webnovel

Tanggung Jawab

|POV JACKSON ANTSLEY|

Aku tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Sesuatu yang yang kupikirkan dan tak kuharapkan di benakku benar benar terjadi secepat ini. Sekelompok perampok bermasalah mengambil Kucingku dengan inti sebuah Artefak yang tidak diketahui.

Aku masih belum mengetahui motif sebenarnya perampok ini. Entah dia mengambil kucing itu karena spesiesnya atau memang karena isi didalamnya. Namun hipotesa ku saat ini adalah perampok ini sudah menargetkan kami dengan sangat matang, hingga akhirnya mereka dapat menyerang kereta kuda kami dengan tepat.

Dengan Emosi yang meluap luap, aku terpaksa meninggalkan kedua anakku untuk mengambil kembali apa yang seharusnya milik kami. Aku berjanji akan mendapatkan kembali kucing itu bagaimana pun caranya karena itu adalah tanggung jawabku sebagai seorang Ayah, aku berharap mereka baik baik saja disana selagi aku mengejar perampok itu.

Jika diingat ingat kembali, sudah lama aku tak mengejar dan menangkap penjahat seperti ini. Ibu Kota Batavia memiliki tingkat kejahatan yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan kota Arnhemia ini, namun hal itu dapat aku tangani dengan mudah sebagai seorang kesatria dahulu. Entah apakah aku masih dapat melakukan pekerjaan itu saat ini.

Aku mengejar Perampok itu masuk melewati gang dengan atap yang menutupi seujung jalan hingga membuat gang ini minim cahaya dari luar. Awalnya perampok itu terlihat memasukkan Kucing kami kedalam sebuah karung dan dipikul olehnya sambil berlari menuju gang itu. hanya dari yang kulihat sekilas, 2 perampok yang berpenampilan sama mengikutinya dari belakang.

Saat aku mengejarnya lebih dalam, mereka mendapati sebuah persimpangan dengan 3 jalan. Perampok yang membawa karung itu mengambil jalan ke kanan dan 2 lainnya mengambil jalan sisanya masing masing. Tak pikir panjang, pastinya aku mengambil jalan yang dilalui perampok yang membawa karung itu.

Jalan yang kuambil ini terdapat beberapa warga yang sedang berjalan dan juga beberapa mungkin ingin memasuki salah satu bangunan didalam sini. Karena aku terbilang Warga baru di Kota Arnhemia ini, aku tidak mengetahui jalan yang sedang aku lalui saat ini. aku tak pernah melewati gang gang sempit dan gelap seperti ini sebelumnya di Kota ini.

Aku berusaha menghindari tabrakan dengan seorang warga yang sedang berjalan saat aku mengejar perampok itu. Dia bahkan dengan sengaja menarik beberapa orang yang ia lewati untuk mengelabuhi diriku. Memang seorang yang sedang melarikan diri dari sesuatu mungkin akan melakukan tindakan apapun untuk mencegah ia tertangkap.

"Hei, apa yang sedang terjadi disini?" ucap salah satu warga yang dia tarik untuk mengelabuhiku.

"permisi tuan, maafkan aku"

Hanya dengan kelincahan yang ku kuasai, aku dapat menghindari warga yang dia tarik, dorong bahkan jatuhkan kearahku itu. Namun entah kenapa kecepatannya tak bisa ku tandingi. Apakah mungkin dia menggunakan sebuah skill untuk menambah kecepatan miliknya itu? jika itu mungkin, maka aku juga harus menggunakan skill azkselerasi untuk dapat mengejarnya.

[Skill: Accel]

Dengan penambahan kecepatan ini, aku mungkin dapat mengejar perampok itu. disaat tanganku hampir berhasil menyentuh karung yang berada dibelakang punggungnya itu, dia langsung menarik karungnya kedekapannya dan melemparnya. Dari persimpangan jalan kiri didepan, Datang salah satu teman perampoknya mengambil karung itu dan berlari kearah kanan.

"Dasar perampok keparat" gumamku

Saat emosiku tidak stabil, aku menangkap kepala perampok pertama dan menjatuhkannya ke tanah hingga dia dia tak bergerak seketika. Tanahnya sampai retak saat aku memberikan dorongan yang kuat terhadap kepalanya itu, aku berharap dia pingsan hingga tak lagi merepotkanku dalam kejar kejaran ini. Tanpa berhenti, aku tetap berlari mengejar perampok yang saat ini membawa karung itu.

Sebenarnya aku ingin menggunakan Armament Ring ku untuk menangkap mereka, namun dikarenakan Armament Ring milikku adalah sebuah pedang dua tangan, jadi aku tak bisa menggunakannya di gang yang sempit ini. Pedang milikku tak dapat berayun dengan baik jika berada dalam daerah seperti ini, itu akan menggangguku untuk melancarkan serangan.

Perampok yang satu ini sepertinya lebih lincah dibanding yang sebelumnya. Melihat dia lebih menghindari tabrakan dengan warga dibanding membuatnya menghalangi jalanku. Aku pun tak tau dimana ujung dari gang sempit yang minim cahaya ini.

Sialan, aku tak punya pilihan lain selain mengikuti mereka memasuki gang itu. mungkin mereka sudah hafal dengan jalan yang mereka lalui ini. aku rasa ini bukan pertama kalinya mereka merampok dan melakukan strategi ini. jika seperti ini terus, bisa bisa aku jadi kelewat emosi.

"BERHENTI KAU PERAMPOK"

Warga yang berada disana pun banyak yang menoleh kearah kami yang sedang kejar kejaran ini. Entah apa yang kupikirkan untuk meneriakinya seperti itu, sudah jelas seorang perampok tidak akan berhenti sampai mereka merasa jika ia sudah aman. Setelah aku berteriak seperti itu, terlihat tangan kanan miliknya membentuk simbol dan mengeluarkan Armament Ring miliknya yang berupa sebuah Orb berwarna kuning yang berarti dia berada di tingkat Topaz.

[Earth magic: Rock Bullet]

Seketika muncul beberapa batu kerikil kecil yang keluar dari Orb miliknya itu dan langsung menerjang diriku.

[Barrier]

dengan beberapa kali hindaran pertama, aku pun memanggil pelindung untuk menangkis kerikil yang ia tembakan ke arahku. Dia beruntung dapat menggunakan Armament Ring nya di tempat seperti ini. Tangan kananku terasa gatal ingin mengeluarkan Armament Ring milikku untuk membalaskan apa yang dia berikan kepadaku barusan.

Jika dilihat lihat, sepertinya dia sedikit kesal karena serangannya tak ada yang mengenaiku. Aku rasa dia akan menyerangku lagi dengan mantra yang berbeda.

[Earth Magic: Earth Spike]

Dengan terus berlari, ia mengarahkan Orbnya ke dalam tanah dan membuat sebuah paku-paku yang terbuat dari tanah kami pijak itu dan menusuk nusuk dari bawah. Satu per satu paku itu meluncur kearahku dan membuat beberapa bagian dari pelindungku retak. Sebenarnya aku tidak pandai dalam sihir tanpa menggunakan Armament Ringku, namun sepertinya ini patut dicoba dihitung hitung sebagai latihan agar dapat menghadapi kondisi seperti ini.

[Wind Magic: Aerodynamic]

Dengan Mantra ini aku dapat berlari sekaligus menepis segala jenis serangan fisik seperti paku yang menerjang itu dengan elemen angin. Ditambah akselerasi tambahan dan Barrier yang masih bertahan, mungkin ini adalah sebuah pelindung ganda dengan tambahan kecepatan didalamnya.

Aku berharap dapat menangkap perampok yang satu ini bersama dengan karung itu. Aku menabrakan Barrierku pada punggungnya dan menjatuhkannya kedepan. Aku tak tau apakah kucing yang berada di dalam karung itu baik-baik saja atau tidak dalam dekapannya itu.

Sebelum dia bisa bergerak merangkak dan kabur, aku menginjak punggung bawahnya dan memastikan dia tak dapat bergerak untuk beberapa saat.

"Tetaplah dibawah" ucapku sambil melintir kakiku yang sudah tertanam di punggungnya.

Aku mengambil karung dengan paksa dari dekapannya itu. Anehnya, mesikpun terlempar sampai terjatuh tadi, Karung itu tidak menunjukkan adanya pergerakan. Apa jangan jangan Kucing itu pingsan atau lebih parah lagi... MATI???

Dengan rasa khawatir, secepatnya aku buka ikatan tali yang mengikat bagian mulut karung itu. Dan saat dilihat dalamnya, ternyata karung itu berisi tubuh kelinci salju utuh yang sudah mati kaku. Aku tak percaya mereka bahkan sudah menyiapkan umpan untuk mengelabuhiku. Sedari awal sebenarnya aku telah mengejar umpan mereka, lalu bagaimana dengan karung yang asli?

Dengan emosi yang meluap, aku menjatuhkan karung itu dan menarik kerah jubah yang ia gunakan itu dan mengangkatnya sampai kepalanya sedikit lebih tinggi diatasku hingga tak menyentuh tanah.

"CEPAT KATAKAN, DIMANA KUCINGKU?? JANGAN SAMPAI TANGAN INI MEMELUK LEHERMU YANG EMPUK ITU" dengan penuh emosi, aku meneriakinya yang masih tertutup masker itu.

"Guhkk... coba saja kalau kau bisa, pria jagoan"

Dari mulutnya yang terceplak di maskernya itu, sepertinya dia menyeringai dengan tingkahnya yang belagu, dia mengejekku seperti itu dengan keringat tegang mengalir di wajahnya.

Mendengar permintaan sok hebatnya itu, tangan kiriku berpindah ke lehernya dan mencengkramnya layaknya sedang menggenggam pedang. Reaksi alaminya pun keluar dengan kedua tangannya yang berusaha melepaskan tanganku yang mencekik dirinya itu.

"PERMINTAANMU TERKABUL. DAN SEKARANG JAWAB PERTANYAANKU! DIMANA KUCINGKU???"

"Guhkk... kau tak bisa membunuh seseorang jika kau mencekikku seperti ini"

masih dengan seringai yang ia tempelkan di maskernya itu, dengan sombongnya berkata seperti itu layaknya aku tak bisa membunuhnya hanya dengan mencekiknya. Sepertinya dia benar benar perlu diberikan rasa takut yang tak akan bisa dia lupakan selamanya.

"Hei bajingan... kau ini ya-" aku merendahkan nada bicaraku dan melepas kacamata yang kugunakan dengan tangan yang satunya untuk dimasukkan kedalam sakuku dan mendekatkan wajahnya hingga berada tepat didepan wajahku.

"Sepertinya kau ini perlu di rehabilitasi agar tidak melakukan kejahatan kembali. Biar aku beri dengan sedikit pertolongan pertama" aku menatap matanya secara horizontal dan memberinya pelajaran.

[Skill: Stare of Despair]

Alasan aku membuka Kacamataku sebelumnya yaitu untuk aku dapat mengaktifkan skill ini. Kacamata yang kugunakan itu sebenarnya adalah sebuah Artefak pengekang yang dapat menekan Aura kekuatanku yang bisa saja meluap luap karena emosi yang tak bisa kutahan. Sebenarnya aku ini orang cepat emosi jika ada masalah yang sulit diselesaikan, hehehe.

Dengan skill ini, aku dapat membuat target ketar ketir dan merasa ketakutan saat bertatapan dengan mataku. Mata miliknya mulai melebar dan pupilnya mengecil layaknya orang yang sedang melihat monster didepan matanya langsung.

GHYAAAAAAAA

Kembali lagi dengan reaksi alami yang ia keluarkan, mulutnya terbuka lebar lebar hingga membuat masker yang ia gunakan tak cukup menutup keseluruhan mulutnya yang terbuka itu. aku menurunkan masker yang setengah terbuka itu hingga kelehernya.

"Ssstttt jangan berisik, ada orang yang sedang tidur di sekitar sini"

Teriakan yang ia timbulkan menyebabkan beberapa orang mengintip dari balik jendela rumah mereka yang ada di gang ini. saat ini kami malah jadi tontonan masyarakat seperti layaknya sebuah tontonan bangsawan korup yang dihukum mati di tengah kota.

Aku melepaskan skill itu agar dia bisa berhenti berteriak seperti bayi itu dan memasang kacamataku kembali.

"Jadi, bagaimana sekarang huh? Apakah kau sudah bisa memberitahuku dimana kucing itu?"

dengan terus menatapnya, aku membuat pola dengan tangan kananku dan mengeluarkan Armament Ring milikku.

"Kalau kau tak ingin memberitahuku, mungkin kau bisa memberitahu pedang ini keberadaannya" aku mengacungkan pedang ini tepat diatas tanganku yang mencekiknya dan dibawah dagu miliknya.

"Kughh... Pedang Ungu kehijauan itu... sialan.., sepertinya kami salah memilih target" dia sempat melihat ke arah pedangku yang siap memotong kepalanya kapan saja.

"Hei hei, kau ini menilai orang hanya dari tingkat kekuatan mereka saja ya? Memangnya kau tak melihat langsung warna cincinku ini sebelumnya? Dasar perampok bodoh" ucapku sambil terus mempertahankan posisi seperti ini.

"Kugh... aku tak tau, dialah yang mengambil barangmu itu. aku hanya sebagai pengalihan sama seperti orang yang kau jatuhkan ke tanah tadi" dia berbicara dengan rasa takut yang masih menempel di pikirannya karena efek Stare of Despair ku tadi, rasakan itu.

"Maksudmu, orang ketiga yang mengambil jalan kiri pertama itu?"

aku merujuk pada orang terakhir yang belum timbul untuk mengambil karung ini. Aku hanya melihat satu karung yang mereka bawa dari tiga perampok itu. Apakah perampok ketiga menyembunyikannya disuatu tempat?

"Tidak tidak tidak, yang mengambil Kucingmu itu adalah pemimpin kami. Kami bertiga hanyalah umpan, jadi tolong singkirkan benda ini dari ku"

Saking takutnya, sepertinya dia memberikan informasi yang seharusnya tak dia ucapkan hanya untuk lepas dari ancaman pedangku ini. Aku tak mengira perampok yang mengambil kucingku di dalam gerbong itu bukan diantara mereka bertiga.

"Apakah ini yang sedang kau cari" terdengar suara om om yang berasal dari belakangku.

Seketika aku menoleh kebelakang untuk mencari tau siapa yang sedang berbicara itu. Aku melihat seorang Prajurit tanpa pelindung kepala dengan karung yang dipegang di tangan kanannya dan seorang yang terlihat tak sadarkan diri dengan penampilan yang sama dengan yang aku cekik ini. Sepertinya orang yang ia seret dengan tangan kirinya.

Aku pun mengembalikan Armament Ringku dan melepaskan cengkraman tanganku pada lehernya hingga ia jatuh.

"Sepertinya benda yang ada di dalam sini milikmu" Prajurit itu meletakkan karung yang bergerak gerak itu ke tanah.

"Apa kau seorang Prajurit Kota?" tanyaku dengan berjalan mengarah karung yang ia letakkan itu.

"Ya, bisa dibilang aku seorang penjaga yang sedang berpatroli. Dan aku menemukkan kereta kuda yang terbakar dijalan" ucap prajurit.

"Benarkah?? Apa kau melihat dua anak kecil disana?" tanyaku dengan khawatir meninggalkan mereka disana dengan terpaksa.

"Ya, mereka baik baik saja, namun anak perempuan itu sepertinya terluka dibagian dahinya"

Mendengar dia berkata bahwa Dora terluka, aku langsung marah dan mengeluarkan kembali pedangku dan mengacungkannya kepada perampok yang prajurit itu pegang.

"Beraninya kau melakukan ini kepada anakku, akan kuberi kau ganjaran yang setimpal untukmu" dengan nada emosional, aku mendekat sambil menyeret pedang yang kubawa itu.

"Tunggu dulu tuan, anak itu sekarang baik baik saja. Seorang Healer datang menyembuhkannya kemudian" mendengar dia berbicara begitu, aku langsung berhenti tepat saat aku ingin mengayunkan pedangku ini.

"Benarkah?? Syukurlah kalau begitu. Maafkan aku karena mudah terpancing emosi seperti ini" aku pun mengembalikan pedangku menjadi cincin semula.

"Ketua Robert, kami berhasil menemukan dua perampok lain, yang satu terbujur kaku di tanah dan yang satunya lagi berhasil kami tangkap saat melarikan diri" datang 2 prajurit dengan penutup kepala yang masing masing membawa satu perampok.

"Kerja bagus, prajurit. Ohiya untuk urusan perampok ini serahkan saja kepada kami. Kau harus kembali kepada anakmu itu. sepertinya mereka menghkawatirkanmu" ucapnya

"Baiklah lalau begitu, Terima kasih banyak telah membantuku menangkap mereka. Namaku Jackson, Jackson Antsley. Kau bisa memanggilku Jack" dengan tanda terima kasih aku mengajaknya berjabat tangan.

Ia pun menerima jabat tangan dariku "Robert, hanya Robert. Kau bisa mencariku di tembok Pos gerbang Utara" ucapnya dengan wajah yang sedikit kaget saat aku mengajaknya berjabat tangan.

"sekali lagi terima kasih eh... pak Robert hehehe. Kelihatannya kau lebih tua dariku. Aku akan mengambil karung ini, sampai jumpa" akupun meninggalkan 3 prajurit itu.

Dengan membuka karung dan melihat isinya, ternyata benar terdapat kucing milikku. Sepertinya Kucing ini tidak terluka sama sekali. Aku mengeluarkan nya dari karung dan menggendongnya kembali ke tempat dimana kereta kuda berada. Aku berharap tidak tersesat saat berjalan nanti.

Saya mencoba membuat cerita pertama ini dengan beberapa referensi luar yang sudah terkenal tentunya

Berikan kritik dan saranmu tentang ceritaku ini seperti contoh soal penulisan dan kata kata yang kugunakan.

Punya ide tentang ceritaku? Beri komentar dan beri tahu saya.

Nashki1310creators' thoughts