Kemunculan Night yang tiba-tiba sama sekali tak dia prediksi. Namun lebih dari itu, perubahan keadaan di sekitarnya sekarang jauh lebih mengagetkan lagi.
Bagaimana tidak? Segalanya berubah dalam sekejap mata. Hiruk pikuk ala anak kuliah tadi telah berhenti, berganti dengan suasana sekitar yang langsung senyap seakan tanpa kehidupan. Bahkan jarum jam yang terletak di salah satu sudut lorong pun juga ikut-ikutan tak bergerak.
Honey menyaksikan banyaknya mahasiswa yang awalnya berlalu lalang di sekitar mereka, kini seakan terkena sebuah sihir hebat yang membuat mereka membeku layaknya patung. Menyisakan hanya sebagian kecil lainnya yang tampak sempat kebingungan, sebelum serempak berfokus ke arah dirinya dan Night.
Namun apakah kejutan telah terhenti? Tidak. Karena ketika Honey memeriksa teman-temannya, dia menemukan hanya Hana dan Shaena yang ikut mematung. Sementara Ariel terlihat berdiri tegak sambil balas menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi.
"A-Ariel…" gumamnya pelan, merasa begitu terkhianati.
Jadi Ariel juga sama seperti Jessica. Dia adalah vampir yang memang sengaja hadir di sekitar Honey dengan maksud tersembunyi? Sama sekali bukan karena pertemanan yang dia percayai selama ini?
"Penantian sepertinya berujung. Yang ditunggu-tunggu akhirnya bangun dari tidur panjangnya setelah melarikan diri seperti seorang pengecut."
Ucapan sinis Justin akhirnya membuat Honey kembali pada kenyataan. Dia bahkan tak bisa berkata-kata lagi ketika mendapati pemuda itu juga tak terpengaruh dengan sapuan sihir barusan. Karena Justin kini berdiri dengan tegaknya, memandang Night dengan ekspresi dingin.
Honey benar-benar sudah tak tahu harus bagaimana lagi. Segala keterkejutan ini menyiksanya. Melelahkan sekali rasanya.
"Bagaimana rasanya? Maaf telah merepotkanmu. Walau sebenarnya aku ingin bermain-main dulu dan membuatmu menunggu lebih lama lagi, tapi aku tak tahan melihat omong kosong yang kau lakukan dengan berpura-pura mendekati gadis ini." Night maju untuk berdiri di depan Honey. Melindunginya bak sebuah perisai. "Jadi rencana licik seperti apa yang sedang kaupikirkan?"
Justin menyeringai tipis. Terkesan sangat licik. Lalu melirik Honey yang masih terdiam tak bereaksi di tempatnya. Gadis itu masih kaget menyaksikan perubahan Justin. Padahal ia terkesan sangat baik sebelumnya.
"Untuk apa lagi? Tentu saja untuk mendapatkan hal yang sekarang terjadi. Aku ingin memancingmu keluar. Karena seperti dugaan, dari dulu, hanya manusia yang satu inilah yang dapat menggerakkanmu. Bukan begitu?"
Serempak Night dan Honey sama-sama saling berpandangan. Keduanya tampak tak mengerti.
Lagi-lagi topik ini. Sungguh, Honey tak mengerti maksudnya sama sekali. Kenapa mereka terus menyangkut-pautkan dirinya dalam permasalahan mereka?
"Sudah kudengar sedikit. Jadi itu sebabnya kalian semua berkumpul di sekitarnya seperti ini? Tanpa tahu malu kalian menjadi benalu sejak hari kelahirannya? Beberapa dari kalian bahkan sampai berpura-pura menjadi temannya atau bahkan memikatnya?" sahut Night sambil melayangkan pandangannya ke sekitar mereka. Sejenak tatapannya berhenti pada Ariel, sebelum beralih lagi pada Justin. "Tidak heran darah gadis ini terlihat begitu pucat dan lebih sedikit dibanding manusia pada umumnya. Ternyata kehadiran kalianlah yang perlahan telah menyerap energinya."
Honey semakin menggigil saja. Sejak kecil dia memang telah divonis menderita penyakit anemia bahkan walau kesehatan kedua orang tuanya bisa disebut baik-baik saja. Dia tak tahu kalau hal-hal seperti inilah yang menjadi penyebabnya.
"Bagaimana lagi? Kami sejujurnya juga tak mau begini. Seperti yang kau tahu, dari dulu selain dijadikan sebagai mangsa, kaum vampir tak mau melibatkan diri dengan manusia sama sekali. Tapi kaulah yang menyeretnya dalam hal ini. Kaulah yang melibatkannya. Jadi kalau semuanya berakhir buruk terhadapnya begini, maka kau adalah satu-satunya pihak disalahkan, Yang Mulia."
Honey segera melirik Night. Dia benar-benar tak mengerti dengan maksud ucapan Justin. Namun pria itu juga hanya memasang wajah yang datar. Masih berfokus pada setiap yang Justin katakan.
"Tapi omong-omong… sepertinya kali ini kau terlambat. Karena dibanding dirimu, akulah yang berhasil membuatnya jatuh hati padaku. Wanita tertarik pada pesonaku sejak pertemuan pertama kami."
"T-Tidak sama sekali. Siapa bilang?"
Honey hendak membantah ucapan itu dengan cepat. Namun di saat bersamaan dia sadar diri kalau memang dia sempat terpesona pada pemuda itu. Tentu saja 'hanya sempat', karena sekarang perasaan itu langsung hilang setelah mengetahui jati diri Justin yang sebenarnya.
Tapi kini satu hal yang membuatnya kepikiran. Apa maksud Justin dengan mengatakan hal seperti ini pada Night? Memangnya kenapa Night harus peduli Honey mau suka padanya atau tidak?
"Aku tak mengerti kenapa kau tiba-tiba mengatakan ini. Tapi harus kukatakan kalau aku tak merasakan apapun. Kau mungkin akan senang mendengar ini Justin, tapi sejujurnya aku melupakan banyak hal tentang masa laluku sebelum tertidur di peti. Aku bahkan tak ingat kenapa aku bisa tiba-tiba terbangun di sini, siapa gadis ini, dan kenapa aku harus begitu terikat padanya. Tapi anehnya saat tadi melihatmu, aku mengingat siapa kau dan bagaimana hubungan kita di masa lalu."
"Apa? Kau tak ingat apapun? Jangan bercanda." Justin tampak tak percaya. Sementara vampir lain tampak juga kasak-kusuk saling berbicara.
"Ya. Aku nyaris tak memiliki ingatan apapun, tapi sejauh ini aku telah memahami beberapa hal. Pertama, 'benda' yang kalian cari saat ini ada pada kami berdua sehingga tentu saja aku tak akan membiarkanmu mengganggu ataupun mendekati gadis ini sampai aku menemukan benda apa yang dimaksud. Kedua, aku tahu bahwa diriku adalah seorang raja yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di dalam kerajaan vampire. Dan ketiga, setahuku seorang raja lebih kuat daripada vampir manapun. Jadi tak seharusnya aku gentar pada kalian."
Namun Justin malah tertawa dengan hebohnya. Tampak sangat melecehkan pria di depannya.
"Kau sepertinya memang masih merasa hidup di 409 tahun yang lalu, Night. Kau tak tahu kalau selama kau pergi dunia telah mengalami banyak perubahan. Kau pikir setelah menunggu seratus tahun lamanya aku akan datang tanpa melakukan persiapan? Kau pikir aku tak akan berkutik melawanmu?"
Justin mengembangkan tangannya. Menangkap perhatian seluruh vampir yang ada di sana.
"Lihat di sekitarmu, Night! Semua yang ada di sini telah berdiri di pihakku. Tujuan kami sama, yaitu untuk menjatuhkan kekuasaan seorang raja yang hanya bisa melarikan dirinya bak seorang pengecut dan mengabaikan kewajibannya sebagai seorang pemimpin. Apa kau pikir akan mampu melawan kami semua? Coba saja. Aku yakin kalau saeberapa kuat pun dirimu, kau bisa menandingi kekuatan kami semua."
Bak komando, para vampir di sekitar mereka tiba-tiba saling meraung. Wujud mereka juga mulai menunjukkan penampilan asli yang selama ini tersembunyi dalam penyamaran mereka sebagai manusia. Kemeja dan jeans berubah menjadi jubah yang panjang dan terlihat kuno, sementara taring dan kuku yang terlihat siap untuk mencabik siapapun, bahkan wajah mereka juga terlihat menyeramkan dengan sepasang mata semerah darah yang menatap ke arah Night dan Honey dengan geram.
Tak bisa dilarang, semua itu membuat seluruh tubuh Honey gemetaran. Dia mulai tak bisa berdiri dengan tegak. Satu-satunya hal yang kini bisa dilakukannya adalah semakin merapatkan tubuhnya pada Night. Bersembunyi di balik punggungnya sambil mencengkeram tangan mahluk itu dengan erat.
"K-Kita pergi saja," bisiknya sangat berputus asa. "K-Kita harus pergi, Night. Please."
***