webnovel

Bagaimana Kabarnya Beberapa Hari Ini?

Editor: Wave Literature

Dalam sekejap mata, tak terasa satu minggu telah berlalu dengan cepat. Billy Li baru saja kembali ke Star Garden, mandi dan berganti baju. Ia sudah siap untuk keluar. Namun, tiba-tiba ia berhenti sejenak di ambang pintu, kembali masuk dan mulai berpikir.

"Tuan..." Saudari Liu bergegas menghampirinya dan menunggu perintah.

"Bagaimana kabarnya beberapa hari ini?" tanya Billy Li dengan nada suara datar, seolah-olah sedang menanyakan keadaan hewan peliharaan.

"Nona Shia Tang berkata bahwa anda menyetujuinya mengikuti kursus piano. Jadi, setiap hari dia pergi pada jam delapan pagi dan pulang jam enam sore." Lapor saudari Liu dengan jujur.

"Pergi jam delapan pagi dan pulang jam enam sore? Apakah semua kelas piano di dalam negeri ini berpacu dengan waktu?" mata Billy Li yang dalam memancarkan sorot yang tajam.

Steve menanggapi ini dan segera bertanya, "Bos, apakah perlu saya selidiki?"

Billy Li melambaikan tangan. "Bawahanku tidak perlu buang-buang tenaga untuknya." Shia Tang tidak mungkin punya keberanian untuk bermain-main, pikirnya.

"Baik..." Steve membungkuk dan membuka pintu mobil, "Bos, hari ini anda ada janji dengan tuan Lu dari KY Group, di Annie's Italian Restaurant." Steve sedang mengingatkan bosnya untuk sebuah pertemuan. Billy Li mengangguk sambil membungkuk untuk masuk ke dalam mobil. Mobil pun perlahan pergi.

Annie's Italian Restaurant

Begitu Shia Tang melangkah masuk ke restoran, kak Wang, manajer yang bertugas, memberinya segelas jus segar, "Shia Tang, kenapa hari ini datang sepagi ini? Sini, minumlah segelas jus yang masih segar ini!" 

"Terima kasih, Kak Wang. Saya pergi bekerja dulu." Setelah itu, Shia Tang pergi ke bagian piano di dalam restoran.

Sebenarnya Shia Tang telah bekerja disini selama seminggu. Kak Wang sangat ramah padanya, ia merasa kurang terbiasa dengan sikap seperti itu.

"Manajer Wang, sudahlah. Shia bukanlah tipe gadis yang bisa kamu manjakan." Pelayan No. 1 datang dan menepuk bahu manajer Wang, mengejeknya.

"Benar, sudah bagus dia bisa duduk disini memanjakan mata kita, jangan sampai kamu menakut-nakutinya." Pelayan No. 2 juga datang menghampiri.

Shia adalah gadis yang sangat cantik, seperti seorang putri dari negeri dongeng. Sifatnya membuat orang lain berharap agar bisa dekat dengannya dan menyingkirkan siapapun yang mendekat.

Dengan alunan melodi dari piano yang terdengar, beberapa pria menghela napas. Gadis yang sungguh cantik dan sangat berbakat, seperti seorang Dewi. Membuat orang-orang yang berada disekitarnya menjadi sadar, jika mereka tak berarti apapun saat berada di dekatnya.

Tapi, meskipun permainan pianonya sangat bagus, pasti akan ada yang bertanya, mengapa gadis secantik itu datang ke restoran ini untuk bekerja sebagai pemain piano?

Pada waktu makan siang, terdengar alunan melodi alami yang mengalir dengan indah dari area piano yang telah disekat oleh tirai kristal.

Seorang gadis duduk di depan piano, jari-jarinya seolah menari di atas tuts piano yang berwarna hitam dan putih. Ia memainkan lagu berjudul City of Sky dengan begitu indah, bunyinya seperti suara ajaib, dan sangat memabukkan.

"Tuan Li, silakan lewat sini." Billy Li yang dipimpin oleh pelayan menuju kursi yang dipesan. Lokasinya berada di dekat jendela.

Hawa dingin langsung membingungkan para pengunjung restoran. Billy Li berhenti di depan kursi, melihat sedikit ke tirai belakang sambil mengerutkan alis, lalu duduk membelakangi area piano.

"Presdir Li, suasana disini bagus kan?" ujar Fendi Lu, membuka pembicaraan.

"Lumayan." Angguk Billy Li dengan acuh tak acuh.

Grup KY Eropa akan memasuki pasar Cina, sementara Fendi Lu telah ditunjuk untuk mencari mitra. Ini adalah proyek terbesar yang telah diperjuangkan oleh keluarga Tang. Jika berhasil, keluarga Tang akan memperluas jangkauan bisnisnya. Sayangnya, apapun yang diinginkan keluarga Tang, keluarga Li akan merebutnya.

Billy Li tidak suka melibatkan diri dengan keramah-tamahan dan hubungan sosial. Jika tidak terpaksa, ia tidak akan pergi sendiri. Tetapi, saat ini Fendi Lu bersikeras untuk bertemu langsung dengan presdir Li.

Setelah bertukar sapa, akhirnya mereka memasuki topik.

Piano yang terdengar merdu serta hubungan kerjasama baru, telah diselesaikan dalam suasana yang indah. Billy Li mengatakan akan pergi terlebih dahulu karena ada urusan. Ketika ia berdiri meninggalkan kursinya, sekumpulan pria di ruang makan menuju area piano dengan niat buruk.

Dengan mengikuti arah pandang mereka, warna mata Billy Li berubah menggelap, tetapi ia tidak bermaksud ikut campur.

Tiba-tiba, sebuah suara yang terdengar tidak asing di telinganya menghentikan Billy Li untuk terus melangkah pergi...