webnovel

STUCK WITH YOUR LOVE

Zanna Kirannia harus menerima konsekuensi atas perbuatan isengnya terhadap seorang pria. Keisengannya dengan teman-temannya berujung klaim kepemilikan atas Zanna oleh seorang pria yang dari awal sudah membuat Zanna tertarik,bahkan tatapan mata pria itu sudah bisa membuat sesuatu di dalam tubuh Zanna bangkit dengan sendirinya tanpa perlu dengan susah payah dibangunkan. Kenan Narendra harus berurusan dengan keluarga besarnya saat seorang gadis kecil tiba-tiba berteriak di depan matanya dan marah-marah. Dan yang lebih parah lagi, gadis itu berteriak kalau Kenan adalah seorang gay. Kenan yang memang berasal dari keluarga terpandang yang merupakan blasteran indo-eropa memiliki paras yang tampan yang saat ini identik dengan para gay. "Siapapun kamu, dan dimanapun kamu berada, aku akan mencarimu. Di dalam lubang semut sekalipun."

kartikawulan · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
215 Chs

MA'AF

Zanna dan Kenan masih dalam posisi berpelukan. Mereka menatap langit-langit kamar hotel yang mereka tempati. Tatto di dada Kenan membuat Zanna merasa tersanjung. Bagaimana bisa pria yang dulu mempermainkannya mematri namanya di bagian tubuhnya?

"Ma..."

"Ak..."

Ucap mereka bersamaan, Kenan menatap Zanna yang berada di pelukannya dan tersenyum.

"Kamu, bicaralah dulu." Kenan mempersilahkan Zanna mengatakan apa yang ada dipikirannya.

"Aku ingin kembali ke kamarku." Pinta Zanna lirih. Zanna memberanikan diri melirik ke arah Kenan. Rahang Kenan mengeras, terdengar gemeretuk diantara kedua rahangnya membuat Zanna kembali menundukkan pandangannya.

"Tidak. Kamu tidak bisa kemana-mana, tetap disini dan bersamaku. Mau kamu ma'afkan atau tidak aku tidak perduli. Yang penting kamu tetap disini." Ucapan Kenan terdengar mutlak dan tidak bisa ditawar lagi.

Zanna merasa seperti dipenjara, semua gerak-geriknya diperhatikan. Bahkan, saat ini di depan kamar hotel mereka sudah ada dua orang pria yang mempunyai tubuh tinggi dan besar sedang berjaga.

Kenan meninggalkan Zanna untuk pergi ke kamar mandi. Zanna melihat peluang untuk mencari ponselnya, dan dengan tiba-tiba dia memukul kepalanya. Zanna lupa jika dia sama sekali tidak membawa apa-apa saat masuk ke dalam kamar yang Kenan pesan.

Zanna mondar-mandir berpikir bagaimana cara dia pergi dari kamar ini. Matanya menatap keluar dan Zanna bergidik ngeri. Zanna tidak mungkin melompat dari lantai empat puluh lima, bisa gepeng nanti dia. Zanna masih ingin makan sate, nasi uduk dan juga gado-gado favoritnya apalagi Zanna belum menikah dia masih ingin merasakan kebahagiaan dalam sebuah pernikahan.

"Aku harus gimana ini? Bagaimana caranya agar aku bisa keluar dari sini? Di depan ada penjaga, dan aku juga tidak mungkin menggunakan telepon hotel untuk menghubungi Sella dan Fika." ucap Zanna lirih sambil terus mondar-mandir.

"Jangan melawan, kamu tidak akan pernah bisa pergi dari sini sedikitpun."

Zanna terhentak kaget saat dia mendengar suara yang dia hafal seratus persen. Zanna membalikkan tubuhnya melihat Kenan menyeringai berjalan ke arah Zanna.

"Kamu mengatakan sesuatu?" Tanya Zanna sambil melangkah mundur perlahan. Tatapan Kenan sangat mengintimidasi Zanna membuat Zanna merasa tidak nyaman.

"Kamu mau kemana?"

"Aku ingin mengambil barang ku di kamar, tapi kamu tidak mengijinkan aku dan menyewa bodyguard?." Zanna benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang ada di kepala Kenan saat ini.

"Boleh. Ayo! Aku akan membawamu ke dalam kamar kamu," Kenan menyentak tangan Zanna membawanya berjalan. Zanna yang tidak siap terseok-seok mengikuti langkah Kenan.

"Tung.... Tunggu...! Aku bisa sendiri, kamu di sini saja. Hanya saja, suruh dua manusia besar itu minggir dari pintu."

"No! I'll going with you. Jika tidak, kamu tetap disini saja." Zanna kembali merengut, Kenan ingin tertawa saat melihat wajah Zanna yang menurutnya lucu. Bibirnya yang sedikit dimajukan membuat Kenan ingin melahap habis bibir merah muda milik Zanna.

Zanna membiarkan Kenan memegang tangannya tepatnya menyeret Zanna menuju kamar Zanna menginap sebelumnya. Zanna memasuki kamar itu dan bibirnya melongo, kamar itu sudah bersih, barang-barang Zanna dan teman-temannya sudah tidak ada. Kosong.

"Kemana mereka?"

"Bukannya kamu bilang hari ini kamu cek out? Berarti mereka sudah pergi." Jawan Kenan santai. Zanna menatap ngeri ke arah Kenan.

"Pria ini. Aku benar-benar ingin mencekiknya sampai mati." Batin Zanna marah.

"Barang-barangku?" Zanna berusaha mengontrol emosinya. Menghadapi Kenan dengan emosi hanya akan berakhir dengan kekalahan Zanna.

"Mana aku tau, di tempat sampah, mungkin." Jawab Kenan santai sambil menggendikkan bahunya acuh. Zanna mengepalkan tangannya erat. Ingin sekali dia menonjok pria tampan di depannya ini.

Zanna membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauhi Kenan sambil menghentakkan kakinya kesal.

"Kamar kita dilantai atas sayang, bukan kebawah." Kenan menyindir Zanna yang akan melarikan diri sambil menekan tombol lift ke arah atas yang awalnya Zanna menekan ke lantai bawah. Kenan tau isi kepala Zanna yang sibuk mencari cara untuk melarikan diri.

"Aku mau pulang. Kamu harus mengganti semua barang-baran gku yang hilang."

"It's oke, no problem for me. Kamu mau minta apapun akan aku berikan. Tokonya sekalipun juga boleh." Zanna menatap Kenan dengan tatapan yang seakan ingin membunuhnya saat ini juga. Kesal dengan tanggapan santai Kenan, Zanna memilih untuk melihat dinding lift yang sedang membawa mereka menuju kamar yang ditempati oleh Kenan.

Zanna memasuki kamar Kenan sambil menghentakkan kakinya keras. Dia tidak ingin melihat Kenan yang tersenyum puas sudah melihat dia uring-uringan, Zanna memilih untuk pergi dan menjatuhkan tubuhnya di ranjang lalu dia tutup dengan selimut tebal.

"Nanti sore kita pulang." Suara Kenan terdengar di telinga Zanna tetapi dia tidak menghiraukan sama sekali, Zanna memejamkan matanya dan menutup telinganya rapat-rapat.

"Sayang..... Hai.... Kiran...Zanna Kirannia... " Zanna tetap tidak bergeming, telinganya ditutupnya rapat-rapat tetapi saat Kenan membuka selimut dan langsung memegang telapak kaki Zanna dia berteriak geli, tawanya terdengar keras saat Kenan menggelitik telapak kakinya. Mereka berdua tertawa lepas melupakan permusuhan yang di kibarkan Zanna.

"Hentikan, tolong hentikan!" Suara Zanna yang meminta tolong disertai dengan tawa lepas Zanna membuat Kenan merasa puas.

"Jangan mengabaikan aku. Kamu tau aku tidak suka diabaikan."

Kenan menghentikan gerakan tangannya yang menggelitik tubuh Zanna dan membuka selimut yang membungkus tubuhnya.

"Aku mau pulang."

"Iya, kita pulang nanti."

"Tapi aku mau pulang dengan teman-teman ku!"

"KIRAN!" Nyali Zanna mengkerut saat mendengar bentakan Kenan. Pria itu dulu tidak pernah membentak Zanna tapi sekarang?

Air mata Zanna mengalir dengan sendirinya membuat Zanna bertambah kesal. Turun dari ranjang, dia pergi meninggalkan Kenan yang masih terbengong karena sudah membentak Zanna.

"Sayang, Kiran! Ma'afkan aku. aku tidak sengaja membentak kamu."

Kenan mengejar Zanna yang masuk kedalam kamar mandi. Pintu kamar mandi yang dikunci oleh Zanna membuat Kenan tidak bisa menyusul Zanna masuk.

"Sayang, buka pintunya!" Kenan terus mengetuk pintu yang ada di depannya itu meski tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi.

"Please sayang, ayo keluar. Aku benar-benar meminta ma'af."

"Sayang, ayo dong keluar! Nanti kamu sakit jika terlalu lama berada di dalam kamar mandi."

"Kiran! Kamu keluar atau pintu ini aku dobrak? Aku hitung sampai tiga! Satu! Dua! Ti... "

Klek....

Pintu terbuka menampilkan Zanna yang masih cemberut. Kenan langsung memeluk tubuh mungil itu dengan cukup erat.

"Jangan mengulanginya lagi. Kamu benar-benar membuatku sangat khawatir."

Zanna semakin heran dengan perubahan sikap Kenan yang tiba-tiba. Pria itu baru saja membentaknya dengan kasar tapi kini sedang berbicara cukup lembut dan terdengar perhatian.

"Apa yang terjadi dengan Kenan? Kenapa ekspresi Kenan bisa berubah dengan sangat cepat, bahkan dalam hitungan detik?" batin Zanna bertanya-tanya merasa kebingungan.