Segera saja Anneth mengumpulkan Nashwa dan Joa di cafee kesukaan Anneth di dekat kampus, Anneth langsung bercerita mengenai Deven dan apa yang terjadi di taman, Joa dan Nashwa saling berpandangan kemudian
"Ya lo berharap apa Neth ama Deven?, gimanapun khan kalian udah putus... istilahnya mantan" kata Nashwa "menurut gue wajar sih sikap Deven kayak gitu"
"Wa, gue putus ama Deven itu baik-baik" kata Anneth "baik-baik, gue gak terima dong diperlakukan kayak orang gak kenal gitu apalagi gue khan seenggak-enggaknya dulu pernah ngisi hatinya ama cinta"
"Dulu... itu dulu Neth" kata Joa setuju dengan pendapat Nashwa "dan lagi elo khan yang minta putus ama dia?, bener kata Uwa, lo berharap apa ama dia?, disapa gitu?"
"Iyalah, kita khan masih bisa temenan" kata Anneth
"Temenan ama mantan, yang bener aja lo Neth" kata Joa terkekeh sambil menggelengkan kepalanya
"Ucha pasti tahu deh kalau Deven ke Jakarta" kata Anneth "gue mesti tanya ama Ucha"
"Bukannya selama ini lo menghindari bertanya mengenai Deven ama Ucha, Neth?, awas tengkar loh Neth" komentar Nashwa sambil menyeruput cappucino'nya
"Ya gue memang menghindari bertanya tentang Deven bukan berarti dia bisa gak cerita ama gue dong kalau Deven dateng ke Jakarta" kata Anneth membela diri "gue cuma mau tau aja kok kenapa dia gak ngasih tau gue kalau Deven dateng kesini, bukan mau tengkar ama dia"
"Syukurlah kalau bisa begitu" kata Joa "awas-awas aja sampe tengkar Neth, topik Deven ini sebetulnya topik sensitive sih sejak lo mutusin dia"
"Maksud lo?"
"Kita semua eks 2018 sahabatan sejak di karantina sama sekali gak pernah bahas Deven sejak lo putus ama dia" kata Joa "bahkan Gogo ama Freden juga gak mau deket-deket lagi ama lo sejak lo putus ama Deven, ini sensitive banget Neth, lo yakin mau tanya ama Ucha masalah Deven?"
Anneth menyesap cappucino'nya menatap Joa dan Nashwa, Anneth tidak perlu diberitahu juga sudah tahu kalau Gogo maupun Friden kayak menjauhi Anneth sejak putus dari Deven, Anneth sendiri tidak masalah karena bagaimanapun ia dulu memang tidak dekat dengan keduanya tapi... Deven, ada sesuatu di saat Deven menatapnya yang membuat Anneth tidak biasa, sesuatu yang terlihat seperti kebencian?, dendam?, yang pasti bukan sesuatu yang positive... Anneth ingin tahu tapi gelisah Anneth meminum cappucino'nya.
Setelah ngafe bareng Nashwa dan Joa, Anneth kembali mengikuti kuliah, hari pertama kuliah ini cukup padat buat Anneth, ia kuliah sampe sore dan dengan perasaan tidak nyaman ia masih harus konsentrasi dengan penjelasan dosen mengenai seni tata letak dan tidak hanya itu dosennya memberi Anneth pekerjaan rumah yang susah sekali
Anneth menghela nafas... seandainya ia tidak tahu Deven ada, ia mungkin tidak akan kepikiran seperti ini, kuliah berakhir 2 jam kemudian, Anneth mulai merapikan buku-bukunya dan berpikir keras mengenai bertanya pada Charisa.
Daripada bertanya pada Charisa apa gak lebih baik ia langsung ketemu Deven dan bertanya pada Deven?!, apa maksudnya tadi itu?, bener... tanpa pikir panjang, Anneth segera saja berjalan cepat ke gedung kedokteran yang letaknya berbeda dengan gedung Anneth tapi...
Langkah Anneth berhenti ketika ia sudah sampai di gerbang, Anneth belum menyiapkan hatinya berbicara dengan Deven, ia harus menyiapkan kalimatnya, kata per kata... ia tidak boleh terlihat belum move on, Anneth tampak berdiri di pinggiran dan berbicara sendiri seperti orang gila
"Neth...... lo ngapain disini?"
Anneth menoleh dan melihat Charisa berjalan ke arahnya dengan wajah bingung
"U-Ucha" Anneth tampak salting
"Lo ngapain disini?, ini khan fakultas kedokteran" kata Charisa diiringi tawa geli "lo mabok?"
"Eng-enggak, gue tau kok ini fakultas kedokteran" kata Anneth
"Bukannya elo anak desain?, kok nyasar kesini?" tanya Charisa
"Gue..."
"Eh Ucha, udah lama Cha lo nungguin gue?"
Deg
Suara itu
Anneth menoleh dan melihat Deven dari jarak dekat, matanya yang berkedip-kedip, lesung pipinya yang tersenyum kepada Charisa
"Hallo Ven, enggak kok, gue baru aja nyampe eh... ketemu Anneth" kata Charisa
Deven kemudian mengalihkan pandangannya pada Anneth
"Ha-hallo Ven" sapa Anneth tersenyum kaku
Deven tidak membalas sapaan Anneth hanya tersenyum singkat lalu ia menoleh lagi ke Charisa
"Jadi kita makan bareng?" tanya Deven "gue udah janjian ketemu Gogo nih di Kemang, lo ikut gak?"
"Ya, gue ikut lah... gue udah disini" kata Charisa kemudian menoleh ke arah Anneth "lo mau ikut Neth?"
"Kemana memangnya?" tanya Anneth masih menatap Deven yang sama sekali tidak menatap Anneth
"Kita mau ke Kemang, biasa ngumpul... mumpung Deven bisa ikut" kata Charisa "coba lo hubungi Joa ama Nashwa, sapa tau mereka mau ngikut juga"
"Iya deh, coba gue hubungi mereka" kata Anneth mengangguk "lo chat gue Cha alamatnya"
"Iye, gue sekalian mau hubungi Putri ama Lifia sih ini" kata Charisa
"Ya udah kalau gitu, gue cabut dulu" kata Deven
"Loh, gue bareng elo Ven" kata Charisa tiba-tiba
"Lo mau naik motor?, motor gue Ninja loh Cha" ujar Deven
"Iiihh, sok-sok'an lo, ya udah gue bareng lo aja Neth" kata Charisa menatap Anneth
"Iya, gak apa Cha" kata Anneth masih memperhatikan Deven yang berjalan menjauh ke arah parkir'an sepeda motor "gue parkir mobil di gedung desain"
Charisa'pun berjalan bersama Anneth ke gedung desain, Anneth tidak jadi bertanya tentang Deven selama mereka jalan kaki sampai di dalam mobil dan mobil berjalan baru dimulai pembahasan mengenai Deven disinggung dan yang menyinggungnya bukan Anneth melainkan Charisa
"Lo... tadi ke fakultas kedokteran mau ketemu Deven ya Neth?" tanya Charisa
Anneth tidak menjawab tapi ekspresi Anneth sudah menjelaskan segalanya
"Gue bukannya gak mau cerita ama lo tentang Deven yang dateng ke Jakarta Neth tapi gue takut kita malah tengkar" kata Charisa
"Iya, gue ngerti kok Cha" kata Anneth "karena itu juga gue gak pernah tanya-tanya tentang Deven sama lo tapi..."
Anneth menghentikan mobilnya ketika lampu merah
"Tapi apa Neth?"
"Lo harusnya tetep ngasih tau gue kalau Deven bakalan ke Jakarta jadi gue ada persiapan hati dan mental" kata Anneth
"Memang sesusah itu ya menghadapi mantan Neth?" tanya Charisa
"Deven itu bukan mantan biasa Cha" kata Anneth "kita dari sahabat jadi pacar, menurut lo gampang gue ngelupain dia?"
"Jadi ceritanya elo belum move on neh?" tanya Charisa
Anneth terkekeh geli sambil melajukan mobilnya "gue putus ama dia udah 4 tahun yang lalu Cha, masa iya gue belum move on?"
"Ya tadi lo bilang nyiapin mental dan hati" kata Charisa
"Gimanapun namanya mantan ya mantan Cha" kata Anneth "bukan masalah belum move on"
"Ya syukur deh kalau gitu" kata Charisa berusaha mencairkan suasana "gue kira hati lo cuma buat klepon"
"Idih... klepon, masih dia dipanggil klepon?" tanya Anneth tertawa
"Masih lah, dia juga udah kebiasaan dipanggil klepon... kadang-kadang aja sih kalau jahilnya kumat" kata Charisa diiringi tawa
"Jadi... dia kapan datang ke Jakarta?" tanya Anneth
"2 minggu yang lalu" jawab Charisa
"Dia sama mamanya?" tanya Anneth
"Ya enggalah, lo pikir Deven masih anak mama?" tanya Charisa "dia disini nge-kos Neth, kos sama Gogo"
"Ooohhh, dia masih deket ama Gogo ya" kata Anneth mengangguk
"Masih dong sama khan kayak lo ama Joa ama Nashwa" kata Charisa "oh iya, lo udah kasih tau mereka kita ngumpul?"
"Oh iya, ya ampun gue lupa" kata Anneth "lo deh coba chat mereka Cha"
"Anneth... Anneth, pasti pikiran lo tadi penuh ama Deven ya???" tanya Charisa
Anneth melirik ke arah Charisa "apaan sih lo Cha"
Charisa pun tertawa geli melihat Anneth yang salting.
Selagi Charisa nge-chat Nashwa dan Joa, perasaan Anneth campur aduk gak karuan antara seneng dan galau, sikap Deven sama dia tadi bukan sikap friendly seperti dulu saat mereka pertama kali kenalan... Deven terlihat asing, apa iya mantan gak bisa berteman?!.