webnovel

SURVIVAL IN NEW WORLD

Banyak orang yang mengatakan bahwa masa depan akan dipenuhi dengan alat-alat canggih dimana-mana, kehidupan yang sangat mewah, mobil terbang atau hal yang hebat lainnya. Tapi kenyataannya pada tahun 2095 manusia terkena pemusnahan massal, hanya beberapa orang beruntung yang dapat bertahan, Leo dan Rendy bersama orang yang mereka temui dituntut hidup dalam dunia yang mati. Beberapa hari setelah kemusnahan itu, mereka sekali lagi di cengangkan oleh makhluk-makhluk yang sudah terlupakan.

Yusril_Shiddiq · Militar
Sin suficientes valoraciones
2 Chs

Dunia Baru di Dunia Lama

Rendy terkejut dengan ajakan mendadak Leo

"Ayo cepat kita kembali ke rumah lu" Kata Leo sambil meletakan senapan nya kebelakang punggungnya.

Senapan yang dimiliki Leo adalah senapan angin milik ayahnya Rendy, senapan itu didapat dari pemberian teman beliau yang ada di Kalimantan

Saat hampir sampai di rumah Rendy terlihat asap hitam dari dekat rumah Rendy, mereka berlari untuk memeriksanya, dan ternyata itu adalah rumah Rendy yang sudah terbakar.

"A..apa yang terjadi?"

Kata Rendy yang sudah tak tau harus apa lagi, saat itu Leo mengeluarkan sesuatu dari tasnya lagi, lalu menembakkan nya kearah rumah Rendy, benar saja, itu adalah Ice gun, pistol itu dikemukakan oleh Trebla Nietsnie pada tahun 2076 dan menjadi senjata kepolisian, lalu pada tahun 2080 senjata itu di mutakhir sampai-sampai bisa membekukan api.

"Rendy ambil semua baju yang lu punya!"

Teriak Leo yang sudah berlari kearah rumah yang membeku itu.

Rendy berlari ke arah kamarnya dan melihat lemarinya, sekarang lemari sudah dirancang sedemikian rupa, dimana kita hanya perlu memilih baju lewat tombol di layar lemari lalu baju itupun keluar dari lubang yang ada dibawah, ya mirip seperti mesin minuman pada tahun 2020-an. Tapi, disana tak ada satu bajupun yang tersisa.

"Rendy kita harus pergi!"

Teriak Leo sambil berdiri kearah Rendy

"Emangnya kenapa?"

"Baju lu gimana??"

"Semua hilang"

"Jadi memang benar" kata Leo seolah mengerti sesuatu

"Bagaimana dengan baju orang tuamu?" Sambung Leo

"Lemari mereka menggunakan kata sandi, gw gak tau apa kata sandinya" jelas Rendy

Leo menarik tangan Rendy dan berlari kearah luar menuju kembali ke sekolah mereka sambil membawa kain putih di tangan lainnya

"Hei Leo emangnya kenapa?"

"Ada seseorang selain kita yang masih hidup"

"Hah? Gimana lu tau?"

"Persediaan makanan yang tadi gw bilang hilang, baju lu juga hilang, itu pasti dicuri"

"Dicuri?" Rendy mengulangi karena terkejut

"Ditambah, gw sudah menyelidikinya, disana gak ada sumber api, jadi yang dia gunakan adalah Fire gun" jelas Leo sambil terus-terusan berlari menarik tangan Rendy.

Fire gun adalah pistol yang dibuat satu tahun setelah Ice gun oleh kram grebrekcuz, tapi karena di klam membahayakan akhirnya ditolak oleh pemerintah, Fire gun pun akhirnya menjadi barang ilegal, dimana para penjahat profesional menggunakannya untuk melakukan aksi mereka.

Mereka berdua akhirnya kembali ke reruntuhan sekolah tadi, Leo mengeluarkan pisau dari tasnya tadi, lalu memotong jari telunjuk salah satu mayat di dekatnya dan dia mulai menggambar lingkaran dan bintang di kain putih yang entah dia dapat dari mana, kemudian menulis sebuah kata.

"Lu lagi ngapain Leo?"

"Hey, Ren, menurutmu apa yang diperlukan untuk membangun suatu negara?"

"Rakyat?" Rendy mengatakannya dengan nada bertanya.

"Bukan, keberanian!" Jawab Leo yang mengikat kain itu ke sebuah tongkat yang berdiri tegak di depan mereka

Tertulis kata "Raon city"

"Hey Leo bukannya ini kaya ninggalin jejak?"

"Apa lu gak sadar, lawan kita adalah penjahat profesional, dia sengaja membakar rumah untuk menghilangkan keberadaan nya, dengan kata lain dia pengen gak ada yang tau kalo ada yang mencuri, dengan melihat rumah yang beku dan tanda ini dia gak bakal berani masuk kawasan ini"

Leo berjalan kearah mayat yang gadis yang tadi dia tembak, lalu mulai memotong pakaiannya

"Hey hey ku mau apa?" Tanya Rendy yang mendekatinya

"Goblok! Apa kau pikir aku bakal ngelakuin hal aneh dengan mayat" Leo melempar pakaian gadis itu kemuka Rendy, lalu mulai kembali memotong baju-baju mayat yang lain.

Hari sudah mulai siang, mereka terus saja mengumpulkan baju-baju

"Hey sebenernya ini mau diapain? Kita mau kemana?" Keluh Rendy

"Setelah ini kita akan kehutan, lu bisa diam? , Lu ntar juga bakal tau" sahut Leo.

Semakin siang hari semakin panas mereka berjalan menuju hutan, berharap dapat menghirup udara segar dan melupakan aroma busuk itu.

Sekian lama mereka berjalan akhirnya menemukan hutan yang hampir habis terbakar, banyak pohon-pohon tumbang karena gempa, dan akhirnya mereka menemukan beberapa pohon yang tumbang tetapi belum terbakar.

"Kayaknya kita bisa istirahat disini malam ini. Oi, Rendy! Letakkan baju-baju itu disini" kata Leo sambil menunjuk pepohonan yang tumbang yang seolah membuat tempat berlindung dibawahnya.

"Oke, oke" jawab Rendy yang sedikit kesal dengan sifat sok ngaturnya Leo.

Leo kembali berjalan, dan akhirnya menemukan sungai tak jauh dari tempat mereka tadi.

"Hei, Rendy, cepet kesini!" Teriak Leo, Rendy berlari kearah asal suaranya.

"Apaan?" Tanya Rendy dengan sangat lesu karena telah berjalan hampir seharian.

"Lihatlah"

Disungai itu, ada beberapa ikan yang sudah mati mengambang diatas air.

"Bantu gw ngumpulin sebanyak mungkin" sambung Leo sambil menceburkan dirinya kesungai.

"Apa airnya nggak beracun?" Tanya Rendy memastikan.

"Hah? Maksud lu apaan?"

"Coba liat disana-sini banyak pecahan batu meteor, ikan disini pasti mati karena keracunan" jawab Rendy.

"Hahaha" Leo tertawa melempar ikan itu kearah Rendy.

"Lihatlah, mereka mati karena air disini sangat panas waktu meteor itu jatuh disungai ini."

Rendy memperhatikan ikan yang hampir matang seolah direbus itu, lalu percaya.

Hari sudah mulai gelap, banyak ikan yang sudah mereka kumpulkan. Leo juga sedikit mengumpulkan kayu.

Leo mengambil sesuatu lagi di tas selempangnya itu, dia mengeluarkan dua batu, batu itu adalah pecahan meteor dan yang satunya lagi adalah pecahan batu bulan, dia meneteskannya kearah kayu yang tadi dia kumpulkan, entah apa yang terkandung dalam batu-batu itu jika digesekkan dapat menghasilkan api. Lalu tak lama setelah beberapa percobaan, Leo akhirnya berhasil menghidupkan api unggun.

Rendy bergegas mengambil dua ekor ikan yang tadi mereka kumpulkan dan menusuk dahan kayu kemulutnya lalu meletakkannya di atas apa.

"Gimana pun kita harus bertahan hidup, kita harus banyak makan biar nggak kekurangan vitamin" kata Ryuga sambil memeriksa ikan bakar mereka.

"Tapi gimana ini? Gimana dengan orang tadi?"

"Halah, jangan pedulikan dia" jawab leo.

Wajah Rendy sedikit bingung dengan apa yang akan terjadi pada mereka.

"Hei, lu jangan khawatir, aku bersumpah akan mengembalikan peradapan?"

"Maksud lu apa? Memulai peradapan?"

Leo sedikit mengerti dengan sikap siaga dari Ryuga.

"Apa lu mikir kalo kita berdua cowo dan gw mau mulai peradapan? Kalo emang pikiran lu kayak gitu, lu emang bodoh" jawab Leo yang memakan ikan yang sudah matang itu.

"Apa lu pikir nggak ada orang yang beruntung kayak lu didunia yang besar ini?" Sambung Leo.

Rendy sedikit mengerti tentang Leo, dan mulai makan ikan miliknya.

Setelah makan Leo mengambil baju-baju yang tadi dibawa oleh Ryuga, dan mulai menyatukannya satu persatu seolah merajut dengan dahan runcing dan benang dari tumbuhan menjalar yang batangnya cukup kuat dan benerapa akar pohon lalu berhasil membuat dua tas punggung dan selimut dari baju-baju itu.

Rendy mengmpulkan dedaunan yang tak ikut terbakar untuk alas mereka tidur malam ini lalu meletakkannya di mana Leo menyuruhnya.

Malam yang dingin dan sepi berlalu, mereka berdua tidur dengan lelap karena kelelahan berjalan jauh.

Pagi tiba, terdengar kicawan burung yang menandakan masih ada yang tersisa diantar mereka. Leo sudah bersiap pergi dengan sikap ingin berburu.

"Masukkan ikan-ikan itu kedalam tas itu!" Suruhnya pada Rendy.

Rendy yang sudah menyerah dengan sifat sok ngaturnya Leo hanya bisa melalukan apa yang dia suruh.

"Hei Leo, kita mau kemana lagi?" Tanya Rendy sambil memasukkan ikan-ikan itu.

"Kita akan mengikuti arus sungai ini untuk kearah laut" katanya dengan memgambil tas punggung yang sudah penuh dengan ikan.

"Laut? Ngapan?" Rendy benar-benar binggung dengan tujuan Leo kali ini.

"Hahaha.. gw cuman mau eksperimen bentar" jawabnya yang berjalan mulai menjauh dari Rendy.

"Oi, tungguin gw!!"

Mereka berjalan menyusuri sungai, hampir satu jam sudah. Leo sedikit mengambil pasir ditempat barusan mereka lewati, entah apa yang ada dipikirannya.

"Hey Leo, gw udah laper,"

Leo memandang kearah langit dan mulai menurunkan tasnya lalu mulai kembali membuat api.

"Sana cepet cari kayunya"

Mereka kembali memakan banyak ikan demi memulihkan tenaga.