Naraka terdiam.
Dia tidak menyangka Luo akan sepanik itu.
Naraka menelan ludahnya kasar. Dia hanya bisa berharap Agatha berbaik hati untuk menyelamatkan dirinya dari amukan Luo. Saat ini, Naraka hanya bisa menikmati interaksi antara Luo dan Rei, hanya itu pilihannya saat ini. Jika Naraka nekat untuk mengganggu interaksi mereka berdua. Naraka takut, hal itu tidak baik bagi kesehatan jantung, otak, hati dan kantong uangnya.
"Bagaimana kamu tau aku di sini?" tanya Rei, sembari menggandeng Luo untuk masuk ke dalam griya tawang milik Luo.
Luo mengikuti langkah Rei. Wajahnya sudah tidak setegang tadi. Rei tersenyum legah, melihat perubahan sikap Luo ke pada dirinya.
"Ruang CCTV"
"Ruang CCTV?" tanya Rei,"hei! Aku bukan hilang. Aku hanya pergi sebentar, dan itu juga bersama Kak Naraka. Bukannya, kamu yang meminta aku untuk pergi bersama Naraka jika aku bosan?" protes Rei, membuat Luo yang awalnya tenang, mulai menatapnya tajam.
Rei sedikit takut dengan cara tatapan Luo menatapnya saat ini.
"Aku tahu. Tapi kamu tidak memberitahu aku terlebih dahulu. Setidaknya tinggal pesan. Sehingga aku tidak sekhawatir ini. Aku juga tidak punya pilihan lain, selain masuk ke dalam ruang CCTV untuk mencari keberadaan mu." Jelas Luo, membuat Agatha alias Rei tertunduk lesu. Rei merasa bersalah telah membuat kekacuan di pagi hari. Membuat Luo tidak bisa bekerja dengan baik karena ulahnya.
"Maafkan aku" pinta Rei,"lain kali, aku tidak akan mengulanginya lagi" sambung Rei,
"Dan kau Renjana Chandra Kanta!" panggil Luo ke pada Naraka yang kini tengah menelan ludahnya. Bukan sebuah pertanda baik jika Luo menyebutkan nama lengkapnya. Naraka segera mendekat kea rah Luo yang kini tengah menatap tajam ke arahnya.
"Mengapa kau membawa Agatha kemari?"
"Em, begini. Rooftop di griyatawang milik mu sangat indah. Aku berusaha memperlihatkannya pada Agatha. Hanya itu?"
"Benarkah?" tanya Luo sembari menatap Naraka dengan intens.
"Te-tentu saja, apa kamu berpikir Agatha akan berpaling ke pada ku?" tanya Naraka yang mencoba mencairkan suasana, namun gagal. Karena Luo semakin menatap tajam ke arahnya.
"Apa kau ingin kepala mu jatuh ke lantai? Terlepas dari lehernya?" tanya luo tanpa beban. Seolah-olah hal itu akan terjadi, jika Naraka mengiyakan pertanyaan Luo.
Naraka menggelegkan kepalanya dengan cepat.
"Tidak" sahutnya cepat, "aku hanya bercanda. Mana mungkin Agatha ingin bersama remahan rengginang seperti ku?" tanya Naraka,"benar begitu kan Agatha?" Naraka meminta pembelaan dari Agatha,
"Apa yang dikatakan Kak Naraka benar. Aku merasa bosan, tidak ada alasan selain itu. Tidak banyak yang kami lakukan di sini. Karena kamu sudah datang menemukan kami. Jangan berlebihan" jelas Rei membuat Luo sedikit mengendurkan pandangannya ke pada Naraka.
"Baiklah. Aku percaya. Kembali ke ruangan mu." Pinta Luo ke pada Naraka, membuat Naraka segera pergi dan tidak membuat Luo mengulang perkataannya.
Rei hanya bisa tersenyum melihat tingkah Naraka. Bagaimana tidak? Naraka hampir saja menabrak pintu masuk griya tawang milik Luo.
"Apa kamu senang?" tanya Luo yang kini tiba-tiba memeluk tubuh Agatha kekasihnya,
"Maksud mu? Tanya Rei yang bingung dengan maksud kata 'senang' yang Luo maksud. Karena jujur saja, pertanyaan Luo terkesan ambigu bagi Rei.
"Kamu tersenyum barusan, seolah-olah menahan tawa karena Naraka"
"Jangan bilang kamu cemburu. Jujur saja, Kak Naraka hanya menghibur ku saja. Tidak ada hal selain itu. Jangan terlalu curiga berlebihan. Kak Naraka itu sahabat mu, jangan terlalu berpikiran sempit dan membuat kamu kehilangan orang-orang yang mencintai mu" jelas Rei, membuat Luo menganggukkan kepalanya.
"Kamu benar-benar bisa membuat aku gila" tandas Luo
"Aku tidak sehebat itu" elak Rei,
Luo melepas pelukan nya. Kemudian menggandeng tangan Rei untuk duduk di sebuah kursi yang berada di ruang tamu griya tawang milik Luo. Lagi-lagi Rei dibuat terkesima dengan griya tawang Luo yang bernuansa modern klasik.
"Setidaknya di mata aku, kamu sehebat itu" ungkap Luo membuat Rei tersipu.
"Terima kasih"
"Sebenarnya ada yang ingin aku katakan ke padamu, sesaat setelah meeting online. Ayah mu menelfon" kata Luo, membuat Rei menyimak apa yang Luo katakan ke padanya.
"Lalu?"
"Ayah mu ingin kita makan malam bersama di rumah mu nanti malam dan aku mengiyakan permintaannya. Maafkan aku. Aku tidak meminta persetujuan mu lebih dahulu. Aku hanya tidak ingin terlalu lama menghindar dari sesuatu yang harusnya memang harus kita jalani."
"Maksud mu?"
"Pesta pertunangan kita. Kita belum menyelenggarakannya. Pertunangan kita hanya sebatas kesepakatan keduaorang tua kita. Aku minta maaf" jawa Luo,
"Ah-, maaf. Aku tidak mengingatnya. Aku tidak mempermasalahkan hal itu. Lagi pula, kamu pasti memiliki alasan lain untuk hal itu."
"Terima kasih"
"Kamu juga akan bertemu Alena. Apakah itu akan baik-baik saja bagi mu?"
"Sebenarnya, aku tidak tahu seperti apa keluarga ku. Lebih tepatnya, aku melupakan semua-nya. Tidak ada yang aku ingat. Sejauh ini, aku tidak mempermasalahkannya" jawab Rei membuat Luo semakin khawatir gadisnya akan terluka,
"Baiklah. Pastikan kamu memberi tahu aku, jika sesuatu terjadi kepada mu dan Alena mengganggu mu besok atau ntah kapan pun itu. Jangan buat aku marah, dengan menutupi kesalahan atau perbuatan buruknya kepada mu" jelas Luo.
Rei hanya bisa mengangguk patuh. Dia masih bingung dengan maksud perkataan Luo. Tapi, Rei tidak berniat untuk bertanya lebih lanjut. Karena dia masih belum membutuhkan informasi apapun tentang keluarga Agatha untuk saat ini.
*>*
Rei dan Luo duduk di ruang tamu kediaman keluarga Gianina.
Seperti layaknya orang bertamu, mereka disambut baik oleh Roynce. Roynce diapit oleh Natsya sang ibu sambung Agatha serta dua kakak Agatha Alan dan Alena.
"Bagaimana pekerjaan mu hari ini Luo? Aku lihat, kau semakin hari semakin berkembang pesat?" Tanya Roynce, ayah Agatha.
"Kabar ku baik Om" sahut Luo," terima kasih atas pujiannya, tapi aku masih belum sesukses Om dan Kak Alan" lanjut Luo merendah,
"Kau bisa saja" Roynce tergelak mendengar perkataan Luo,"apakah anak ku tidak membuat mu kesulitan selama ini? Aku rasa dia banyak membuat mu dalam masalah" lanjut Roynce mmebut Luo tersenyum.
"Tidak Om. Agatha sudah banyak berubah. Bukankah Om sudah mendengar hasil nilai ujiannya?" tanya Luo.
"Kau benar. Agatha memberikan kejutan ke padaku. Aku tidak mengira, dia akan mendapatkan nilai terbaik." Kata Roynce membenarkan perkataan Luo,
Rei hanya menyimak interaksi Luo dan keluarga Agatha. Satu hal yang Rei herankan, tidak satu pun dari keluarga Agatha mengajaknya berbicara. Mereka cendrerung berintraksi dengan Luo. Bahkan, bisa dibilang mereka terkesan mencari muka. Rei berharap, itu hanya perasaannya saja. Ya, setidaknya begitu.
Tiba-tiba pandangan Rei terkunci pada gambar keluarga Gianina. Di sana, tampak begitu dinginnya keluarga Gianina. Tidak ada rasa hangat yang Rei tangkap dari gambar keluarga Gianina yang terpampang di ruang utama keluarga mereka. Ntah mengapa, Rei merasa miris. Seolah-olah dia merasakan apa yang Agatha rasakan saat itu.