webnovel

Vina, ini gawat!

"Vina, ini gawat." Kata Hansel dari seberang telepon.

Vina menguap dan perlahan bangun dari tidurnya. Ia terbaring sendirian dengan selimut menutupi seluruh leher dan bagian tubuhnya sperti biasa.

Ia sangat merasa lelah, karena seharian kemarin ia harus menerima banyak sekali pertanyaan dari wartawan. Harus diulang berkali-kali. Acara konferesi pers kemarin menghabiskan seluruh tenaga dan pikirannya. Belum lagi pengambilan gambar untuk beberpa sampul majalah yang mengingankan fotonya di bagian sampul. Meski ia bukan seorang arti, berita pernikahannya dengan Lux cukup membuat majalah-majalah itu tertarik.

"Kita akan menyiarkannya besuk, maka semua harus selesai hari ini". Kata-kata Sandra terus terngiang dikepalanya. Dan hal itu juga yang membuatnya khawatir, langsung terbangun saat Hansel menagatakan ada hal gawat terjadi.

"Katakan, apa media itu membuat berita yang buruk?"

"Hah?" suara Hansel terdengat kaget dan cukup keras.

"Bukan-bukan itu. Berita tentang pernikahan kalian dirilis pagi ini dengan sempurna. Aku yakin, jumlah pengikutmu di media sosial akan meningkat drastis. Namamu, menjadi trending mesin pencarian. Tapi ini bukan masalah itu." Jelas Hansel.

Vina bernafas lega. Ia lembali membuat dirinya terbaring dengan nyaman diatas kasur dan bantal empunya.

"Lalu apa katakan?"

Hansel terdengar ragu-ragu. Tapi dari nada bicaranya ia tetap ingin menyampaikannya.

"Aku jatuh Cinta."

Vina terdiam. Wajahnya tak berubah. Setelah keheningan beberapa saat, Vina tertawa terpingkal-pingkal.

~Aku jatuh cinta~

Kata-kata itu membuat geli Vina, yang mengenal baik Hansel dan semua sifat buruknya. Suara tawa Vina benar-benar lepas. Ia merasa geli segli-gelinya.

"Hi, jangan tertawa. Aku serius kali ini."

Hansel menggerutu dan marah.

"Baiklah-baiklah, maafkan aku. Katakan dengan siapa? Dengan wanita yang kau bawa ke tempat tidurmu semalam?"

Ejek Vina.

"Bukan, aku berhenti membawa wanita ke kamararku sejak seminggu lalu.

Vina terkejut.

"Baiklah, mengapa?"

"Aku, aku jatuh cinta padanya."

Vina penasaran dan bagun. Ia menyingkapkan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia membuka tirai dan mulai duduk di kursi di depan meja rias.

"Dia siapa? Bisa kau katakan lebih jelas."

Alih-alih menjawabnya, Hansel segera menatikan ponsel dan mengatakan ia akan sampai di rumah Vina beberapa menit kedepan.

Rupanya, Hansel menelepon dalam perjalanannya.

Tak ingin tampil bugil, Vina segera mengambil pakaian dan mepersiapkan dirinya sebelum keluar kamar. Tak berapa lama, Sandra memberitahukan bahwa Hansel telah datang.

Ia menunggu di sofa tengah seperti biasa. Untunglah Lux sedang pergi keluar. Jika tidak, mungkin Hansel akan bercerita tidak hanya pada Vina tapi padanya juga. Mengingat, lux l tak terlalau menyukai Hensel.

"Katakan, siapa wanita beruntung itu?" kata Vina menggoda.

Hansel mengelurakan ponselnya. Ia memperlihatkan wanita yang bekerja di toko pizza dengan wajah khas Rusia. Hidung macung dan wajah tegas.

"Lalu? Tinggal bicara saja bukan?"

"Itulah masalahnya. Ia membenciku." Jawaban Hansel membuat Vina terpaksa bertanya lebih dalam lagi.

"Bagimana kau tahu?"

"Aku mengajaknya mengobrol beberapa malam yang lalu. Saat itulah aku tahu ia membenciku."

"Dan?"

Hansel menjawab dengan raut wajah yang sedih. "Aku jatuh cinta padanya."

Vina terdiam sejenak dalam pikirannya. Ia membayangkan apa yang terjadi dan mengapa wanita itu membancinya. Bukan hal yang aneh, Hansel memang orang yang patut dijauhi wanita baik-baik.

"Aku tak bisa mengatakan aku mencintainya, jika ia saja sudah membenci sosokku bukan?"

"Tunggu, jadi kau belum mengatakannya. Dan kau yakin ia membencimu? Ayolah dimana logikamu?"

Hansel tak menampik perkataan Vina. Ia pun terpaksa mengatakan apa adanya pada Vina.

"Hari itu, sepulang dari rumah ini. Aku tak bisa tidur karena kesal. Kesal denganmu yang menikah dengan Hemel. Aku memutuskan untuk berjalan kaki dan keluar mencari angin. Aku putuskan membeli kopi di restoran pizza dekat rumahku. Restoran itu buka dua puluh empat jam.

Aku mengenakan jaket dan memakai penutup kepalaku. Tentu saja, aku tak ingin ada yang mengenaliku. Aku memesan minuman kopi dan sepotong pizza. Saat itu, wanita itulah yang berjaga, aku melihatnya tersenyum dan jatuh hati padanya. Aku sempat mengobrol. Karena memang restoran sedang sepi di malam hari. Di situ ada televisi. Saat televisi itu menayangkan film baru yang aku bintangi, aku terpikir untuk menanyakan pendapatnya untuk menonton film itu.

Kau tahu? Ia bilang dia membenciku. Baginya, aktor murahan sepertiku sangat banyak dan membosankan. Ia tak tertarik dengan aktor sepertiku. Dari situlah aku tahu, ia tak akan menyukaiku."

Vina tercengang dengan cerita Hansel yang begitu sempurna. Ia memiliki kemampuan menyampaiakan suatau cerita dengan sangat detail.

"Kau tidak mencoba mengajaknya makan atau apapun itu?"

Hansel menggeleng.

"Aku mendatangainya setiap malam. Dan bicara. Tapi tak punya keberanian untuk mengatakan siapa aku sebenarnya. Kemarin malam, aku mendatanginya tapi ia sudah tidak lagi berjaga malam. Ia berjaga di siang hari sekarang. Saat siang hari, pasti akan sangat mudah bagi orang-orang mengenaliku. Dan ia pasti akan langsung tahu dan pergi"

Vina berfikir sejenak.

"Di mana ia bekerja?"

"Restoran pizza dua puluh empat jam dekat rumahku."

Vina berdiri, "Ayo kita ke sana dan selesaikan ini!"