sing sanjang kalih Abah lan umi kalau sampeyan cinta Syahdu. (Gimana sih, dahulu kan kamu sendiri yang bilang ke Abah dan umi kalau kamu cinta dengan Syahdu). Pak Rahman menegur Yusuf.

"Niku waktu kulo taksih kuliah Bah". (Itu waktu saya masih kuliah Bah). Ujar Yusuf.

"Sakniki nggeh sampun benten Malih". (Sekarang sudah beda lagi). Tambahnya.

"Isin-isini wong tuwo, nek wes ngene, muka Abah umi di taruh mana?". (Malu-maluin orang tua, kalau udah gini, muka Abah umi mau di taruh mana?). Pak Rahman memarahi Yusuf.

Ibu Salamah mencoba menenangkan suaminya, ibu Salamah meminta kedua nya tidak bertengkar dan meminta agar pak Rahman tenang dan menahan emosi.

Sejujurnya Ibu Salamah dan Pak Rahman sangat kecewa dengan perilaku anaknya yang seenaknya sendiri.

Hari pernikahan Syahdu dan Yusuf pun tinggal menghitung hari.

Kedua pasangan suami istri itu bingung bagaimana menyampaikan pembatalan rencana pernikahan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, baik keluarga Yusuf maupun keluarga Syahdu.

Pasangan suami istri itu meminta anaknya untuk berpikir ulang sebelum mengambil keputusan itu.

Namun, Yusuf tetap dalam keputusannya untuk membatalkan rencana pernikahannya dengan Syahdu.

Memang satu bulan yang lalu, orang tua Yusuf melamar Syahdu untuk anaknya yaitu Yusuf tanpa sepengetahuan Yusuf.

Hal itu mereka lakukan sebagai hadiah ulang tahun untuk Yusuf karena kedua orangtuanya mengetahui jika Yusuf mencintai Syahdu sejak lama, dan berulang kali meminta orangtuanya untuk melamar Syahdu untuknya.

Rumah Syahdu.

Sejak dari tadi malam Syahdu berdiam di kamar dan tidak mau keluar walaupun hanya untuk makan malam.

Jam menunjukkan pukul 8 pagi, namun tetap saja Ibu dan Ayah tidak melihat Syahdu keluar kamar.

"Kenapa Bu, Syahdu kok nggak mau keluar kamar". Tanya Ayahnya pada Istrinya.

"Ibu yo ndak paham, ono masalah opo to Syahdu". (Ibu juga nggak paham, ada masalah apa sih Syahdu). Jawab Ibu Nafsiyah pada suaminya.

Sebenarnya Ibu Nafsiyah mempunyai firasat yang tidak enak, namun ia tak berani memberitahukan firasatnya itu pada suaminya.

"Ibu, wes bilang kalih Syahdu kalau keluarga Yusuf siang iki lunga menyang kene ?". (Ibu, apa udah bilang dengan Syahdu kalau keluarga Yusuf siang ini mau berkunjung ke sini?). Tanya pak Abdullah pada istrinya.

"Ndak sempat to yah, kemaren Syahdu langsung mlebu ing kamar". (Nggak sempat lah Yah, kemaren Syahdu langsung masuk kamar). Jawab ibu Nafsiyah.

Pak Abdullah menyuruh istrinya agar memberi tahu Syahdu jika keluarga calon suaminya akan datang berkunjung.

Ibu Nafsiyah bergegas menuju kamar Syahdu untuk memberitahunya agar Syahdu bersiap siap.

Namun, ketika Ibu Nafsiyah menyampaikannya pada Syahdu, ia melihat putrinya matanya sembab seperti semalaman menangis.

Ia bertanya-tanya apa yang terjadi dengan putri semata wayangnya itu.

Tak kuat menyimpan permasalahannya sendiri Syahdu akhirnya memberitahu ibunya jika Yusuf membatalkan rencana pernikahannya.

"Bu, pernikahannya batal". Memeluk ibunya sambil meneteskan air mata.

"Yusuf membatalkannya, ia mencintai wanita lain".

Bak terkena petir di siang bolong, ibu Nafsiyah tidak menyangka Yusuf sejahat itu dengan putrinya.

"Ibu, jangan memberitahu Ayah dulu, biarkan keluarga Yusuf sendiri yang memberitahu Ayah". Pinta Syahdu.

Apakah Ayah Syahdu akan menerima keputusan Yusuf dengan lapang dada atau akankah ayah Syahdu Murka?

Jangan lupa baca cerita selanjutnya :)