Naraka mengahampiri Rei yang kini mematung di tempatnya. Naraka bisa melihat kebingungan yang berada di dalam mata Rei.
"Kamu kenapa gak langsung masuk ke dalam?" tanya Naraka,
Rei yang saat itu hanyut dalam keadaannya sendiri. Berlari ke arah Naraka dan memeluknya,
Naraka menelan ludahnya, panik. Karena saat ini dia dapat merasakan aura membunuh dari balik tubuhnya. Siapa lagi, kalau bukan tatapan membunuh khas Louis Fernandez, pemilik sekaligus pewaris utama Fernandez Coorperation.
"Tha, sepertinya kamu salah peluk orang. Em anu, itu … Aku bisa kehilangan kerjaan aku plus kepala aku. Kalau kamu tiba-tiba seperti ini" bisik Naraka,
"Maaaf, hiks-" kata Rei sembari mendorong tubuh Naraka dan membersihkan ingus serta air matanya yang keluar tanpa permisi,
"Eh, kenaapa kamu menangis? Siapa yang buat kamu menangis? Aduh jangan nangis! Nanti Luo bisa salah paham sama kita" celoteh Naraka, dia segera menggandeng tangan Agatha dan membawa Agatha ke tempat di mana Luo berdiri dengan kedua tangan di depan dada. Seolah-olah meminta penjelasan dengan apa yang telah terjadi ke pada gadisnya.
Naraka menelan ludahnya kasar. Dia segera mengklarifikasi apa yang telah Luo lihat,
"Bro, beneran. Sumpah ! gue gak ngapain-ngapain Agatha. Gue cuma panggil namanya aja, soalnya dia sepertinya nyariin lo. Jadi gue panggil, setelah itu dia malah berlari dan meluk gue. Gue rasa Agatha mulai katarak karena dia kira gue itu lo. Fixed, gue rasa begitu."jelas Naraka panjang kali lebar, membuat Luo menarik nafas panjang, kemudian membawa Agatha masuk ke dalam lift yang khusus untuk para petinggi perusahaan.
Luo memberikan ruang untuk Rei yang saat ini sedang menundukkan kepalanya. Jujur saja, Agatha yang saat ini bersama dengan Luo tidak bisa ditebak, cenderung menyimpan banyak misteri di dalam dirinya. Sehingga Luo lebih berhati-hati dalam bertindak. Semenjak kecelakaan itu, Luo merasa Agatha seperti kehilangan jati dirinya sendiri. Luo lebih perhatian dengan keadaan di sekitarnya, terutama jika itu berkaitan dengan Agatha, gadis yang menjadi tunangannya sejak tahun lalu. Lebih tepatnya saat Luo telah mengambil alih perusahaan milik keluarganya.
Luo membukakan pintu ruangannya, hal sepele yang tidak pernah dia lakukan untuk orang lain. Bahkan untuk ayahnya sendiri,
"Masuk!" perintah Luo ke pada gadisnya,
Agatha segera masuk ke dalam ruangan Luo yang dingin. Sedingin tampang Luo saat ini.
"Kamu mau minum apa?" tanya Luo, yang mendapatkan penolakan dari Rei. Rei hanya menggelengkan kepalanya. Tidak bersuara. Rei nyaris kehilangan sinar kebahagiaan dari dalam dirinya. Penolakan yang dilakukan oleh sahabatnya sangat melukai harga diri Rei serta sebuah kebenaran yang tidak pernah Rei ketahui sebelumnya.
Luo yang memiliki ambang batas kesabaran. Segera membopong tubuh Agatha dan meletakkan Agatha di atas pangkuannya,
"Jadi, apa yang membuat kamu ke sini. Bahkan kamu sampai menangis di lobi kantor aku. Apa ada seseorang yang mengganggu kamu?" tanya Luo setengah menggeram, karena saat ini Luo sedang menahan amarah kepada siapapun yang membuat Agatha menangis.
Agatha hanya menggeleng dan masuk ke dalam ceruk leher Luo. Membuat Luo menelan ludahnya. Tidak sadarkah Agatha alias Rei jika Luo pria dewasa normal. Luo juga memiliki hasrat ke pada wanita. Herannya, saat ini dia merasa gugup. Tidak seperti biasanya. Dulu, saat Agatha berada di sekitarnya dengan pakaian minim bahkan nyaris telanjang Luo tidak peduli dan tertarik. Apa yang sedang terjadi pada dirinya Tuhan?
"Agatha! Jangan bertingkah. Kamu bukan orang yang memiliki mental lemah seperti ini, bahkan jika ada seseorang yang berani menindas kamu, kamu akan memukul kepalanya dengan raket." Jelas Luo membuat Rei mendongak, tak percaya dengan apa yang Luo katakana ke pada dirinya.
"Benarkah? Aku dulu sejahat itu?" tanya Rei tak percaya sembari menunjuk dirinya sendiri.
"Hmmm, jadi kamu sudah mau menceritakan apa yang sudah terjadi kepada ku?" desak Luo,
"Aku hanya butuh teman untuk bicara. Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku" kata Rei yang kini mencoba turun dari pangkuan Luo,
Sayangnya Luo tidak mengijinkan hal itu terjadi. Dia menahan langkah Rei, masih bertahan dengan meminta penjelasan keluar dari dalam mulut Agatha,
"Tidak semudah itu. Aku ingin kamu mengatakan alasan. Kenapa kamu peluk Naraka di depan aku. Apa kamu beneran katarak? Tidak bisa membedakan aku dan Naraka? Perlu aku ajak kamu ke dokter mata?" cecar Luo membuat Rei takut. Rei benar-benar lepas control tadi. Rei tidak menyangka, hal yang baginya tidak penting akan membawa dirinya dalam masalah.
"Oh,itu-" Rei tidak dapat melanjutkan apa yang berada di dalam kepalanya. Karena Rei tidak memiliki alasan khusus untuk apa yang telah dia lakukan kepada Naraka.
"Agatha Gianina!" panggil Luo, dia tidak dapat menahan rasa sabarnya untuk kesekian kalinya.
"Aku spontan saja memeluknya, karena tadi hanya Naraka yang berada di hadapan ku. Aku kalut, jadi aku tidak berpikir panjang. Aku minta maaf" aku Rei,
"Jadi, jika di saat itu hanya ada seorang satpam di depan kamu. Kamu akan memeluknya?" tanya Luo,
Rei mengerjapkan kedua matanya. Dia masih bingung dengan maksud perkataan Luo. Kenapa satpam bisa menjadi bahan pembicaraan mereka,
"Tunggu! Kenapa kamu membawa satpam kamu ke dalam masalah kita?" tanya Rei panic, karena Luo mulai melebarkan topik pembicaraan mereka berdua.
"Karena kamu suka memeluk sembarang orang" jawab Luo sarat rasa tidak suka dari nada bicaranya,
"Aku hanya memeluk orang yang aku kenal saja. Sungguh aku tadi panik. Jadi karena ada Naraka di depan ku. Aku langsung berlari ke arahnya. Aku tidak ada niat selingkuh dengan teman kamu. Aku bersumpah! Kejadian tadi hanya spontan" jelas Rei panic sembari menahan tangis. Membuat Luo mau tidak mau mengalah dan memeluk Agatha alias Rei.
"Sudahlah. Tidak usah di bahas lagi. Maafkan aku yang egois" putus Luo.
Rei terisak di dalam pelukan Luo. Dia benar-benar merasa rapuh hari ini.
*.*.*
Sementara itu Naraka memilih ke luar dari kantor. Dia pergi ke panti asuhan tempat Rei berada. Naraka bertugas untuk memantau perkembangan kesehatan Rei, wanita yang Luo cintai.
"Nyaris saja leher gue pisah sama wajah tampan gue. Bisa-bisanya Luo baper sama gue. Dulu aja dia baik-baik aja dapat foto-foto yang dikirim Aheng. Padahal, jelas-jelas Agatha main belakang sama Rion. Dia fine-fine aja. Lah , kenapa sekarang berubah? Aneh" dumal Naraka yang kini menuju ke arah sebuah taman.
Naraka berniat melepas penat sejenak, menikmati pemandangan asri di sekitar panti, tanpa menyadari seseorang tengah mendengar percapakannya dengan dirinya sendir.
"Maaf, kamu siapa?" tanya seseorang yang membuat Naraka hampir jatuh terjengkang.
"Alamakjang! Dedemit ya?" tanya Naraka yang mengundang gelak tawa gadis berkerudung jingga.
Naraka menikmati tawa renyah gadis cantik berlesung pipi, seorang gadis yang dapat membuat Naraka terkesima selama sepersekian detik.