webnovel

Hukuman

"Kamu terkejut? Dengarkan aku sayang, aku bisa mendapatkan informasi apapun secepatnya."

Reina tersadar bahwa Theo bukanlah orang sembarangan, Theo tentu akan tau informasi apa pun yang Theo mau.

"Dan aku tidak suka kamu menemuinya, apa kamu tidak takut jika ada paparazi yang mengawasi mu, lalu dia menyebarkan berita perselingkuhan istri dari Theobald Nicholas?" Jelas Theo panjang lebar.

"Aku tidak selingkuh, dan lagi aku hanya menganggapnya sebagai teman."

"Tapi tidak dengan dia."

"Memangnya kenapa jika dia menyukaiku, apa urusan mu?" Reina meninggikan suaranya.

"Tentu itu urusanku sayang." Bisik Theo tepat di telinga Reina, itu membuat Reina merasa geli. Theo membalikan posisi Reina menjadi saling berhadapan.

"I want you."

"Gak, aku gak mau."

"Why?" Tangan Theo menyelipkan anak rambut Reina ke belakang telinga.

"Kak Theo, aku mohon berhenti." Pinta Reina.

"Kita belum memulai, kenapa kamu minta berhenti?"

Reina mencoba menjauhkan jarak mereka, "Karena aku gak mau berhubungan intim."

"Tapi kamu harus melayaniku."

"Tapi."

"Syut!" Thep menutup bibir Reina dengan jari telunjuknya.

"Lakukan sebelum aku bertindak kasar, tetapi malam ini, kita akan melakukan sex yang lebih kasar." Reina menggeleng, belum melakukan saja sudah membuat Reina ngeri.

"Let's start." Theo mengangkat tubuh Reina lalu menjatuhkannya di atas ranjang tanpa perasaan, membuat Reina merasa di lempar.

Reina ingin beranjak, tentu saja Theo tidak akan membiarkannya, dengan sekali dorongan Reina kembali terbaring.

"k-kak Theo." Reina menatap Theo takut.

Theo merangkap naik, mensejajarkan wajahnya, lalu.

Chup!

Theo mulai mencium bibir Reina, ciuman Theo begitu sangat cepat, kasar dan menuntut. Reina kewalahan bahkan untuk bernafas saja rasanya sangat sulit.

"Emft." Reina memukul lengan Theo, Reina tidak bisa mengimbangi kecepatan Theo saat mencium bibirnya.

Bukannya melepas, Theo malah mengigit bibir Reina, otomatis Reina membuka bibirnya karena merasakan sakit. Theo melesatkan lidahnya, mengabsen isi dari mulut Reina, tentunya Theo akan bermain dan melilit lidah Reina.

Reina memukul lengan Theo dengan tenaga yang tersisa, beruntung Theo melepaskannya, namun Theo langsung menyerang leher Reina. Reina merasa ngilu karena gigitan Theo yang tidak main-main sakitnya.

"Akh, Kak Theo, sakit." Selesai membuat kiss mark di leher Reina, Theo lantas bangkit, Theo duduk di atas paha Reina.

"Aaahhh." Begitu vaginanya di tekan oleh penis Theo yang sudah mengeras, Reina mendesah panjang, meskipun kelamin mereka masih terhalangi kain.

Tangan Theo perlahan meraba bra Reina, kemudian Theo mencubit kedua nipple Reina yang masih tertutup bra, Reina di buat mendesah lagi.

Srek!

Theo merobek bra dengan sekali tarikan lalu membuangnya asal, tangan Theo meraba kedua payudara Reina, lalu mulai memijatnya perlahan.

"Aah." Reina mendesah keenakan.

Namun detik berikutnya, Theo meremasnya dengan kencang, bahkan sangat kencang, desahan Reina berubah menjadi rintihan.

Bukan hanya tangan, bibir dan lidah Theo juga liar bermain di payudara Reina, Theo tersenyum menyeringai melihat kiss mark yang telah dia ciptakan begitu banyak dan penuh menghiasi kulit mulus Reina.

"Akh, Kak sakit." Reina tak henti-hentinya merintih kesakitan.

Puas dengan daerah dada, Theo berpindah ke bawah, Theo membuka lebar paha Reina, lalu.

Srek!

Merobek panty Reina dengan sekali tarikan dan tentu membuangnya asal.

Theo tidak memberi Reina waktu untuk bernapas, jari telunjuk Theo langsung masuk ke dalam vagina Reina.

Theo mulai bermain di dalam dengan jarinya. Reina tidak bisa menahan desahannya begitu jari panjang Theo masuk dan bermain.

Theo menambahkan jarinya ke dalam vagina Reina, dari satu, menjadi dua, kemudian tiga sekaligus. Reina makin gila untuk mendesah, satu jari saja sudah membuat Reina mendesah, apalagi dengan tiga jari bahkan kecepatan permainan jari Theo begitu cepat. Reina meremas kuat sprei dengan tangannya, desahan Reina begitu kencang dan memenuhi ruangan kamar.

"Akhhhhh."

Theo tersenyum melihat kondisi Reina, kepalanya menggeleng tidak kuat dengan ekspresi Reina yang begitu cantik dan sexy dalam satu waktu.

Saat Reina mengalami pelepasan, Theo dengan sensual menjilati pelepasan Reina dari jarinya, lalu menjilati pelepasan di vagina Reina dengan mulut dan lidah.

Begitu selesai, Theo bangkit, kemudian melepaskan pakainya dengan cepat. Theo kembali ke posisi tadi, tetapi Theo menjaga jarak dengan menyangga kedua tangannya.

Penis Theo yang sudah berdiri tentu sudah siap untuk bertempur, namun dengan sengaja Theo malah menggesekkan nya dengan vagina Reina, Reina menggigit bibir bawahnya begitu merasakan sensasi yang tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata.

"Kak Theo." Reina menatap mata Theo lekat.

"Emm, kenapa sayang." Theo membalas tatapan Reina.

"Jangan, ahhh, di gesek."

"Lalu bagaimana sayang." Theo semakin menggesekkan kelamin mereka berdua.

"Aaahh Kak please." Untuk pertama kalinya Reina memohon.

"Kamu mau apa sayang." Theo menggoda Reina.

"Tolong, masukan."

"Masukan, masukan apa?"

"Itu."

"Berbicaralah dengan jelas sayang."

"Kak." Ucapan Reina terjeda, Theo makin sengaja memancingnya.

"Emm sayang."

"Aku mohon masukan." Reina menatap Theo sayu.

"Seperti ini." Theo memasukan penisnya sedikit.

"Lebih." Dengan sekali hentakan penis Theo masuk dengan sangat dalam, membuat Reina mendesah merasakan vaginanya yang penuh dan sesak. Reina berteriak nikmat.

Karena tidak ada pergerakan, Reina menggerakkan pinggulnya ke atas, Theo tersenyum, lalu detik berikutnya Theo menghujam vagina Reina dengan sangat cepat, saking cepatnya sampai tidak terhitung oleh waktu.

"Damn it! lubang mu sempit sekali sayang."

"Kak Theo pelan."

"Kenapa semakin nikmat."

"Aah."

"Aku suka lubang mu sayang."

"Kak."

"Ini nikmat." Theo menutup matanya saking menikmati kegiatan mereka, begitu juga dengan Reina.

Saat dirasa mereka berdua akan mengalami pelepasan, Theo semakin mempercepat gerakannya, detik berikutnya mereka mengalami pelepasan.

"Argh! sial, kenapa nikmat sekali."

"Cukup."

Bukannya melepaskan penyatuan, Theo malah kembali bergerak cepat, Reina yang baru bernapas lega kembali tersentak dan kembali mendesah keenakan.

Namun penyatuan mereka yang sekarang, Theo memasukan penisnya begitu dalam, bahkan Theo hampir menubruk dinding rahim Reina, Reina tentu memperingati Theo.

"Jangan terlalu dalam, aakh."

"Kak." Theo makin mempercepat gerakannya sambil mendesah keenakan.

"Theo."

"Kak."

"Jangan ter akh."

"Terlalu aaahh."

"Dalam."

Reina mendesah kencang dan Theo membalas desahan Reina dengan sangat kencang pula.

Mereka kembali mendapatkan pelepasannya secara bersama, karena vagina Reina tidak muat untuk menampung cairannya dengan terpaksa Theo mengeluarkan penisnya dari dalam vagina Reina.

Saking terlalu banyak, sampai cairan itu keluar membasahi vagina Reina.

Theo bangkit lalu membersihkan cairan mereka yang tidak tertampung dengan tissue, Theo membersihkan penisnya lalu membersihkan vagina Reina.

"Ahh, Kak cukup." Reina yang mulai akan menyelami dunia mimpi seketika terbangun karena gerakan tangan Theo.

"Aku hanya membersihkannya sayang." Theo membersihkannya dengan telaten.

Setelah sudah bersih, Theo ikut berbaring di sebelah Reina, Theo membawa Reina ke dalam pelukannya dengan tubuh yang sama-sama telanjang. Theo menyelimuti tubuh mereka berdua dengan selimut, setelah menutupi tubuh polos mereka, Theo menciumi kepala juga wajah Reina, sesekali Theo juga mengusap rambut Reina. Reina yang mendapatkan perlakuan manis dari Theo hanya diam dan semakin terlelap ke dalam mimpi, tak lama Reina pun tertidur pulas.

Melihat Reina sudah tidur, Theo tersenyum puas, sungguh sex yang luar biasa, Theo berpikir untuk melakukannya lagi. Perlahan Theo mulai menyelami dunia mimpi dan akhirnya Theo juga ikut tertidur pulas.