Terlalu banyak tanda tanya bagi Honey di sini. Pertama soal identitas Jessica yang asli, serta tentang hubungannya dengan Night. Kenapa mereka terlihat begitu akrab seperti ini? Bahkan mengumbar pembicaraan yang terkesan cukup intim?
"Izinkan aku bertanya satu hal lagi." Merasa tak tahan, Honey akhirnya kembali berusaha memberanikan diri. Dipandangnya lagi sosok vampir wanita itu. "A-Apa… a-apa selain dirimu masih ada lagi yang berbohong? Apa ada lagi yang merupakan seorang vampir dari kalian berempat – sahabat terbaikku?"
Jessica tak menyahut dan hanya memberikan tatapan datar.
"B-Barusan… kami mengunjungi kediamannya Hana. Dan… di sana aku memastikan kalau dia adalah manusia biasa. L-Lalu… bagaimana dengan Ariel dan Shaena? Mereka… memang manusia… tulen, bukan?"
"Itu bukan urusanku. Silakan kau cari tahu sendiri jawabannya karena aku bukanlah manusia seperti dirimu yang begitu hobi ikut campur dengan urusan orang lain," jawab Jessica dengan nada sinis.
"L-Lalu… l-lalu… apakah pertemanan kita selama ini cuman pura-pura? K-Kau mendekatiku hanya untuk 'benda' yang tadi kau sebut?"
"Tidak. Aku berbeda." Jessica lagi-lagi menjawab cepat. Salah satu sudut bibirnya kembali terangkat sebelum berkata, "Sejujurnya aku tak pernah tertarik dengan benda itu. Tapi kalau kau bener-bener ingin tahu apa aku berpura-pura baik padamu atau tidak, maka tentu saja itu semua hanya sandiwara. Karena di dalam kamus kami tidak ada yang namanya persahabatan ataupun cinta. Huh, mengucapkannya saja membuatku sangat jijik."
"Kalau begitu kenapa kau berada di sekitarku? Kenapa kau berpura-pura bersahabat denganku" tanya Honey dengan nada meninggi. Dia benar-benar merasa dikhianati.
Jessica semakin menyeringai. Diliriknya kembali Night yang sejak tadi hanya terdiam karena mengalami konflik batin dalam mengingat masa lalunya yang hilang.
"Dari awal aku berada disini bukan untuk 'benda' itu. Karena satu-satunya yang membuatku tertarik hanyalah Sang Raja. Aku di sini hanya untuk menunggu kebangkitannya. Menunggunya muncul lagi di hadapanku seperti sekarang."
Night menelan ludah lagi. Kaget sekali karena perempuan ini sepertinya sangat mendambakan perhatiannya. Jangan-jangan dulu mereka memang dekat? Apa mungkin mereka ini sepasang kekasih?
"B-Benarkah? A-Apa dulu kita saling mengenal? S-Seberapa dekat?"
Honey langsung mendesah muak melihat reaksi pria ini. 'Dasar Vampir hidung belang.'
"Tentu saja. Anda mungkin tak mengingatnya tapi dulu kita berdua sangatlah dekat. Kita bahkan nyaris saja terikat bersama untuk selama-lamanya. Kalau para manusia menyebutnya dengan kata menikah?"
Honey dan Night sama-sama syok mendengarnya.
"M-Menikah? K-Kita?" tanya sang vampir jantan dengan nada taky akin.
"Begitulah. Kita benar-benar sedekat itu dulu." Namun tiba-tiba Jessica beralih pandang pada Honey lagi. Kembali sorot matanya menawarkan dendam "Tentu saja sebelum Yang Mulia melakukan hal bodoh yang menyebabkan semua kekacauan ini."
"H-Hal yang bodoh? Apa maksudmu?"
Jessica kembali melirik Night. Senyumannya kini berganti menjadi manis lagi. Menyisakan Honey yang merasa sangat tidak nyaman dengan perlakuan vampir betina ini padanya.
"Untuk itu silakan Yang Mulia cari tahu sendiri. Sungguh, ingatan Anda harus secepatnya dikembalikan. Kalau tidak Anda bisa terkena bahaya sebelum hari penting datang."
Jessica terus saja bersikap misterius. Padahal Night dan Honey sama-sama bingung dengan duduk permasalahannya.
"Bagaimana caranya? Pada siapa lagi aku harus bertanya soal masa laluku yang hilang?"
"Pada siapa saja, tetapi bukan padaku. Karena sejujurnya cerita itu sendiri sangat mengangguku." Lagi, tatapan kebencian itu diberikan Jessica pada Honey. "SANGAT MENYEBALKAN dan membuatku muak."
'Kenapa reaksinya ini sangat tajam? Setiap kali membicarakan masa lalu dia langsung memandangku penuh kebencian? Ada apa sebenarnya? Apa hubungan manusia biasa seperti diriku dengan mereka semua. Terutama… karena katanya Night bukan sembarang vampir?'
"K-Kita pergi saja…."
Honey akhirnya lelah berpikir. Dia juga lelah berhadapan dengan Jessica yang sangat berbeda dengan sahabatnya selama ini.
Night menganggukkan kepalanya. Kembali melirik Jessica. "Baiklah, aku tak bisa memaksa kalau memang kau tak bersedia memberitahukannya. Tapi… kalau boleh, ada satu hal lain yang ingin kuketahui. Kuharap kau bisa membantuku karena ini begitu penting."
"Apa itu?"
"Apa yang dimakan oleh vampir zaman sekarang?" Night menyatakan kecemasan terbesarnya. "Kudengar kalau kalian tidak lagi meminum darah wanita perawan karena tak lagi kebal oleh sinar matahari. Kudengar ada metode terbaru. Metode apa? Kalau kau tak keberatan, apa kau mau memberitahukan hal ini padaku?" Night bertanya dengan sangat serius.
Lagi-lagi Jessica tersenyum sangat manis padanya. "Energi manusia. Itulah yang kami serap selama seratus tahun ini, berdasarkan ajaran terbaru dari tetua. Sementara para manusia yang bodoh menyebutnya sebagai meninggal karena serangan jantung…."
"B-Bagaimana cara mendapatkannya?"
Jessica malah kembali bergerak menuju Night. Berdiri tepat di depannya.
"Pertama, buat mereka pingsan dengan sihir kita dulu. Lalu…." Jessica mengambil salah satu tangan Night, lalu menekannya ke dada yang cukup bidang dari pemuda vampir itu. "Berkonsentrasi untuk menyerap seluruh energinya. Lakukan sampai sekering-keringnya sampai merasa kenyang. Oh ya, satu manusia biasanya bertahan selama 7 hari. Jadi kita harus berburu setidaknya satu minggu sekali."
Honey benar-benar merasa sesak. Tak percaya akan mendengar hal menakutkan seperti ini. Walau terdengar lebih halus, ini tetap saja metode pembunuhan, bukan? Mereka sedang membicarakan cara untuk memanfaatkan kaumnya untuk memenuhi rasa lapar mereka? Yang benar saja.
"Ayo kita pergi. Aku lelah." Honey akhirnya tak tahan. Ditariknya pakaian Night.
Pemuda mengangguk cepat. Lalu kembali diliriknya Jessica. "Baiklah. Terima kasih atas bantuannya. Aku sangat menghargainya."
"Saya juga senang membantu Anda, Yang Mulia. Saya bahkan rela memberikan hal yang lebih kepada Anda. Ini adalah bentuk bakti saya pada sang penguasa."
'Dasar penjilat.'
Honey tak bisa menahan perasaannya. Membuat Night langsung menoleh lagi padanya. Mahluk itu pasti mendengar rutukannya barusan.
"Ya sudah. Kalau begitu kami permisi pergi. Sebelumnya aku minta maaf karena telah mengganggu waktu istirahatmu, Nona Jessica."
"Tak masalah, Yang Mulia. Saya selalu senang melayani Anda. Asal nanti ketika datang lagi, tolong jangan bawa manusia ini. Aku sangat membencinya."
"Apa hakmu melarang dia membawaku atau tidak. Juga, kau pikir hanya kau yang membenciku. Asal kau tahu aku bahkan lebih muak dan benci ratusan kali lipata padamu. Dasar mahluk munafik."
Honey berteriak padanya dengan sok berani, padahal tubuhnya bergetar. Terus berpegangan pada Night kalau vampir di depannya mengamuk dan menyerangnya.
"Ya sudah. Kami akan pergi. Sampai jumpa lagi lain kali, Yang Mulia."
Lantas dengan ajaib, tak lama setelah ucapan itu, Night dan Honey menghilang dari sana dalam sekejap mata. Meninggalkan Jessica yang masih terdiam di tempatnya. Memandang dingin ruang kosong di depannya tempat sebelumnya mahluk dia jenis itu berdiri.
"Lagi-lagi takdir, huh? Sial, aku selalu ditentang oleh yang satu itu. Sehingga membuatku selalu kalah dari si jalang itu dalam mendapatkan hati sang raja." Tangan Jessica terkepal erat. Matanya memerah marah. "Melihat dia bersama Sang Raja secara langsung begini benar-benar membuatku marah. Beraninya manusia rendahan seperti dia menggoda sang raja. Tapi kali ini tak akan kubiarkan. Cukup sekali aku kehilangan Yang Mulia karena kehadirannya. Aku tak akan ragu menyingkirkannya lagi sebelum sejarah kembali terulang."
***
Terima kasih telah membaca.
Ingin lebih kenal dengan author?
Follow Instagram: @poetrieandiena.