webnovel

Ada Apa Dengan Suamiku

Aku Ani, aku istri seorang satpam, dan sudah mempunyai dua orang putri yang cantik-cantik, sudah hampir kurang lebih satu tahun ini, aku tidak diberinya nafkah batin, karena suamiku menderita penyakit TBC jadi otomatis hubungan suami-isteri kami terganggu, bahkan sama sekali tidak kami lakukan, karena suamiku takut aku tertular.

Pengobatan TBC ini tidak boleh terputus selama sembilan bulan, kalau seandainya terputus harus mengulang pengobatannya dari awal lagi, aku dengan senang hati mengantarkannya untuk kontrol, dan selalu mengingatkan untuk segera kembali di tanggal yang telah di tentukan.

Setelah menemaninya berobat selama sembilan bulan, suamiku disarankan untuk mengikuti tes dahak terakhir untuk memastikan apakah sudah betul-betul sembuh dan hasilnya alhamdulilah suamiku telah sembuh, ternyata perjuanganku menemaninya berobat tidak sia-sia.

Dikala malam pas kebetulan suamiku baru pulang bekerja, aku langsung memeluknya dari belakang dan melingkarkan taganku dilehernya, sembari berbisik di telinganya.

"Mas, kapan kita bisa bermesraan, aku sudah rindu saat-saat itu?" tanyaku, menggodanya.

"Maaf Neng, Mas belum siap karena sudah lama tidak melakukan itu," sahutnya menjelaskan.

Aku melepaskan pelukannku, dan berlalu kekamarku dengan rasa kecewa, kecewa karena di tolak, wajar karena sebelum suamiku sakit TBC kami lagi mesra-mesranya, maklum usia pernikahan kami baru dua belas tahun, karena anak kami lumayan sudah besar-besar, dan kami waktu itu sedang asyik-asyiknya mencoba berbagai macam gaya, tahu-tahu suamiku sakit, duh coba bayangkan? bagaimana rasanya? sedih, kecewa, marah, pastinya kenapa ini menimpaku.

Sudah satu tahun berlalu tanpa nafkah batin dari suamiku, ya aku masih bisa sabar, tetapi apa yang baru aku dengar pas aku memintanya lagi.

"Mas, ayo aku sudah tak sabar," ucapku, menarik tangannya dan menuju ke kamar.

"Dek Maaf, Mas----," ucapnya, terputus.

"Kenapa, Mas, kok bingung begitu," ucapku, terlihat jelas dari wajahnya.

"Mas--- mas ---, gak bisa bagun," ucapnya, malu dan menunduk.

"Masa, Mas bohong, ingin aku yang mulai duluan ya," ucapku, menggodanya, sambil kuberikan senyuman paling manis.

"Mas, gak bohong, coba saja kalau gak percaya," ucapnya, lirih.

Aku meletakkan tangannku agak lama di atas ressleting suamiku, iya betul tidak ada reaksi, diam saja, aku kecewa, dan berucap.

"Kenapa Mas, gak bilang, kalau Mas sakit," tanyaku, menyelidik.

"Mas sedang mencari obatnya Neng, sampai-sampai Mas pergi ke tempat yang tidak seharusnya Mas datangi, karena hanya ingin mengetahui apakah betul ini sakit," ucapnya, menjelaskan, sambil menunjuk ke bawah.

Aku terdiam bingung, sedih, marah, bercampur semua rasa, dan berbisik dalam hati, 'Ya Allah mengapa nasibku seperti ini, aku kan masih muda, lagi seneng-seneng, dan cinta-cintanya, tetapi malah seperti ini'.

Ada apa dengan suamiku mengapa itunya tidak mau bagun, apakah ada yang menjailinya? apakah ada yang iri sama aku? apakah ada yang sakit hati karena aku atau suamiku karena aku permah menolak seseorang di kampung ini dan malah memilih Mas Yuda, berbagai pemikiran berkecambuk di dalam otakku,

keesokan harinya aku utarakan maksudku kepada suamiku, ingin mengajaknya berobat ke tempat Empo Nanah, karena dia orang yang paling pandai di kampungku, untuk masalah yang tidak terlihat, Mas Yuda, awalnya menolak tetapi karena aku desaknya akhirnya mau juga ikut denganku, Setelah tiba di sana, di lihat dan di terawang, ternyata Mas Yuda bersih tidak ada guna-guna, akhirnya kami hanya di beri air doa untuk di minum di rumah.

Aku masih penasaran dengan keadaan suamiku, akhirnya aku bercerita kepada teman dekatku Lina, di sela-sela aku ngampung.

"Lin masa, itu suamiku diam saja?" tanyaku.

"Itu impoten namanya Ni," sahutnya.

"Mengapa bisa begitu," tanyaku lagi.

"Mugkin dia sakit gula Ni, coba kamu cek ke klinik, soalnya usia suamimu masih muda, kan aneh kalau terkena penyakit seperti itu," ucapnya.

Setelah mendapat kan jawaban dari Lina aku jadi kepikiran dan tidak sabar untuk membawanya ke klinik.

Keesokan harinya aku paksa suamiku untuk ikut denganku, ke sebuah klinik untuk konsultasi dan cek darah,

setelah konsultasi dan tes darah, harus menunggu satu hari untuk melihat hasilnya, padahal aku lagi penasaran eh harus nunggu satu hari, yah tapi baiklah aku sabar karena orang sabar di sayang Allah.