webnovel

Chapter 1 : Dipanggil ke dunia lain

Di suatu pagi di sebuah kota kecil di Jepang, hiduplah seorang remaja bernama Adhitama. Dia adalah seorang siswa pertukaran pelajar dengan salah satu universitas di kepang dengan minat yang luar biasa dalam dunia sains dan teknologi, maupun dalam bidang sejarah dunia. Adhitama adalah orang yang penasaran dan selalu ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana dunia bekerja.

Adhitama terbangun oleh alarmnya. Embun perlahan menyapa daun-daun, membentuk kristal-kristal kecil yang berkilauan di bawah sinar mentari pagi yang baru bangkit. Udara segar menusuk kulit, mengisi setiap tarikan napas dengan kehidupan yang menyegarkan.

Dedalu merdu para burung menyambut matahari, menciptakan latar belakang yang harmonis bagi langit yang masih memancarkan warna kebiruan lembut.

Cahaya pagi merenda kabut tipis yang menggantung menyilaukan pandangan sejenak sebelum hari benar-benar terang. Rasa dingin menyentuh ujung jari dan ujung hidung, mengingatkan akan kelembutan musim dingin yang masih terasa walau matahari telah muncul. Pohon-pohon menjulang dengan anggun, daun-daunnya gemetar pelan oleh sentuhan embun pagi.

"Awwwhhhh, akhirnya sudah pagi tetapi aku masih mengantuk dan ku lanjutkan tidurku lagi ah."(Adhitama)

Lalu, wajah yang samar-samar saat dia menyadari siapa yang berdiri di samping tempat tidurnya. Sorot mata yang tadinya masih terasa kantuk perlahan berubah menjadi hangat dan berbinar saat ia menatap wajah temannya yang datang untuk membangunkannya. Ada sentuhan lembut pada ekspresi itu, seolah-olah ia berbicara dengan bahasa tatapan bahwa dia benar-benar berarti untuknya.

"Oyyyy, Adhitama bangunlah. Nanti terlambat berangkat lho." (Tomo)

"Ah iya..." (Aditama)

Seiring dia bangkit dari tempat tidurnya, ekspresinya berubah menjadi sedikit memelas, memberi tahu temannya bahwa dia masih ingin meregangkan tubuhnya di bawah selimut hangat.

"Aku masih ngantuk tahu." (Adhitama)

"Cepatlah basuh mukamu dan mandi sana, kau sudah seperti ikan mati tahu" (Tomo)

"Ahhh, sialan kau" (Adhitama)

"Hahahahhaha" (Tomo)

Namun, tawa mereka berdua mengisi ruangan saat temannya dengan lembut mengajaknya untuk bergabung dalam hari yang baru. Ekspresi itu berubah menjadi setuju, diikuti dengan gerakan yang agak malas tetapi penuh kehangatan saat dia merangkak keluar dari tempat tidur.

Tomo adalah sahabat sekaligus teman pertamanya di jepang, ia sangat ramah dan suka membantu orang lain. Bagi yang tidak tahu sebenarnya Adhitama ngekos menyewa tempat penginapan ini dan kebetulan orang tua Tomo yang memilikinya.

Setelah selesai mandi dan sarapan di rumah Tomo, akhirnya merekapun pergi ke sekolah tempat dimana pertukaran pelajar Adhitama.

Dan akhirnya mereka berdua bahkan berada pada satu kelas yang sama, banyak siswa merasa ngeri pada Tomo yang berperawakan besar dan tinggi. Namun Adhitama mengerti sebenarnya Tomo itu orang yang baik, suka menolong, dan lembut hatinya.

Setelah pelajaran tentang sejarah merekapun istirahat di kantin, dan lagi para siswa merasa ngeri dan kasihan pada Adhitama seolah-olah dia sedang dibully. Tapi Adhitama tak menghiraukan itu dan dia bahkan setuju dengan tampilan luar Tomo yang persis layaknya seorang preman.

Saat mereka makan, si Tomo tiba-tiba teringat sejarah kelam negaranya yang pernah menjajah Indonesia. Namun Adhitama berkata

'Itu sejarah masa lalu, lupakan dan mari kita mulai masa depan bangsa kita bersama..." (Adhitama)

Setelah bel berbunyi, Adhitama dan Tomo sedang disuruh oleh gurunya untuk mengambil alat di laboratorium sekolah, dia menemukan sebuah mesin misterius yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Mesin itu terlihat seperti kombinasi antara teleporter dan alat eksperimen yang sangat rumit. Lalu di bawalah mesin dan peralatan lainnya itu ke kelas dan sang guru mulai mengutak-atik nya.

"Ini seharusnya begini kan" (Sensei Mita)

"Ibu kenapa mesinnya bercahaya?" (Tomo)

"Sensei, itu semakin terang...!!!" (Adhitama)

"Kyahh mataku" (teriak para murid)

Tanpa disadari, mesin itu mengeluarkan cahaya yang terang dan tiba-tiba Adhitama merasa seolah-olah dunia di sekitarnya berputar dengan cepat. Ketika cahaya itu mereda, dia mendapati dirinya bersama Tomo dan murid-murid lainnya berada di ruangan yang asing dan penuh dengan orang orang aneh di sana.



Di dalam aula megah istana, tahta raja berdiri sebagai pusat perhatian. Tahta itu dikelilingi oleh dekorasi yang mewah: tirai berwarna emas yang melambai dari langit-langit, lampu-lampu kristal yang memantulkan cahaya dalam berbagai warna, dan hiasan-hiasan ukiran yang rumit menghiasi dinding-dinding. Suasana di ruangan ini memancarkan rasa kemegahan dan kekuasaan, mencerminkan kebesaran kerajaan.

Raja duduk di atas tahta dengan pakaian yang mengkilap dan mahkota yang gemerlap. Ekspresinya yang serius dan tegas mencerminkan tanggung jawabnya yang besar sebagai pemimpin kerajaan.

Para penasihat dan pejabat istana berdiri di sekitar tahta, mengenakan pakaian seragam yang mencerminkan status dan peran mereka.

Di antara mereka, terdapat wakil-wakil bangsawan dan keluarga kerajaan, mengenakan pakaian yang mewah dengan perhiasan yang mengkilap. Mereka membawa aura kebangsawanan, keanggunan serta keangkuhan, mewakili tradisi dan warisan keluarga kerajaan.

Dibawah mereka terdapat sebuah lingkaran yang nampak seperti lingkaran sihir pada buku cerita fiksi serta tampak juga orang-orang berpakaian tertutup dengan jubah-jubah mereka seperti seorang penyihir.

Adhitama menyadari bahwa dia telah diteleport ke dunia lain, sebuah isekai yang hanya ada dalam cerita fiksi.

"Ku ucapkan selamat datang wahai para pahlawanku di Kerajaan Valeritus yang agung ini, silahkan membersihkan diri dan menikmati hidangan yang akan kusajikan nantinya" (King James IV)

Semua orang terdiam layaknya patung, masih berfikir apa yang sebenarnya telah terjadi.

Tomo, wajahnya tiba-tiba berubah menjadi penuh perhatian. Matanya memfokuskan pandangan dengan tajam pada apa yang baru saja dia dengar atau lihat, seolah-olah dia ingin menyelam lebih dalam ke dalam informasi tersebut. Alisnya mungkin naik sedikit, menunjukkan kejutan dan antusiasme yang spontan. Bibirnya mungkin terbuka sedikit, menyiratkan rasa kaget yang mendalam. Tetapi di tengah-tengah kejutan, ada kilauan kegairahan yang terpancar dari matanya. Sudut mulutnya mungkin melengkung sedikit, menunjukkan keinginan untuk menggali lebih dalam atau berbicara tentang informasi baru ini.

Seseorang memberanikan diri untuk bertanya.

"Yang mulia, sebenarnya apakah tujuan kami dibawa kemari" (Tomo)

"Kalian adalah para pahlawan yang akan mendapatkan kekuatan untuk mengalahkan pasukan raja iblis, untuk lebih detailnya akan ku ceritakan besok. Sekarang kalian istirahatlah dulu," (King James IV)

"Hei para pelayan, sajikan hidangan yang nikmat untuk para pahlawan kita ini" (King James IV)

Di sudut ruangan, ada pelayan-pelayan istana yang bergerak dengan hati-hati dan penuh keramahtamahan. Mereka membawa hidangan dan minuman untuk para tamu, dengan senyum ramah yang menghiasi wajah mereka. Meskipun mereka bekerja di belakang layar, peran mereka penting dalam menjaga suasana yang nyaman dan lancar selama pertemuan di tahta.