"Elo gak apa-apa Neth" tanya Deven menoleh sekilas ke Anneth yang ada di belakang nya
Anneth menggelengkan kepalanya sementara hatinya berdebar-debar karena Deven begitu dekat dengannya sampai-sampai Anneth bisa mencium wangi parfum yang dipakai Deven
"Sekarang jadi bodyguard Dev?" tanya Andre berdiri "gak jadi cowok yang nyusahin lagi?"
Deven mengerutkan keningnya "apa maksud lo?"
"Gue gak mau putus tapi gimana dong?, cita-citanya lebih penting, gue gak boleh egois Ndre" Andre menirukan gaya Anneth yang menangis "Deven itu cowok baik banget karena itu gue gak bisa sama dia"
Anneth langsung memalingkan wajahnya, mampus... ketahuan sudah semuanya, semua kata-kata yang ia pernah curhatkan ke Andre tentang Deven keluar semua
"Gue gak ngerti maksud elo" kata Deven
"Kalimat indah sarat cinta mendalam... itu Anneth mantan kita berdua yang ngomong" kata Andre terkikik "lo bisa bayangin gak sih lo pacaran sama orang yang bahas mantannya melulu???, masih cinta ama mantan, terus ngapain terima cinta gue???"
Deven melirik sedikit ke Anneth sambil mengerutkan keningnya sementara Anneth sama sekali tidak punya muka melihat wajah Deven yang bingung
"Lo tau gak Dev udah berapa lama gue pingin ketemu sama lo?, bertahun-tahun yang lalu... gue mau bilang, tega ya lo mau aja diputusin ama cewek kayak Anneth yang cinta mati ama lo tapi coba lo pikir gimana perasaan gue?!!!" Andre melanjutkan dengan wajah memerah karena marah "cinta gak berbalas malah diputusin, apa yang bakal lo lakuin kalau lo dapat perlakuan kayak gitu???!!!"
"Gue memang gak tau perasaan lo Ndre" kata Deven maju sampai berada di depan Andre "tapi kalau lo cowok yang punya harga diri, lo harusnya malu sama diri lo sendiri... lo mukul cewek cuman gara-gara cinta, lo cowok apaan Ndre??"
"Mending gue dong daripada lo, masa diputusin terima gitu aja?, elo tuh yang ngaca lo cowok apa bukan?!!" ledek Andre
"Lo mau tau kenapa gue terima gitu aja keputusan Anneth putus sama gue?!" Deven menelan ludahnya menatap Andre "dia bilang dia capek ldr'an ama gue, yaaa gue gak mau ngelihat cewek yang gue cintai sepenuh hati ngerasa pacaran ama gue itu capek dan merasa gue adalah beban buat dia, gue terima kalau diputusin asal dia bisa bahagia karena cinta itu bukan masalah memiliki raganya tapi masalah memiliki hatinya"
Andre menatap Deven dengan pandangan nanar sementara Anneth yang berdiri jauh di belakang Deven tidak bisa berkata-kata
Anneth baru tahu alasan Deven saat itu kenapa bisa bersikap sedemikian dingin saat diputus Anneth
Hati Anneth tersentuh sekali mendengar penuturan Deven dan merasakan rasa sesal memutuskan mengakhiri hubungannya dengan Deven dulu, mau kemana lagi ia mencari lelaki yang begitu mencintainya seperti Deven?
"Gue beneran gak mau lo sama gue bertengkar karena Anneth meskipun kita baru aja saling kenal" kata Deven "tapi coba lo pikir lagi apa bener lo pingin balikan sama Anneth dengan cara kasar begini?, kalau lo cinta beneran sama Anneth, lo pasti pingin lihat dia seneng dan bahagia"
Andre diam saja selama beberapa waktu seperti sedang berpikir lalu akhirnya ia mengangguk sambil menundukan kepalanya "ternyata gak salah Anneth cinta mati sama lo, lo bener-bener peduli ama dia" kata Andre
"Gue bukan cuma peduli ama dia, gue gak mau dia terluka, itu aja" kata Deven tersenyum "jadi kita cool with it?"
Deven mengulurkan tangannya ke arah Andre, Andre hanya menatap tangan Deven yang terulur dengan ragu
"Lebih baik punya temen daripada punya musuh" kata Deven
Andre-pun menjabat tangan Deven sambil tersenyum
"Gue boleh khan ngomong sebentar sama Anneth?" tanya Andre
Alis Deven terangkat "asal gak ngomong kasar atau mukul aja"
"Iya, gue janji" kata Andre
Deven mengangguk dan melihat Andre yang berjalan perlahan mendekat ke arah Anneth
Dengan menundukan kepala, Andre berkata dengan suara pelan "sorry ya Neth selama ini gue udah kasar sama lo dan yang diomongin Deven bener sih tentang masalah cinta itu, gue... sadar kalau gue bukan malah mencintai lo tapi malah nyakitin elo"
"Gue juga minta maaf ama elo Ndre, gue gak tau kalau gue yang curhat tentang Deven itu nyakitin elo" kata Anneth serius
Andre mengangguk sambil mengulurkan tangannya ke arah Anneth "temen Neth"
Anneth tersenyum dan menjabat tangan Andre "temen"
"Oke kalau gitu, semua beres khan... yuk Neth kita masuk ke rumah lo, gue udah laper ini" kata Nashwa yang dari tadi berdiri di sudut dengan Joa karena takut terjadi baku hantam antara Andre-Deven
"Eh... gue pulang dulu deh kalau gitu" kata Andre menjauh dari Anneth dengan wajah malu "sorry ya ganggu kalian semua"
Anneth membiarkan Andre pergi lalu ia menatap Deven
"Thanks ya Dev tadi udah nolongin gue" kata Anneth
Deven menoleh ke arah Anneth dan mengangguk
"Lo mau ikut makan di rumah gue?" tanya Anneth
"enggak" jawab Deven singkat dan sinis
Anneth tahu setelah Andre pergi, ia harus menghadapi Deven tapi tidak menyangka kalau sikap Deven padanya langsung berubah seperti ini
"Dev, kita perlu ngomong" kata Anneth memegang lengan Deven
"Ngomong apa?" tanya Deven
"Masalah kita, pleaseee Dev" kata Anneth "gue bisa jelasin semuanya"
Deven menatap Joa dan Nashwa yang berdiri di belakang Anneth
"Gak sekarang Neth" kata Deven "gue gak siap denger lo cerita dan lagi Uwa ama Joa kasihan tuh, mereka nungguin lo dari tadi"
Anneth menoleh melihat ke arah Joa dan Nashwa yang memasang tampang kasihan dengan mata berkaca-kaca sambil memegang perut
"Oke, kita ngomong besok" kata Anneth
Deven memejamkan matanya selama beberapa detik terlihat berusaha sekali untuk menguatkan dirinya
"Kita lihat besok" kata Deven
"Tapi Dev" kata Anneth
"Gue enggak nolak Neth cuma gue butuh waktu aja" kata Deven "gue akan hubungi lo kalau udah siap ngomong ama lo"
Anneth tidak bisa membantah atau bicara lagi
Deven benar... Deven bukan menolak bicara dengannya hanya mengulur waktu tapi Anneth merasa tersiksa, merasa tidak enak.
Anneth mengangguk sambil melepaskan pegangannya pada lengan Deven "oke, gue tunggu lo hubungi gue"
Deven mengangguk "lo masuk dulu sama Joa dan Nashwa"
Anneth mengangguk "dah Dev"
"Dah-dah Deven" kata Nashwa dan Joa sambil melambai ke arah Deven
Deven hanya melambai pada mereka semua dan setelah memastikan Anneth, Joa dan Nashwa masuk ke rumah dengan aman, Deven langsung berbalik dan berjalan ke arah sepeda motor ninja'nya yang ia lemparkan begitu saja ke tanah saat melihat Anneth dipegang tangannya dengan kasar oleh Andre.
Deven menarik berdiri sepeda motornya, mengambil helmnya dan naik ke sepeda motornya, ia memakai helmnya... menutup kaca helmnya kemudian menstater motornya dan melaju kencang meninggalkan komplek perumahan rumah Anneth.
Sementara dengan kecepatan tinggi Deven melajukan motornya menembus keramaian kota Jakarta yang sarat akan hiburan seperti angin
Di dalam hati nya Deven benar-benar berpikir ia berharap bisa menjadi angin... tidak punya perasaan, tidak punya cinta supaya ia tidak merasakan sakit seperti ini...
Setelah tahu alasan Anneth memutuskannya, Deven bukannya senang karena Anneth ternyata memikirkannya, memikirkan masa depannya tapi ia malah merasa semakin kesakitan...
masa lalu itu, Deven akhirnya menghentikan motornya di Ancol, dia berhenti di salah satu komplek di Ancol dimana ia bisa memandang laut dan merasakan angin menerpa wajahnya, ia berjalan ke tepi laut... menyandarkan tangannya ke pegangan besi sambil memandang hamparan air tenang yang berwarna gelap.
Deven memejamkan matanya mengingat hari-hari ketika ia putus dengan Anneth, yang ada di pikirannya dan bagaimana ia menjalani hari-harinya... hari-hati paling kelam dalam hidupnya dan saat itu Deven berharap ia mati saja dan dengan cepat Deven membuka matanya sambil memukul-mukul dadanya, kenapa???, ia bertanya dalam hati, kenapa kenyatannya seperti ini?
Tiba-tiba hape Deven berbunyi, Deven berusaha menenangkan dirinya dan melihat layar hapenya ada tulisan Gogo
Berusaha membuat suaranya terdengar biasa Deven menyapa Gogo "hallo Go"
"Hallo Dev, lo dimana?" tanya Gogo
"Gue lagi di... Ancol" jawab Deven
"Ngapain lo di Ancol?, masa Dufan buka malem-malem?" tanya Gogo
"Enggak, gue cuma jalan-jalan aja" kata Deven "bentar lagi gue pulang kok"
"Ya udah kalau gitu" kata Gogo "gue udah ngantuk soalnya ini dan lo gak bawa kunci"
"Iya, ini gue pulang kok" kata Deven sambil mengakhiri percakapan dengan Gogo