|POV ROBERT|
Sebagai salah satu dari Prajurit Arnhemia, tentunya Aku harus melaksanakan tugasnya dengan sebaik mungkin. Di Arnhemia, aku ditunjuk sebagai salah satu Ketua Satuan Prajurit yang dapat memerintah beberapa anggota yang terdapat dalam suatu regu.
Saat ini aku mendapati seorang perampok yang mencuri hewan peliharaan korbannya. Aku tak tahu motif apa yang dia lakukan hingga mencuri seekor hewan peliharaan itu. Namun bagian mengejutkannya ialah aku bertemu dengan seorang Jackson Antsley, Mantan Ksatria Pengawal pribadi Putri Kerajaan ZuidOosten. Untuk pria yang lebih muda dariku itu adalah sebuah pencapaian luar biasa sampai ia diberi pekerjaan seperti itu.
Aku tak Mengira akan bertemu dengannya disini. Apakah saat ini dia tinggal di Arnhemia ini? atau ia sekedar berkunjung? Terlebih lagi, dialah korban pencurian dari sekumpulan perampok ini. Aku merasa kasihan terhadap perampok kelas rendah ini yang berhadapan langsung dengannya. Untung saja ia bukan seseorang yang mudah untuk melakukan pembunuhan demi tercapainya tugas yang sedang ia laksanakan dulu.
"Tidak kusangka... aku bertemu dengan seorang Jackson Antsley disini" gumamku dengan rasa tegang setelah berjabat tangan dengannya.
"Um... Ketua Robert!, bagaimana dengan perampok ini?" salah satu bawahanku, Norman seketika bertanya saat aku bergumam dengan memegang perampok yang pingsan.
"Ehem, kita akan membawa perampok ini ke Penjara Arnhemia untuk diberikan hukuman yang pantas untuk perbuatannya ini" jawabku.
"Cih, bagaimana bisa Kapten dapat dikalahkan hingga tak sadar diri begitu. Padahal baru baru ini dia naik ke tingkat Chrysoberyl" salah satu perampok yang berhasil ditangkap oleh Narmon mengoceh.
"Diam kau penjahat, kau tak pantas berbicara saat ini" Narmon membentaknya sambil menampar wajahnya.
Aku pun menghadap kearah perampok tersebut. "Hahahahaha, itu sederhana. Aku lebih kuat darinya, itu saja" aku tertawa terbahak bahak mendengar ocehanya itu.
"Cih" hanya itu yang keluar dari mulutnya setelah mendengar jawabanku.
Perhatianku teralihkan saat mendengar suara orang yang sedang berbicara sendiri.
"Tidak tidak tidak tidak tidak... Yaampun... andai aku tidak menantang perkataannya tadi, aku tak akan jadi seperti ini. yang kulakukan hanya menjadi umpan saja, aku tak memikirkan akan terjadi hal seperti ini"
perampok yang dibuat gila oleh Jackson Anstley itu menggerutu sendiri di tanah dengan kakinya yang dilipat kedalam dekapan dadanya dengan sepasang tangannya yang menutupi kedua telinganya dibalik tudung jubahnya.
"Lebih baik aku berburu monster dibandingkan dengan berhadapan dengannya" lanjutnya.
Aku tak tau apa yang dilakukan Jackson, tetapi akibatnya membuat perampok ini menjadi putus asa.
"Hei kau, apa yang terjadi padamu hingga jadi seperti itu? bukannya kau anggota yang paling berani diantara kita bertiga? Kenapa kau begitu ketakutan?" Teman penjahatnya pun sempat sempatnya menanyakan itu padanya.
"Hei sudah kubilang kau tak pantas berbi-"
"DIAM KAU BRENGSEK, KAU TIDAK TAHU BAGAIMANA RASANYA YANG AKU ALAMI TADI. LEBIH BAIK AKU TIDAK IKUT DALAM OPERASI INI TADI, DASAR BAJINGAN BRENGSEK"
Sebelum Narmon menyelesaikan kalimatnya, penjahat gila itu tiba tiba saja membentak temannya yang bertanya kepadanya sebelumnya dengan suara yang cukup keras.
"Sudah sudah, kalian sesama penjahat tidak boleh saling bertengkar. Kalian kan satu tim, hahahaha" akupun mencoba melerai ocehan si gila itu.
"KAU JUGA SEBAIKNYA TIDAK USAH IKUT CAMPUR, PAK TUA UBANAN!"
Seketika aku sedikit terpancing emosi karena dia mengejekku seperti itu, padahal rambutku memang seperti putih dengan gradasi abu-abu, dan selain itu dia juga memanggilku pak tua.
"Pak tua ubanan katamu?"
Dengan jengkelnya, aku berjalan kearahnya dengan menyeret perampok pingsan yang kutangkap.
"Hei hei hei, mau apa kau mendekat? PERGILAH DARI HADAPANKU!" dia pun mundur ketakutan dengan kedua kakinya yang mendorong dorong tanah dibawahnya.
"Sebaiknya kau jaga mulutmu itu, DASAR PENJAHAT!"
Agar dia bisa menutup mulutnya itu, aku memukul kepalanya dengan Armament Ring bentuk sarung tangan Chrysoberyl ku hingga matanya putih dan tak sadarkan diri, sama yang kulakukan pada perampok yang kuseret.
Akupun mengangkat tubuhnya dan menggendongnya di bahu kananku.
"Tidak mungkin... dia langsung pingsan begitu saja, pantas saja kapten sampai tak sadarkan diri seperti itu"
tatapan temannya yang sebelumnya dibentak itu tiba tiba merasa kaget dengan pupilnya yang mengecil merasa tak percaya apa yang ia lihat sebelumnya.
"Sekarang... mari kita bawa mereka ke Penjara"
"Ba-Baik, Ketua" ucap kedua bawahanku.
Dengan begini, kami bertiga membawa keempat penjahat ini keluar dari gang gelap disini.
Kejadian ini bisa dibilang Unik bagiku.
------------------
Saat itu aku sedang dalam tugas Patroli di bagian utara kota karena memang aku bertugas di daerah ini. Aku bersama dengan 2 anggotaku sedang menelurusi jalan utama yang biasa Kereta pengangkut lewat entah itu untuk pergi keluar melewati gerbang utara maupun ke Perpustakaan Kodeks.
Pada saat itulah aku melihat asap yang tidak seharusnya ada di jalan utama. Kami bertiga pergi mendatangi asal asap itu datang. Tak disangka ada banyak kerumunan yang berkumpul didepanku saat kami pergi ke tempat itu. Apakah ada sesuatu yang terjadi didepan sana? Aku tak bisa menebak dengan pasti apa yang terjadi, namun sepertinya ada sebuah kebakaran yang menyebabkan asap itu mengepul ke udara.
Aku melihat beberapa orang yang dapat melakukan sihir atribut air sedang menyiram inti api itu berasal. Ternyata saat aku mendekatinya, sebuah gerbong kereta terbakar dengan seorang kusir yang berada di belakang gerbong kereta itu terbakar bersama dengan 2 anak kecil. Dari yang kulihat aku rasa mereka adalah korban yang menggunakan kereta kuda itu sebelumnya. Aku menanyakan beberapa informasi yang mungkin dapat kami jadikan sebuah laporan penyebab terjadinya kebakaran gerbong kereta kuda itu.
Dari informasi yang aku terima, terjadi sebuah penyerangan yang kemungkinan direncanakan oleh Sekelompok perampok dengan menggunakan jubah dan masker mulut yang mengambil barang milik korban, yaitu seekor Kucing. Ayah dari kedua anak kecil ini telah lebih dulu mengejar perampok itu menuju sebuah gang kecil dengan atap yang menutupi lorong nya yang membuat gang itu gelap. Dengan begini, kami bertiga bersiap memasuki gang gelap itu dan pergi mencari perampok yang melakukan penyerangan dan pencurian atas penumpang kereta kuda ini.
"Kalian Berdua, ayo kita tangkap perampok itu" aku memerintahkan kedua bawahanku yang sedang menjaga kerumunan untuk pergi menangkap perampok itu bersamaku.
Tak lupa aku membubarkan kerumunan yang kemungkinan dapat menyebabkan kerusuhan atau semacamnya itu. Kami bertiga memasuki gang yang dilalui oleh perampok yang akan kami tangkap ini.
"Aku tidak tau ada berapa banyak perampok yang ikut serta dalam pencurian ini, kita harus menangkap mereka semua tanpa terkecuali. Itulah salah satu tugas kita sebagai seorang prajurit" ucapku dengan terus berlari kedalam gang.
"Baik, Ketua!" jawab kedua bawahanku.
Saat memasuki gang tersebut, beberapa orang terlihat kebingungan, kemungkinan mereka melihat pengejaran antara Jackson dengan salah satu perampok. Kami terus menelusuri gang gelap ini hingga berhenti seketika saat tiba di percabangan jalan. Didepan kami terdapat 3 percabangan baru yang mengarah ke masing masing arah yang berbeda.
"Bagaimana ini, Ketua? Terdapat 3 jalan baru" tanya Norman dengan suara nafas berat yang tertutup helm nya itu.
"Apakah kita akan berpencar disini?" Narmon menambah pertanyaan.
"Hmmm, kira kira korban pergi ke jalan yang mana ya?" aku bergumam mencoba menebak jalan yang dilalui Jackson.
"Seseorang terlihat mengejar orang berjubah kearah sana" seorang pria tiba tiba memberikan sebuah informasi dengan menunjuk kearah jalan sebelah kanan.
"Apa kau yakin tuan?" tanyaku meragukan perkataannya.
"Ya. Aku melihat sekilas dari jendelaku, dan 2 orang berjubah lain nya mengambil jalan kiri dan tengah" lanjutnya.
"Ah, jadi ada 3 pria berjubah yang masing masing memasuki jalan ini ya? Terima kasih atas informasinya tuan" aku menundukkan kepalaku tanda terima kasih.
"Kita akan berpencar disini. Aku akan mengambil jalan yang dilalui korban, kalian berdua mengambil jalan sisanya"
"Dimengerti!" jawab kedua bawahanku.
Kami pun berpisah pada masing masing jalan yang kami ambil.
Sepanjang jalan yang kulalui, terdapat lebih banyak warga dibanding saat kami jalan bertiga. Aku tak tau apa yang membuat mereka berkeliaran di jalan ini tapi satu hal yang pasti, ini berkaitan dengan pengejaran tersebut. Aku berhenti sejenak untuk menanyakan kondisi yang terjadi saat ini.
"Apakah ada yang bisa jelaskan apa terjadi disini?" aku sedikit mengeraskan suara untuk memancing perhatian mereka.
"seorang prajurit ya? Apa kau datang kesini untuk menangkap perampok? Sepertinya ada seseorang terlebih dahulu mengejar perampok yang berlari membuat kerusuhan disekitar sini" salah satu saksi mata angkat bicara tentang kejadian sebelumnya.
"Kerusuhan ya... apakah ada yang terluka?" aku memandang mereka secara menyeluruh mencari warga yang terluka.
"Sepertinya tidak ada, Pak" ucapnya dengan singkat.
"Bagus. Kalau begitu aku tak perlu mengkhawatirkan kalian disini ya. Aku harus mengejarnya sekarang, aku tak tau apakah korban yang mengejarnya dapat menangkap perampok itu"
Sebelum aku pergi meninggalkan mereka yang terlihat kebingungan itu, aku melihat seseorang dengan penampilan yang dideskripsikan oleh anak kecil dan kusir sebelumnya. Dia bergerak mengendap endap bersatu dengan kerumunan warga yang kebingungan, orang itu berjalan perlahan dengan sebuah karung ke arah Jackson mengejar perampok.
"Hei kau yang menggunakan jubah usang dan membawa karung, kemarilah sebentar" aku mencoba memanggilnya dengan tambahan volume suara berharap dia mendengar dan mendatangiku.
Dia sempat berhenti saat aku memanggilnya, Jangankan mendatangiku, dia malah berlari menjauh kearah Jackson pergi dengan mendekapkan karung yang ia bawa.
"Hei tunggu, aku bilang kemari!"
Tanpa basa basi, akupun mengejarnya sebelum kehilangan keberadaannya. Dugaanku, itu adalah reaksi dari seorang pencuri yang tak ingin identitasnya diketahui ataupun tertangkap oleh prajurit sepertiku.
"Berhenti kau!!"
Dibandingkan untuk berhenti, perampok itu lebih memilih untuk melawanku dengan sihir miliknya. Dia menaikkan karungnya dan merangkulnya dibelakang punggung dengan tangan kirinya. Ditangan kanannya dia terlihat mengaktifkan Armament Ringnya yang berbentuk Wand. Dilihat dari warnanya, sepertinya dia berada di tingkat Chrysoberyl sama sepertiku.
Dikarenakan dia mengaktifkan Armament miliknya, akupun juga mengaktifkan Armamentku untuk berjaga jaga dari serangan yang dia berikan. Dia berlari sembari mengarahkan Wandnya kearahku.
[Fire Magic: Fireball Barrage]
Dia melancarkan serangan elemen api berupa bola api yang menerjang. Aku juga mencoba menggunakan sihir pertahanan untuk menangkal bola api itu.
[Water Magic: Water Barrier]
Pada dasarnya, elemen air merupakan penangkal utama dari elemen api. Untuk kasus ini, sepertinya aku diuntungkan dalam hal elemen sihir. Dengan sihir ini, bola api yang menerjangku tadi seketika terhentinkan dengan pelindung air yang kugunakan. Tabrakan yang terjadi antara kedua sihir itu membuat sebuah uap yang menutupi pemandanganku.
Aku terus melaju tanpa henti dengan pelindungku yang masih aktif agar tidak kehilangan jejak dirinya. Perampok itu terlihat mengangkat Wandnya keatas seakan ingin mengeluarkan serangan selanjutnya.
[Fire Magic: Explosion]
Dia menembakkan sihir itu mengenai atap dan meledakkannya, gang ini jadi terlihat cahaya yang lebih terang. Sepertinya dia melakukan itu untuk menghambat pergerakanku agar dia bisa lolos.
Aku mencoba melompati, menghindar dari reruntuhan yang berjatuhan dari atap itu. Tak hanya sekali, dia terus menembakan nya dengan jeda beberapa saat, kemungkinan dia tak memiliki cukup Mana untuk menggunakan sihir itu tanpa jeda waktu. Baju besi yang kugunakan juga sedikit membebani pergerakanku saat melewati reruntuhan didepan.
Untungnya, sebagai Ketua Prajurit, aku tak hanya dapat menggunakan elemen Air saja, namun aku juga bisa menggunakan elemen Tanah. Di dunia ini cukup banyak orang dengan sihir elemental pada Armament Ringnya, namun untuk untuk pengguna elemental lebih dari satu cukup jarang ditemui. Oleh karena itu, aku menganggap diriku ini salah satu orang yang beruntung dapat menggunakan dua sihir elemental.
Dengan sihir tanahku, mungkin aku dapat membantu menyingkirkan runtuhan atap yang terjatuh. Aku berhenti sejenak untuk dapat menggunakan salah satu sihir tanah milikku.
[Earth Magic: Earthspike]
Dengan sihir ini, aku mengubah reruntuhan didepanku menjadi beberapa paku seukuran tangan dengan memukulkan Armament berbentuk Gauntletku ketanah dan menembakkan kearahnya.
"Rasakan ini, Penjahat!"
Aku tidak berharap dia akan mati hanya dengan terkena serangan itu. Disaat dia terlihat ingin menangkis seranganku dengan sihirnya, tiba tiba saja dia tersandung sesuatu dan membuatnya jatuh dikarenakan dia fokus melihat kearahku dibanding melihat arah dia berjalan.
Sihir Paku yang kulancarkan beruntungnya ia hindari karena jatuh tersandung. Segera setelah melihat dia terjatuh tak jelas, aku langsung berdiri dan lanjut mengejarnya.
Dalam posisinya yang masih terjatuh ditanah itu, dia dengan singap melancarkan serangan panik darinya. Sebenarnya aku tak ingin mempercayai apa yang kulihat dari sihir yang akan ia gunakan selanjutnya. Tapi aku yakin betul, dia menggunakan elemen angin dengan api secara bersamaan menjadi sebuah sihir gabungan dua elemen.
[Fire Magic: Fiery Typhoon]
Dia menggunakan Api sebagai elemen dasar dari serangannya yang diperkuat oleh angin topan miliknya, terciptalah Topan Berapi merah kekuningan yang menutupi gang dari sudut ke sudut hingga aku tak dapat melihat dirinya dibalik sihir yang ia keluarkan . Karena dasarnya dia menggunakan sihir Api, maka aku masih bisa menangkalnya dengan sihir Air milikku.
Tanpa berhenti berlari, Aku mengarahkan Gauntletku kearah sihirnya dan membuka telapak tangan.
[Water Magic: Tidal Wave]
Aku berharap dengan sihirku ini, aku dapat menghentikan sihirnya dengan menghapus pusat pusaran dari topan berapi itu yang menyentuh tanah. Sama seperti tadi, tabrakan dari elemen Api dan Air membuat Uap yang lebih tebal dari sebelumnya. Sedikit demi sedikit, gelombang air itu dapat menghapus sihir milikknya.
Tidak kusangka aku akan bertemu dengan orang yang memiliki dua sihir elemental sama sepertiku ditempat seperti ini, dan terlebih lagi sebagai seorang perampok. Menurutku itu sebuah keahlian yang disia-siakan jika ia menggunakannya sebagai seorang pencuri, dia bisa saja menjadi seorang ketua regu prajurit sepertiku, tetapi dia malah memilih jalan yang salah.
Setelah topan berapi itu menghilang perlahan dari pusat pusarannya, aku terus melaju menembus uap yang cukup panas yang membuat tubuhku berkeringat lebih. Setelah melewati uap panas itu, aku dapat melihat dia berlari lurus di persimpangan jalan didepanku dengan mendekapkan karung yang ia bawa. Kagetnya, aku menemukan tubuh seseorang yang berpenampilan sama dengan perampok yang kukejar terbujur kaku dengan retakan tanah dibagian kepalanya.
Aku tak tahu apa yang terjadi dengannya sebelumnya hingga dia tergeletak begitu saja disini. Sepertinya tubuhnya inilah yang membuat perampok itu terjatuh tadi.
"SIALAN!!"
entah kenapa dia tiba-tiba saja berteriak seperti itu. Menurutku dia baru saja melihat teman penjahatnya tergeletak seperti itu, oleh karena itu dia berteriak kesal. Karena teriakannya tersebut, aku dapat mengetahui kearah mana dia pergi berlari. Aku mencoba menggunakan salah satu skill untuk memperpendek jarak antara kami.
[Skill: Justice Thrust]
Setelah skill ini aktif, akhirnya aku dapat memperpendek jarak kami sedikit demi sedikit. Sebelumnya aku tak bisa menggunakannya dikarenakan skill ini akan berdampak kerusakan pada sesuatu dalam radius 1 meter dariku.
Disaat aku sudah berada di belakang dan berada pada jangkauannya, aku mendorongnya hingga jatuh tersungkur. Seketika aku berhenti dan menonaktifkan skillku setelah memastikan ia terjatuh. Aku mendekatinya perlahan hingga berada di samping ia terjatuh.
"Jangan melawan, penjahat. Aku akan menangkap dan membawamu ke penjara"
Aku berharap dengan skill yang kuberikan sebelumnya dapat membuat dia tersadar akan lawan yang ia hadapi.
"Tch, kalian semua sama saja. Selalu saja menghalangi jalanku" dia perlahan bangkit dari tanah sembari mengoceh.
"kenapa semua orang tak bisa mengerti kami yang hanya ingin mendapatkan sesuatu untuk dimakan disaat kami sedang lapar. Kau tak mengerti bagaimana rasanya di injak injak dan dicaci maki oleh keluargamu sendiri. Ya kan Tuan Prajurit"
Dari intonasi suaranya, dia terlihat sedang frustasi saat ini. dia mulai menceritakan masa kelam nya yang bahkan aku tidak peduli apa yang ia alami. Penjahat tetaplah penjahat.
"Dasar Penjahat Bodoh, mengapa kau malah memilih jalan yang salah seperti ini kalau kau bisa mendapatkan posisi yang lebih baik dari ini, seperti prajurit sepertiku"
Sebenarnya aku tidak terlalu suka dalam hal menasihati seperti ini, namun cara ini mungkin bisa dimanfaatkan agar dia bisa tidak melawan kembali dan kembali ke jalan yang benar.
"Kau tidak Mengerti apa yang aku alami, Pak Tua" sorot matanya mulai menandakan adanya rasa iri.
"DENGARKAN AKU DULU PENJAHAT. Kau ini dapat menggunakan dua sihir elemental, bagiku itu adalah sebuah anugerah yang diberakan untukmu. Sama sepertiku, aku dapat menggunakan dua sihir elemental dan aku ditunjuk sebagai Ketua Prajurit saat ini. Aku yakin kau akan mendapat tempat yang lebih baik"
Aku melihat ia menundukkan kepalanya yang sedikit bergetar. Dengan begini aku berharap dia mau memikirkan tindakannya sejenak.
"BERHENTI MENYEBUT KAMI PENJAHAT, DASAR ORANG TUA!!!"
Secara tiba-tiba, dia berteriak menyangkal seperti itu.
"Kami diperintahkan olehnya untuk mengambil kembali yang seharusnya itu miliknya. Aku yakin seorang prajurit sepertimu tidak tau apa yang sebenarnya kami bawa itu"
Dia membicarakan soal karung yang ia bawa itu. Menurut korban, para perampok yang menyerangnya mengambil binatang yang baru saja mereka identifikasi, tetapi aku tak tau hewan apakah itu sampai sampai dia melakukan serangan.
Aku mencoba mengambil karung yang ada di dekatnya untuk kuselidiki isinya. Biasanya seorang penjahat akan menyerang secara tiba tiba saat kau lengah, namun tidak dengan dirinya. Dia membiarkanku mengambil karung yang ia bawa dengan susah payah itu.
Saat kubuka, ternyata bingatang yang ia curi itu hanyalah seekor Kucing. Awalnya aku mengira ia mencuri binatang langka yang mungkin hanya dimiliki seorang bangsawan atau seorang Conqueror, nyatanya aku salah.
"Yaampun, semua ini hanya untuk seekor kucing? apa kau bercanda?" ucapku dengan remeh.
"Kekekekekeke" bukannya tersadar akan apa yang ia bawa, dia malah mengeluarkan tawa jahatnya itu.
"Apa yang kau tertawakan? Yang seharusnya tertawa itu aku. Kau mengambil sesuatu yang nilainya tidak sebanding dengan yang kau lakukan sejauh ini"
"Kekeke. Sudah Kubilang, Pak Tua, kau tak tahu apa yang sebenarnya kami bawa itu"
Lama kelamaan aku mulai tak tahan dipanggil 'Pak Tua' terus menerus seperti itu
"Berhenti memanggilku Pak Tua!, dasar Penjahat" aku berusaha menahan emosiku dan itu membuat wajahku sedikit gemetar.
"Apa yang ia ingin dapatkan kembali ini bukan tentang 'siapa', namun tentang 'apa'. Dan kau Pak Tua tak akan tau apa itu, sama sepertiku. Dan terima kasih sudah mau mengobrol denganku dan mengulurkan waktuku untuk pulih"
[Fire Magic: Twilight Fireworks]
Dengan Seringai lebarnya, dia mengarahkan Wandnya keatas. Aku mulai Jengkel dengan kata 'Pak Tua' yang ia ucapkan itu.
"Sudah kubilang..."
[Skill: Justice Punch]
"Berhenti memanggilku...PAK TUA!!"
Sebelum Sihirnya terapal sepenuhnya, aku memukul tepat di ubun-ubun kepalanya secara vertikal dikarenakan emosiku yang sudah tak tertahankan. Wandnya kembali kedalam wujud Cincinnya dan langsung saja ia terbaring kembali ke tanah seperti temannya tadi. Aku sedikit sensitif jika dipanggil Pak Tua seperti itu, padahal umurku baru 41 Tahun.
"Sekalinya Penjahat tetap Penjahat, dasar Penjahat. Tunggu sudah berapa banyak aku mengatakan itu ya? Ah sudahlah"
Selesai dengan urusan disini, aku mengambil karung itu dan membawa Perampok ini sekaligus.
"GYAAAAAAAAAAAA"
Terdengar suara jeritan keras yang memancing pendengaranku. Dari suara yang dikeluarkan, sepertinya ia cukup dekat dengan posisiku saat ini. dengan rasa penasaran aku menghampiri suara teriakan itu.
Merasa sudah berada pada lokasi teriakan itu berasal, aku melihat seseorang yang sedang mengangkat salah satu teman perampok ini. Dan dialah Jackson Antlsey, Korban dari pencurian ini.
------------------
Begitulah cerita aku bisa bertemu dengannya. Dengan ini, aku bersama dengan kedua bawahanku, keluar dari gang gelap itu dan menuju ke Penjara Arnhemia.
Saya mencoba membuat cerita pertama ini dengan beberapa referensi luar yang sudah terkenal tentunya
Berikan kritik dan saranmu tentang ceritaku ini seperti contoh soal penulisan dan kata kata yang kugunakan.
Punya ide tentang ceritaku? Beri komentar dan beri tahu saya.