webnovel

Sky Without You.

Bagaimana pemandangan langit jika dilihat tanpa adanya dirimu? Hampa. Tak ada satupun keindahan yang dapat kurasakan. Sunyi. Terasa sepi untuk jarak pandang yang begitu luas. Sudah kuduga pemandangan langit ini akan lebih indah jika dilihat bersama denganmu. Aku merasa rindu. Dikalau aku dapat memilih pilihan yang berbeda dulu, apa mungkin aku dapat melihat pemandangan langit malam ini bersamamu lagi? Aku mungkin sedikit mendambakannya. Pemandangan langit ini tanpa dirimu; Sangat membosankan.

REDINA · Real
Sin suficientes valoraciones
2 Chs

Gadis 25 Desember

Gadis itu berdiri dibawah germelapnya malam ditanggal 25 Desember seorang diri.

Sambil menahan dinginnya malam dia terlihat menunggu seseorang yang penting baginya.

Namun setelah lama menunggu, setelah bertemu dengan seorang yang penting baginya, ia mati-matian menahan tangisnya.

Nama gadis itu adalah Takamina Nana. Seorang gadis dengan model rambut poni tail yang dapat ditemukan dimana saja.

Walau begitu;

Mempermainkannya;

Membuatnya menangis;

Membuang harapannya.

Menurutku semua itu salah.

Untuk itu aku memutuskan untuk datang padanya.

Tidak untuk menyelamatkannya, tapi untuk membuktikan kalau aku benar.

Lelaki yang berada bersama Takamina menyadari keberadaanku. Tapi ia tak melakukan apapun, mungkin ia berpikir jika aku hanyalah orang luar.

Dalam sekali hembusan nafas tak terasa aku sudah berada disisinya.

Sekarang apa yang harusku lakukan? Aku tak memiliki siasat, aku bahkan tak memikirkan apa yang harus kulakukan kedepannya.

"Siapa kau?" Lelaki itu berkata dengan nada kesal padaku.

Aku berusaha berpikir dengan keras memikirkan apa yang harus kukatakan.

Dan saat itu di dalam kepalaku muncul sebuah ide yang terdengar bagus.

Langsung saja aku memutuskan untuk memakainya.

"Siapa kau bilang…?" Aku mencoba tersenyum dengan sombong lalu merangkul pundak Takamina agar sedikit saja lebih dekat padaku.

Lalu setelahnya aku melanjutkan perkataanku. "Aku adalah pacarnya. Apa ada masalah dengan itu?"

Peria itu terlihat terkejut, tidak bukan hanya peria itu, Takaminapun sepertinya nampak terkejut dengan pernyataanku.

Aku mengetahuinya karena merasakan pundaknya yang sedikit bergetar.

Aku mungkin harus meminta maaf padanya nanti, tapi untuk saat ini mari biarkan terus berjalan seperti ini.

"Pacar kau bilang?" Tanya peria itu dengan nada yang heran.

"Ya." Jawabku setelahnya.

"Ha — Huhuhahaha! Sangat lucu!"

"Ada apa denganmu bung?"

"Biarku katakan ini. Kau telah di tipu. Kau tahu dia sudah tiga bulan ini menjadi pacarku." Dia mengatakannya dengan aksen seperti orang jahat.

Jadi seperti itu. Identitas peria ini adalah pacarnya. Aku mengerti sekarang.

Namun.

"Hahahaha, lucu sekali! Bagaimana perasaanmu setelah mengetahui kalau kau telah di selingkuhi?"

Tetap saja aku merasa perbuatannya tetaplah salah.

Selain itu. Aku juga sedikit merasa kesal sekarang.

"Selingkuh? Siapa? Aku? Hahaha...…"

"Oh! Ada apa? Apa kau sudah menjadi gila —"

"Kau salah. Apa kau sangat bodoh karena tak menyadarinya?" Ucapku memotong kalimatnya.

Peria itu berhenti tersenyum dan lalu memperlihatkan wajah bodohnya.

"Apa maksudmu?"

Aku kembali tersenyum lalu menunjuk pada arah semak-semak di pinggir jalan.

"Apa kau tak melihat apa yang ada disana?" Ucapku dengan percaya diri.

"Semak-semak bukan, memangnya kenapa?" Ucapnya bingung.

"Salah. Itu memang semak-semak, tapi benda didalamnya adalah sebuah kamera."

"Ka-kamera?"

Aku kembali tersenyum, (tapi kali ini mungkin sedikit terlihat seperti senyum yang jahat) lalu merangkul pundak Takamina hingga berpelukan denganku.

"Hei otak udang, jika kau masih tak mengerti maka akan kuberitahukan padamu. Yang tertipu itu kau dan bukan aku."

"H-hah?"

Wajahnya yang dipenuhi kepercayaan beberapa saat yang lalu saat ini telah hancur. Ia merasa kebingungan dengan kejadian yang diluar perkiraannya ini.

"Apa — ? Keparat! Apa yang kau katakan!?"

Lalu perlahan rasa bingung itu berubah menjadi emosi ketika ia merasa tenang.

Sesuai dugaanku.

Peria itu yang merasa kesal mencengkram kerah bajuku dengan keras hingga tubuhku sedikit terdorong kebelakang sampai terpisah dari Takamina.

"Apa kau yakin dengan ini?" Tanyaku padanya.

"Apa yang kau katakan!?"

"Aku dapat melaporkanmu, atau menyebar video ini di internet sesuka hatiku, kau tahu?"

"Kau pikir ancaman seperti itu akan membuatku berhenti!?"

"Tidak. Tapi perlakuan apapun yang kau lakukan pada Takamina juga terekam. Kau tahu maksudku kan?"

Bahkan untukku. Jika di ancam seperti ini akupun tak dapat berbuat apa-apa.

Tentu saja itupun berlalu untuknya.

"Keparat!" Dia yang mengatakan itu melepaskanku lalu berjalan pergi.

"Hei, jika kau berjanji tak turun tangan lagi dengan persoalan apapun yang berhubungan dengan Takamina, maka video itu akan ku hapus."

"Bodoh! Manamungkin aku mempercayaimu!"

"Tenanglah, aku juga seorang peria sejati. Sebuah janji akanku pegang dengan kuat."

Setelah mengucapkan sebuah perjanjian yang menggiurkan sebagai ending dari drama seperti ini, siapapun pasti mau tak mau akan menerimanya.

"Cih, baiklah aku berjanji. Jadi jangan lupa untuk menghapusnya." Setelah ia mengatakan itu peria itu berjalan pergi meninggalkan kami berdua.

......

Tak ada satupun kata yang di ucapkan Takamina. Sepertinya dia masih kebingungan dengan situasi saat ini.

Tapi itu wajar. Akupun jika di timpa dengan situasi seperti ini aku pasti akan kebingungan.

Tapi kesampingkan itu, apa yang harus ku lakukan sekarang?

Sebenarnya aku bisa saja pergi dari sini, tapi meninggalkannya seorang diri dalam situasi seperti ini — itu tidaklah mungkin.

Aku juga memiliki hutang untuk meminta maaf padanya — mau bagaimana lagi.

"Hei, apa kau merasa lapar?"

Untuk saat ini mari pergi mencari makanan, lagipula aku sangat lapar.

"Hah?"