webnovel

Itaewon

Safira menunggu Nathan di stasiun kereta api, mereka berdua memutuskan untuk bertemu di stasiun, padahal Nathan menyarankan agar dia menjemput Safira di mansion nya, tetapi Safira menolak karena Safira tidak ingin Nathan terbebani olehnya.

Safira menunggu Nathan sambil merapihkan penampilannya.

"Hai." Nathan menepuk bahu Safira dari belakang.

"Kak Nathan." Safira tersenyum begitu melihat Nathan sudah datang.

Nathan tersenyum lalu bertanya, "Menunggu lama?"

"Tidak." Jawab Safira sambil tersenyum.

"Harusnya tadi aku menjemputmu di mansion saja."

"Tidak apa-apa Kak Nathan."

Nathan pun segera mengajak Safira pergi, "Keretanya akan segera datang, ayo."

"Iya." Mereka berjalan beriringan sambil bercerita di sepanjang jalan.

Begitu kereta tiba, mereka langsung masuk dan mencari tempat duduk yang nyaman.

"Safira, duduklah di sini." Nathan mempersilahkan Safira untuk duduk lebih dulu.

"Terima kasih Kak Nathan." Nathan tersenyum sebagai jawaban, lalu Nathan duduk di samping kanan Safira.

Nathan dan Safira kembali membahas pembahasan, namun mata Nathan memperhatikan seorang pria setengah tua di samping Safira. Pria itu sedari tadi memperhatikan Safira, Nathan awalnya tidak curiga, tapi pada saat pria itu ingin memegang bahu Safira, Nathan langsung memeluk bahu Safira lebih dulu.

Lantas saja Safira bertanya, "Kenapa Kak Nathan?"

"Ada serangga." Ucap Nathan, Safira memperhatikan bahunya.

"Tidak usah di lihat."

Safira menatap Nathan bingung, "Iya Kak Nathan."

Nathan dan pria itu berperang tatapan tajam.

"Safira." Nathan bangkit dari tempat duduknya, lantas saja Safira menatap Nathan heran.

"Kak Nathan mau kemana?"

"Duduklah di sebelah sini." Nathan menunjukan tempat duduknya, Safira pun bergeser tempat duduk, dan kini Nathan duduk di sebelah pria setengah tua itu. Karena Safira pindah dan di gantikan oleh Nathan, pria itu pun pergi.

Beberapa jam kemudian, mereka tiba di itaewon, Nathan segera mengajak Safira pergi ke tempat favoritnya jika berkunjung ke daerah itaewon.

Safira begitu menikmati waktunya, jalan-jalan bersama Nathan adalah pilihan yang bagus.

Karena mereka belum makan, Nathan pun bertanya dan akan mengajak Safira pergi makan, "Mau makan siang dulu?"

"Boleh Kak Nathan."

"Di sini ada restauran enak, kamu harus mencobanya."

"Aku tidak sabar untuk segera mencicipi makanannya."

Nathan membawa Safira ke sebuah restauran asia ternama, di sana mereka bisa memesan makanan dari berbagai negara asia.

"Mau pesan apa?"

"Apa saja Kak Nathan."

"Baiklah." Nathan memesan nasi goreng, pad thai, mie pho dan sebagainnya, Safira sangat menyukai makanan yang Nathan pesan.

Selesai makan, Nathan dan Safira ingin pergi ke taman di itaewon, mereka ke sana menggunakan bus, beruntung bus nya cepat datang.

Begitu mereka naik, Nathan menyuruh Safira duduk di kursi yang hanya tersisa satu.

"Lalu Kak Nathan gimana?"

"Kan ada ini." Nathan memegang pegangan yang berada di atas.

"Bus nya sangat padat." Ucap Safira sambil menatap sekitar.

"Makannya, kamu lebih baik duduk."

"Oke Kak Nathan." Nathan tersenyum.

Sepanjang jalan Safira asik memperhatikan sekitar dan Nathan hanya mengawasi Safira.

Penumpang bertambah, saat Safira melihat seorang nenek masuk, Safira lantas berdiri.

"Kenapa berdiri Safira?" tanya Nathan.

"Nenek mencari tempat duduk?" Safira bertanya kepada sang nenek.

"Iya," jawab Nenek.

"Duduklah di bangku ini Nenek." Safira lebih memilih untuk berdiri.

"Terima kasih."

"Sama-sama Ne." Ucap Safira dengan ramah.

Kini Safira menatap ke arah Nathan.

"Gak papakan kursinya aku kasih sama yang lain, kamu gak marah kan?" Tanya Safira khawatir karena Nathan sudah sengaja menyiapkan tempat duduk agar Safira bisa duduk dengan nyaman.

"Aku justru bangga sama kamu." Nathan mengusap kepala Safira sambil tersenyum, Safira ikut tersenyum. Safira kira Nathan akan marah, mana bisa Nathan marah, Safira justru dengan baik hati dan bersikap sopan kepada yang lebih tua.

"Apa masih lama?" tanya Safira.

"Tidak, sebentar lagi juga sampai." Safira berdiri menghadap ke arah Nathan.

Krit~

Bus tiba-tiba mengerem mendadak, itu membuat Safira hampir terpental ke belakang, untung saja Nathan langsung memeluk Safira.

"Kamu tidak apa-apa Safira?" Tanya Nathan khawatir.

"Aku baik Kak Nathan." Safira menatap ke arah Nathan, otomatis mata mereka bertemu.

Mereka berdua menatap untuk waktu yang lama sampai kontak mata mereka berhenti begitu bus kembali melaju. Nathan pura-pura batuk lalu memalingkan wajahnya, begitupun dengan Safira, mereka tersenyum malu-malu.

Tak lama bus tiba di tempat tujuan mereka, Nathan dan Safira lantas turun dari bus, mereka berjalan ke arah taman. Sampai di taman, mereka berdua menghabiskan siang hari di sana, mereka melakukan aktivitas yang sangat menyenangkan.

"Gimana, kamu suka?" tanya Nathan

"Aku suka sekali Kak Nathan, lain kali aku ingin mengajak Kakak perempuan ku ke sini." Jawab Safira sambil tersenyum ceria.

"Kamu sepertinya sangat menyayangi Kakak perempuan mu."

"Tentu saja, tapi Kakak perempuan ku itu sebenarnya hanya kakak ipar."

"Tak apa, setidaknya kamu punya Kakak laki-laki juga Kakak perempuan, sedangkan aku, aku hanya punya Kakak perempuan saja."

"Kak Nathan juga punya kakak?"

"Yah, Kakakku yang pertama dan aku kedua."

Asik bercerita, mereka berdua memutuskan untuk segera pulang ke seoul sebelum sore hari tiba.

Kali ini Nathan mengajak Safira pulang menggunakan taksi karena Nathan tidak ingin kejadian di kereta terulang.

.

.

.

Makan malam tiba, Reina dan Adya sudah duduk di tempatnya, mereka sedang menunggu Theo dan juga Safira pulang.

"Malam Mommy, sayang." Theo tiba dan langsung duduk.

"Malam." Sapa Reina dan Adya.

Mereka berbincang sedikit, lalu tak berselang lama Safira juga tiba di mansion.

"Aku pulang." Ucap Safira mendekati meja makan dan duduk di tempatnya.

"Darimana kamu Safira?" tanya Theo.

"Habis jalan sama temen," jawab Safira.

"Pria?"

"Iya." Safira berterus terang kepada keluarganya.

"Suruh temuin Kakak sekarang," ucap Theo.

"Apa sih, orang cuma temen." Ucap Safira menatap kakaknya sebal, pasti kakaknya ini akan menjahilinya.

"Tapi kamu demen kan?"

"Ngawur, ya enggak lah."

"Kakak gak suka kamu pacaran sama pria sembarangan." Ucap Theo melihat adiknya.

"Apa sih Kak Theo."

"Sayang, Kakak kamu itu peduli." Jelas Adya.

"Iya Mommy, tapikan gak ada yang pacaran, lagi pula aku juga pilih-pilih."

"Pilih dia," batin Safira.

Begitu pembicaraan Theo dan Safira selesai, mereka segera menyantap makanan yang ada dan sudah tersedia di meja makan.

Selesai makan malam bersama, mereka kembali ke kamar masing-masing, Theo terlihat begitu antusias saat Reina tiba di kamarnya.

"Sayang." Theo memeluk pinggang Reina.

"Kak Theo lepas." Reina berusaha melepaskan pelukan Theo.

"Kenapa emm?'

"Aku mau tanya sesuatu." Reina menatap Theo serius.

"Apa itu?"

"Apa Kak Theo mencintaiku?" Butuh keberanian saat Reina bertanya demikian.

Reina bukannya mendapatkan jawaban, tetapi Theo malah tertawa.

"Tentu saja tidak." Jawaban Theo menyakiti hati Reina.

"Kenapa sayang, apa kamu mencintaiku?" Tanya Theo balik.

"Tidak," jawab Reina.

Theo mengeratkan pelukannya, "Kamu jelas tau, kita tidak saling mencintai."

"Lalu semalam itu apa?"

"Sex." Reina bungkam, salahkan juga dirinya kenapa dengan mudahnya dia terbawa suasana.