webnovel

SUAR 6

"Kamu kedinginan?" Tanya Suar di depan. Dia telaten sekali menuntunku. Bahkan perhatiannya melebihi pacarku Edi.

Aku menggeleng, "Tidak kok." Jelas aku tidak kedinginan, hawa panas malu berdekatan dengan Suar, membuatku tidak merasa kedinginan.

Sebelum sampai di balik air terjun, suar menyuruhnya menutup mata dan aku melakukannya.

Kami berjalan melewati air terjun yang begitu deras. Lalu seperti masuk ke dalam gua.

"Masih jauh?" Tanyaku pada suar, kami terus berjalan.

Aku hanya merasakan udara dingin di campur dengan embun berterbangan dari air terjun.

"Buka matamu."

Tepat di perkataan Suar, aku membuka mata. Mataku langsung berbinar-binar, pemandangan yang sangat indah. "Ini sangat luar biasa."

Suar tersenyum, dia mengambil beberapa buang dan entah melakukan apa.

Gua ini sangat indah, bercahaya warna-warni dari bebatuan seperti Cristal. Cahaya sedikit dari luar mampu memantulkan batu-batu di sini. Dan lagi, bunga-bunga bertebaran sangat indah. Aku menyukainya.

"Eh!" Aku terkejut saat sesuatu mendarat di kepalaku. Itu adalah mahkota bunga, lucu sekali, sangat pas pada kepalaku.

Suar tersenyum manis, "Cantik sekali."

Aku tersenyum malu sekaligus senang. Aku rasa wajahku kembali memerah lagi, "Terima kasih Suar."

Kami saling bertatapan-tatapan. Dari matanya, aku lihat dia begitu dalam melihatku. Aku juga baru tahu Suar seromantis ini.

Cup

Mataku terbelalak saat Suar yang tiba-tiba menciumiku dengan lembut.

Satu tangannya menarik pinggulku supaya lebih dekat dengannya. Dan satu lagi berada di kepalaku.

Aku menutup mata, menikmati setiap lumatan Suar. Merangkul lehernya dengan kedua tanganku.

Ciuman itu tidak berlangsung lama. Kali kembali saling bertatapan saat kehabisan nafas.

Seperti hawa di sini berubah menjadi panas. Bukan wajahku saja yang memanas tapi seluruh tubuhku memanas pula.

Cup

Suar menciumiku kembali, tapi kali ini dia menggendongku bak anak bayi. Dia duduk di antara bunga-bunga dan aku di pangkuannya.

Kali ini ciuman Suar sedikit dalam dan agresif. Tangannya juga tidak tinggal diam. Satu tangan mengelus pangkal paha dalamku yang membuatku merinding sekujur tubuh dan satu lagi, mengelus-elus punggungku.

Entah kenapa aku tidak ingin menghentikannya. Aku terus membalas lidah Suar yang masuk ke dalam mulutku.

Bunyi cumbuan kami, sangat terdengar jelas. Bunyi menjijikkan itu adalah bunyi yang sering kita lakukan 5 hari terakhir.

"Hahh." Kami langsung bertatapan lagi Dengan nafas tersendat-sendat.

Aku selalu tidak tahu apa yang di dikaitkan oleh Suar di balik kedua matanya yang tajam dan dalam.

"Ahh!" Desahku saat suar meremas buah dadaku. Aku membuah wajahku ke samping, sebab aku malu.

"Suar!" Aku meringis kala Suar menciumi leherku, entah apa yang dia lakukan, tapi itu berhasil membuatku kehilangan pikiranku.

Geli, aneh, seperti ada yang menari-nari di atas perutku. Dan aku menyukainya.

Beberapa desahan begitu saja lolos dari mulutku. Terdengar jijik, tapi begitulah rasanya.

"Ahhh ....." Suar meremas keras dadaku hingga terasa nyeri.

Kali saling bertatapan kembali. Suar mengecupku sebentar, "Sama-sama Gadis Kecil."