webnovel

Jangan Membahas Masalah Ini Lagi di Kemudian Hari

Editor: Wave Literature

Begitu menyadari tatapan yang mengerikan, Shia Tang spontan menunduk. Lalu dengan nada menyesal berkata, "Maaf, aku hanya ingin membantu menggantikan dompetmu."

"Apa kamu datang untuk menukarnya dengan dompet baru?" suara Billy Li menjadi lebih dingin.

Shia Tang mengangguk, namun segera menggeleng. "Ketika kembali, aku baru saja melihat dompet barumu sampai, jadi.... aku berinisiatif untuk membawanya." Suaranya terdengar semakin lama semakin kecil.

"Kamu bukan hanya suka bertindak semaumu sendiri, tetapi juga sok pintar!" dengan suara dingin, Billy Li mengambil ponselnya dan menelpon sebuah nomor. "Steve, apa kau mengerti kesalahan apa yang sudah kau perbuat?" tanya Billy Li.

"Saya mengerti bos. Saya menyerahkan tugas saya kepada orang lain. Saya siap menerima hukuman." Steve mengakui kesalahannya.

Karena kamar itu begitu hening, Shia Tang bisa mendengar kata-kata yang diucapkan Steve dengan jelas. Ia menunduk lebih rendah lagi dengan rasa bersalah, sambil memutar jari-jari putihnya di gaun yang ia pakai dan berkata dala hati, Jika aku mengatakan yang sebenarnya tadi, bukankah Steve tidak akan dihukum?

Billy Li menutup ponselnya, menatap Shia Tang dengan dingin dan memberikan suatu peringatan, "Jangan macam-macam denganku, kamu masih terlalu lemah!" Setelah mengucapkan peringatan tersebut, Billy Lipergi meninggalkan Shia Tang.

Setelah langkah kaki pria itu menghilang karena pergi, barulah Shia Tang bisa bernapas dengan lega.

"Billy Li, apa yang sebenarnya ingin kau lakukan? Apa kau berusaha untuk menghancurkan Keluarga Li dengan mengganti semua pegawai?" suara Donny Li di telepon terdengar marah.

Billy Li berdiri di luar balkon ruang kerjanya. Ia menjentikkan debu dari rokok yang dijepit diantara dua jarinya, lalu menghirupnya dalam-dalam. Dari balik jendela, wajahnya yang tertutup asap yang mengepul, menjadi terlihat semakin suram.

"Aku tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk menghancurkan Keluarga Li. Para 'Bayangan' hanya perlu satu sentuhan jari saja untuk melakukan itu. Tapi nanti, ketika aku sudah selesai membereskan keluarga Tang, akan ada saatnya juga buat kalian!" Billy Li mengucapkan dengan nada mengancam.

Bahkan hanya dari telepon, Donny Li begitu terkejut dengan nada pria itu, "Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya!" Donny Li menutup telepon dengan keras, ia terkulai lemas di atas sofa kulit. Seolah-olah, ia telah menghadapi negosiasi antara hidup dan mati.

"Ayah, apa tidak ada cara untuk membicarakannya baik-baik?" putra tertua Donny Li. Wilson Li, masuk ke dalam. Pembawaannya yang lembut menambah ketenangan alami dalam dirinya.

"Dibicarakan baik-baik? Anak itu kembali dengan hati besinya untuk balas dendam... Bagaimana bisa kita bicarakan baik-baik? Menurutmu, mengapa Robert Tang harus menikahkan orang gila pada keluarga Li agar menjadikannya keluarga yang kuat? Itulah yang harus ditebus oleh keluarga Tang! Karena keterpaksaan… mereka harus mengorbankan seseorang yang mengidap penyakit jiwa" Donny Li menjelaskan kepada anaknya.

"Menebus? Ayah, apakah keluarga Tang berutang sesuatu kepada kita?" Donny Li tertegun dengan pertanyaan Wilson Li.

Donny Li menjawab singkat, "Mereka berhutang nyawa!"

"Nyawa itu kah... itu kah hal yang paling dipikirkan oleh kak Billy?" tanya Wilson Li tidak percaya. 

Donny Li hanya mengangguk.

Donny Li yan masih terduduk lesu di atas sofa, membenamkan wajah dalam telapak tangannya. Samar-samar, muncul sosok seseorang di benaknya. Ketika kecil, sosok kecil itu telah diintimidasi oleh tiga saudara ini. Selanjutnya, sosok kecil tersebut tampak menghilang diam-diam.

Ya Tuhan! Kalau begitu... jika dilihat berdasarkan gaya kerja dan posisi Billy setiap harinya, pasti dia tidak akan mudah melepaskan ketiga anak lelakiku ini. Pikiran Donny Li semakin kacau.

"Ayah, hutang nyawa itu, apakah yang Ayah maksud... Sheryl Xia?" Wilson Li teringat nama gadis itu.

Donny Li mengangguk dengan penuh penyesalan.

"Lalu... Bagaimana gadis itu bisa mati?" Wilson Li tampak masih berusaha untuk mencari tahu kebenaran pada ayahnya.

"Sudah, jangan bertanya!" sela Donny Li dengan ketus. "Jangan sebut-sebut lagi nama itu...!" Bagi Donny Li, membahas sosok gadis kecil itu sama seperti hal yang tabu, suatu hal terkutuk yang tidak boleh diungkit-ungkit kembali.

Billy Li memadamkan rokok pada asbak kristal di sampingnya. Ia membuka dompet baru yang telah diganti tadi. Dengan lembut, ia membelai foto yang ada di dalam dompet itu. Seketika, langsung dapat melunakkan tatapan matanya yang dingin.

"Sheryl, jangan khawatir. Aku tidak akan membiarkan semua orang yang telah melukaimu untuk lolos! Nasib mereka akan lebih sengsara darimu…" Billy Li berbicara dengan foto tersebut.

Ia menggenggam dompetnya lebih erat. Perlahan, bayangan yang baru saja terhapuskan dari benaknya muncul kembali. Ia menutup mata, lalu gadis kecil periang yang baik hati itu kembali muncul dalam ingatannya. Ya, hanya bisa dalam ingatan...