Rei menghabiskan waktu dengan duduk di sofa seorang diri, sesekali melihat ponselnya. Mencari beberapa kemungkinan agar jiwa dan raga nya bisa bersama. Rei bukannya tidak ingin menerima takdirnya, dia hanya tidak ingin pasrah dengan keadaan yang dia alami. Rei juga berharap Agatha bangun dan membuka mata. Agar mereka berdua bisa mencari solusi secara bersama. Setidaknya Rei memiliki teman untuk bertukar pikiran. Sementara Rei disibukkan dengan ponselnya, Luo mengikuti meeting online bersama beberapa pemimpin cabang Fernandez Coorperation di ruangan lain tetapi masih berada satu ruangan dengan Rei.
Sebuah ketukan terdengar, pintu ruangan Luo terbuka. Tampak Naraka yang membawa beberapa map di tangannya.
"Luo ada di mana?" tanya Naraka yang melihat Agatha alias Rei seorang diri.
"Meeting" sahut Rei, sembari menghampiri Naraka dan membantu Naraka membawa beberapa map di tangannya,
"Meeting? Serius ?" tanya Naraka tak percaya dengan jawaban Rei. Karena seharusnya Luo hari ini memeriksa laporan keuangan yang berada di tangannya. Dan meeting online seharusnya di lakukan jam sepuluh pagi ini.
"Iya. Di sana!" tunjuk Rei pada ruangan yang terpisah oleh sekat kayu.
"Njir! Kena tipu gue" gumam Naraka ke pada dirinya sendiri.
"Kenapa Kak?" tanya Rei,
"Oh-, nggak apa-apa. Kalau kamu bosan. Kita bisa ke rooftop. " ajak Naraka.
"Kakak nggak sibuk?" tanya Rei,
"Aku sudah mengerjakan tugas ku." Jawab Naraka dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
Naraka sengaja mengajak Agatha untuk ikut bersama-nya. Dia ingin melakukan aksi balas dendam ke pada sahabatnya. Luo harus sedikit di beri pelajaran sedikit. Pikir Naraka.
Rei yang mulai bosan. Mengiyakan ajakan Naraka, ketika mereka berdua sudah meletakkan beberapa map yang Naraka bawa. Naraka mempersilahkan Agatha, untuk ke luar terlebih dahulu. Kemudian mereka berdua masuk ke dalam lift dan naik ke lantai teratas gedung Fernandez Coorperation.
Rei terkejut saat pintu lift terbuka. Terdapat dua bodyguard yang terjaga di kedua sisi pintu lift. Mereka berdua melewati dua bodyguard yang berbadan tegap dan besar. Ada rasa takut yang tersirat dari gerak tubuh Agatha, dan Naraka memaklumi hal itu.
Rei tetap setia mengikuti langkah kaki Naraka yang ntah akan membawanya pergi ke mana. Naraka mengantarkan Rei pada sebuah pintu penghubung yang membuatnya masuk ke dalam griya tawang pribadi milik Luo. Rei mengagumi tatanan ruang griya tawang yang dia yakini sebagai tempat tinggal Luo selain apartemen mereka berdua, setelah masuk ke dalam ruangan yang di dominasi warna hitam itu. Naraka menggeser sebuah pintu kaca yang tertutup gorden berwarna hitam untuk Agatha alias Rei sehingga cahaya pagi dapat menjadi salah satu sumber penerangan di dalam griya tawang. Membuat Rei mendapatkan pemandangan indah dari dalam griya tawang. kemudian Naraka melangkah ke luar terlebih dahulu, kemudian Rei mengikuti Naraka untuk berjalan ke arah rooftop Fernandez Coorperation.
"Ini sangat indah!" puji Rei, dan menggerakkan kaki nya untuk melewati jendela kaca yang menjulang tinggi di depannya.
"Semua ini Luo desain sendiri" sahut Naraka,
"Benarkah?" tanya Rei takjub,
"Luo mempunyai impian untuk menjadi seorang arsitektur ternama, sayangnya keinginannya di tentang oleh Om Bara. Seharusnya Luo yang menunjukkan hal ini kepada mu. Tapi, Luo tidak akan melakukannya jika kamu tidak ingin tahu. Luo termasuk orang yang tidak peka. Aku harap kamu bisa memakluminya. Luo bukan sosok yang romantis, dan dia tipikal pencemburu. Dia sudah banyak berkorban untuk mendapatkan posisi ini. Bahkan, melepas seseorang yang dia cintai" jelas Naraka.
"Rei" sahut Agatha alias Rei yang menyebutkan namanya sendiri, membuat Naraka menatap Agatha. wajah Naraka pucat pasi. Naraka menyadari hal bodoh yang dia lakukan untuk kedua kalinya hari ini.
"Ma-maksudnya. Itu, anu-" Naraka tidak dapat melanjutkan perkataannya, karena jujur saja dia sedang kesulitan menutupi kesalahannya sendiri. Naraka menyesal memiliki lidah selicin ini.
"Aku sudah tau. Luo mengatakan semuanya. Aku juga sadar, jika aku yang memisahkan mereka"
"Tapi saat ini semua berubah. Luo mulai menyukaimu. Bu-bukankah itu hal yang baik?" celoteh Naraka penuh kepanikan. Naraka takut apa yang dia katakan ke pada Agatha membuat Agatha meninggalkan Luo.
"Kita tidak akan pernah tau. Karena jika Rei sudah bangun, Luo pasti akan memilihnya"
"Aku tidak yakin. Biarkan waktu yang menjawab" hibur Naraka, walaupun sebenarnya kini Naraka sedang merutuki mulutnya sendiri.
"Kakak benar. Setidaknya aku ingin menikmati waktu ku saat ini bersama Luo. Sampai akhirnya, suatu nanti Luo yang akan memilih antara Agatha Gianina atau Aneisha Reishana" jelas Rei dengan tersenyum,
"Ba-bagaimana kamu bisa tahu nama lengkap Rei?" tanya Naraka bingung,
"Ha-hanya kebetulan aku tau." jawab Rei tergagap, ketika Naraka menanyakan hal yang seharusnya Agatha tidak ketahui,"aku pernah melihat namanya saat di rumah sakit, nama kami terdaftar sebagai korban kecelakaan saat itu" lanjut Aghata alias Rei berdusta.
Bagaimana Rei bisa tidak tahu namanya sendiri. Bukankah itu akan terdengar sangat bodoh?
"Oh" sahut Naraka, "boleh aku meminta bantuan mu kali ini?" tanya Narak penuh harap. Dia tidak ingin menjadi samsak Luo. Dia berharap Luo memaafkannya kali ini.
"Apa?" tanya Rei,
"Tolong, rahasiakan apa yang aku katakana hari ini ke pada mu" pinta Naraka penuh harap.
"Baiklah. Akan aku lakukan jika kamu membantu ku satu hal"
"Haish! Bocah jaman sekarang tidak pernah setulus hati membantu yang lebih tua" omel Naraka membuat Rei tergelak,"baiklah, sebutkan apa yang harus aku lakukan" pinta Naraka,
"Bantu aku mengenal Luo lebih dalam" pinta Rei membuat Naraka tersenyum legah, ternyata Agatha tidak meminta hal yang sulit untuk dia lakukan, bahkan bisa dibilang sangat mudah.
"Itu sangat mudah" sahut Naraka penuh percaya diri.
"Satu lagi?" pinta Rei,
Naraka membelalakkan kedua matanya. Mengingat Agatha yang menambah satu permintaan lagi ke pada Naraka.
"Haish! Bukannya hanya satu saja?" tanya Naraka, memprotes aksi Naraka.
"Baiklah, dua hal jika begitu." Ralat Rei membuat Naraka pasrah, karena saat ini nasibnya sedang bergantung ke pada Agatha,
"Apa?"
"Aku ingin tahu seperti apa hubungan ku dengan Rion sebelum aku kecelakaan. Bisakah kakak mencarikan aku informasi tentang hal itu?" tanya Rei membuat Naraka membelalakkan kedua matanya.
"Kamu yakin? Kamu tidak ingat apapun?" cecar Naraka.
"Jika aku mengingatnya. Aku tidak akan meminta bantuan ke pada mu Kak" jawab Rei.
"Baiklah. Tapi tidak sekarang. Karena Luo bisa membunuh ku jika mendengar hal itu lagi"pinta Naraka
"Baik. Aku setuju. Kakak bisa menghubungi ku saat semua informasinya terkumpul" kata Rei.
Naraka menganggukkan kepalanya. Menyetujui apa yang Rei katakan.
BRAK!
Luo muncul di balik pintu kaca yang terbuka lebar. Tampak Luo yang terengah-engah dan wajah tampannya basah akan keringat yang mengucur dari keningnya.
"Kamu kenapa?" tanya Rei, sembari berlari ke arah Luo.
"Kenapa kamu tidak menjawab telfon ku?" tanya Luo balik bertanya.
Rei terlihat kebingungan, dia segera mengecek notif di ponselnya. Terdapat tiga belas kali panggilan telfon dari Luo. Rei menyesali hal itu, karena ponselnya sedang dalam mode diam.
"Maafkan aku. Ponsel ku, sedang dalam mode diam" kata Rei, Luo segera merengkuh tubuh Agatha dan membuat Rei dapat menghirup aroma tubuh Luo.
"Tolong, jangan lakukan lagi!" pinta Luo sendu.