webnovel

Darel Murka

Plak!

Suara tamparan keras menggelegar mengisi seluruh ruangan, yang menjadikan atap langit sebagai saksi bisu, bagaimana seorang ayah kasar kepada anaknya hanya karena seorang wanita.

"Sudah Papah tegaskan sama kamu, jangan pernah merayu istri saya, walau itu hanya menatap matanya sekalipun!" ucap sang ayah-Gionino, murka. Matanya memerah dengan rahang mengetat, menampilkan kedua sisi yang menahan kepalan tangan.

Sang anak yang memang tidak punya kesalahan, sama sekali tidak ingin menundukkan kepala, untuk pria yang sangat dihormatinya itu.

"Yang merayu istri Papah siapa, hah? Aku sama sekali gak tertarik sama cewek modelan dia," lawan dia tak kalah menggelora dengan gigi gemulutuk menahan emosi.

Sementara diantara mereka berdua, seorang gadis ralat seorang istri muda

Sedang sesenggukan, menampilkan kepura-puraan yang membuat Gionino semakin naik pitam pada anaknya.

"Gak usah banyak mengelak, istri Papah sendiri yang bilang kalau kamu terus merayu dia, saat saya tidak ada di rumah."

Sungguh sang anak tidak habis pikir, kenapa dengan mudah ayahnya mempercayai wanita licik, yang menjelma sebagai ibu tirinya itu.

"Papah percaya sama omongan wanita ini, tanpa ingin mencari bukti yang sebenarnya?" tunjuk sang anak, sambil menatap Gionino remeh.

"Ya, karena yang istri saya katakan semuanya benar, tidak mungkin dia bisa membohongi saya," jawab Gionino kukuh.

"Aku sama sekali tidak pernah menyangkal, bahwa Papah lebih percaya sama manusia berbisa kayak dia, daripada darah daging papah sendiri."

"Cukup! Kamu jangan menyebut Raisya manusia berbisa, ya! Sekali lagi kamu mengatai istri saya, maka semua hak warismu di keluarga ini akan Papah coret, bahkan jika perlu Papah berikan pada ibu tirimu ini," bentak Gionino semakin naik darah, bahkan tak segan-segan dia mengancam anaknya dengan dalih yang sangat penting.

Sang anak mendengus, sambil menggeleng parau. "Terserah! Aku tidak peduli dengan harta Papah, Papah kasih saja semuanya sama dia, bahkan jika perlu ambil seluruhnya sampai dia mati dan dibawa ke kuburannya."

"Berani-beraninya kamu ...." Hampir saja Gionino memukul anaknya kembali, Raisya sang ibu tiri langsung mencegahnya.

"Mas sudah hentikan jangan menampar dia lagi, kasihan anakmu Mas," sergahnya terisak-isak yang sudah direncanakan.

"Ta-tapi dia sudah menghinamu."

"Gapapa mungkin ini sudah takdirku, mendapat perlakuan buruk dari anakku sendiri," dalihnya lagi bikin sang anak ingin muntah darah melihatnya.

"Ck. Sungguh wanita cerdik. Bisa-bisanya kamu besikap baik di depan Papah, tapi di belakangnya malah menggodaku. Sudahlah aku muak rasanya melihat sandiwara licikmu," hardiknya sambil melangkah begitu saja, meninggalkan pasangan yang usianya sangat terpaut jauh.

"Darel mau kemana kamu, hah? Papah belum selesai bicara," teriak Gionino merasa direndahkan.

Seorang pria berwibawa yang bernama Darel itu, sama sekali tidak ingin menggubris ucapan ayahnya dan lebih memilih pergi bersama dengan ego yang memuncak.

"Dia pikir siapa, sampai ngancam aku dengan harta warisan segala?" sungut Darel sambil memukul kemudi mobil.

"Oh, mungkin dia lupa kalau hartaku sebenarnya masih banyak dari warisan mamah dan nenek, yang tidak akan pernah miskin sampai tujuh turunan," dengusnya lagi, kali ini tangannya tergerak untuk menjalankan mobilnya menuju rumah kekasih.

"Sudah aku putuskan untuk segera melamar Alesia agar cepat menikah, jadi dengan begitu aku yakin, manusia cerdik seperti Raisya pasti tidak akan bisa menggodaku lagi," raung Darel, terbelenggu akan sikap kesal kepada ibu tirinya yang sudah bermuka dua.

***

Sementara itu di sebuah vila seorang anak muda-mudi sedang bercinta, merenggang kenikmatan dunia.

"Ah, sayang jangan gigit leherku." Seorang gadis yang bernama Alesia, meracau tidak karuan saat lawan jenisnya, begitu ganas mempermainkan kesukaannya.

"Tapi kamu sangat menikmatinya, 'kan?" tanya Romeo tersenyum insten.

"Hu'uh, jadikan yang pertama ini sangat indah sayang, aku sudah muak rasanya menunggu jamahan dari Darel yang so alim itu," desisnya sambil memegang rambut Romeo.

"Tentu sayang aku juga sangat menginginkan ini, Dania sama sekali tidak ingin disentuh olehku."

Dilain waktu, Darel yang kini sedang memegang kotak cincin, merasa tidak sabar ingin segera menemui Alesia.

Semuanya sangat indah, sampai secara tiba-tiba dia merasa ada yang menabrak tubuhnya dari belakang.

"Arghhh," ringis Darel, seraya melihat langsung orang yang melakukannya.

Cewek?

"Aaa ... tidak! Ragaku sudah menyentuh orang tidak di kenal, bisa jadi dia miskin'kan, auto harus aku semprot pakai parfum."

Bukannya minta maaf, si cewek yang tak lain adalah Dania, malah menyemprotkan seluruh awaknya, beserta dengan Darel. Untungnya pria itu memakai masker jadi tidak harus terbatuk-batuk, akibat parfumnya yang sangat meledak.

"Sombong banget nih cewek," pikir Darel sambil menatap Dania cengo.

"Kamu jangan melihatku insten kayak gitu, ya! Udah tahu aku cantik! Jadi kamu jangan tergoda melihat kesempurnaanku," kelakar Dania sangat angkuh, merasa risih atas pandangan orang di depannya.

Darel menghela nafas sambil mengalihkan pandangannya. "Udah angkuh, percaya diri banget lagi. Tapi sudahlah lebih baik aku segera pergi, daripada harus menggubris cewek aneh ini," batinnya sambil melangkah begitu saja, meninggalkan Dania yang langsung melotot.

"Eh, dasar so cool, sombong, songong dan belagu, jangan so gak tertarik gitu, deh!" teriak Dania nyerocos tapi mengikuti langkah Darel juga, karena ingat tujuan awalnya yang ingin mencari kekasih hati.

"Dia ngapain mengikutiku sampai ke sini?" oceh Darel, setelah sampai di depan vila Alesia.

Dania yang sedari tadi merasa aneh dengan tempatnya berpijak, langsung menatap sekeliling, hingga pandangannya beradu dengan Darel.

"Ngapain anda mengikuti saya sampai sini?" Mau tak mau, Darel tanyakan saja langsung keganjalannya.

Dania terbeliak, mendapat tuduhan Darel. "Kamu jangan ge'er, ya! Aku tidak pernah mengikutimu, bahkan dari tadi aku heran kenapa kamu berjalan ke arah yang sama, dengan yang ingin aku tuju," sanggah Dania nyolot.

Malu. Itulah yang dirasakan Darel, tapi tak mau menampiknya. "Mu-mungkin anda salah arah, karena jalan sini hanya kekasihku yang menempatinya."

"Apa ini belum jelas untuk menunjukkan kalau aku salah tempat?" tanya Dania sambil memperlihatkan sebuah foto.

Darel memperhatikan gambarnya seksama, lalu terheran-heran karena gambar di depannya sungguh menunjukkan vila milik keluarga Alesia.

"Sebenarnya ada urusan apa sampai anda ingin mencari keberadaan vila ini?" Darel penasaran.

"Aku ingin mencari kekasihku Romeo, dia katanya sudah tinggal di daerah ini selama seminggu."

Hah? Dahi Darel mengkerut merasa bingung atas keterangan Dania barusan, kenapa kekasih cewek di hadapannya dan Alesia bisa tinggal satu atap, apa mungkin mereka mempunyai ikatan saudara?

Tak mau berfikir lama, Darel tidak menghiraukan Dania kembali, lalu seraya mengetuk pintu.

"Ah, sayang plis pelan-pelan." Baru saja tangan Darel terangkat, dia tidak sengaja mendengar racauan laknat Alesia dari dalam.

"Oh, baby kamu akan terkapar lemah di bawahku." Tak sampai disitu Darel juga mendengar suara bariton pria.

"Aku janji sayang setelah ini akan aku lepaskan Darel tidak berguna itu."

"Benarkah baby, lalu kenapa selama ini kamu mempertahankan dia?"

"Lebih kencang sayang. Ka-karena aku suka akan hartanya, ya harta yang sangat melimpah."

Deg! Jantung Darel seketika berdetak lebih kencang karena menahan emosi, matanya memerah sangat retan sekali akan dirinya yang sangat pemarah, ritme irama nafasnyapun sampai terdengar oleh Dania.

"Kenapa kamu malah diam saja dan tidak mengetuk pintunya?" tanya Dania heran yang dari tadi tidak mendengar apa-apa.

Brak!

Tak disangka, Darel seketika mendobrak pintunya sekaligus, hingga membuat dua insan yang sedang bercinta langsung melirik ke arahnya.

"Darel," gumam Alesia luruh.

Dania juga yang sempat terlonjak atas perlakuan Darel, langsung melihat ke arah dalam, lalu terkulai lemas akibat melihat kekasihnya, yang tega sudah berhubungan terlarang bersama wanita lain.

"Romeo," pekiknya menutup mulut, diiringi air mata yang turun begitu saja.

"Wanita hina, silahkan kamu tulis berapa nominal yang kamu butuhkan, maka aku akan mengirimnya hari ini juga," hardik Darel geram, rasa cinta yang dibelenggunya selama ini berubah menjadi benci.

Hanya sekejap bertahan di situ, selepasnya Darel menjauh kembali, karena sudah tidak kuat melihat wajah Alesia sebagai kekasih terburuknya itu.

Asa yang awalnya ingin merajut kasih ke jenjang serius, kini hanya tinggal nama bersama hati yang terluka.