webnovel

Siren and The Head Of The Swimming Club

SONTAK Kelly terkejut dan melihat ke arah sumber suara. Anna, Kelly bahkan sambil memikirkan sahabatnya itu. 

"Mau makan steak setelah pulang sekolah?" kata seseorang kepada temannya, Anna. 

Walaupun semua orang sibuk dan berlalu lalang dengan cepat, tapi bagaikan hanya Kelly yang diam dan menatap dua gadis tadi sembari memikirkan sahabatnya yang telah lama menghilang. 

Ingin sekali Kelly cari lebih cepat dari ini. Ingin sekali Kelly tak sengaja dapat menyelamatkan sahabatnya itu. 

Saat ini, Kelly tak dapat memikirkan dengan siapa dirinya harus berunding dan bekerja sama untuk mencari Anna. 

Dilihatnya Peter yang sedang berbicara di depan Maisha, Kelly langsung menggelengkan kepalanya karena tak mungkin Peter membantunya. Karena dia adalah manusia. 

Menurutnya, manusia dan Siren tidak bisa akur. Bahkan jika bisa, Siren harus menipu manusia dengan menyamar sepertinya. 

"Kelly, ayo. Lima menit lagi bel akan berbunyi. Kami biasa menggunakan waktu lima menit istirahat untuk membaca pelajaran yang akan dipelajari," ajak Peter. 

Peter dan Maisha, memang dikenal rajin dan cerdas. Beberapa orang ada yang menyebut mereka terlalu keras terhadap diri sendiri dan terlihat tidak ingin dikalahkan. Padahal, hal itu hanya berlaku untuk Maisha. 

Peter yang merupakan sahabat Maisha, hanya ingin menemani kebiasaan Maisha itu. Dari Sekolah Dasar sampai sekarang. Dan Peter sendiri, dikenal sangat cerdas bahkan saat tidur dia bisa menyerap materi yang diterangkan. Namun ini rahasia, bahwa Peter tidak tidur begitu larut. 

Saat mereka masuk, Maisha dan Peter sudah lebih dulu membaca sisa waktunya itu. Tapi tidak dengan Kelly. Dia malah mengajak bicara orang di bangku belakangnya. 

Kelly bertanya banyak tentang sekolah termasuk denah ini. Kelly juga bertanya mengenai siapa saja Ketua dari beberapa organisasi.

"Kenapa kamu menanyakan hal itu?" tanya Adel.

"Ah, tidak. Aku hanya merasa perlu mengikuti ekstrakulikuler untuk mengasah bakat ku. Aku cukup bosan jika langsung pulang ke rumah." 

"Kamu tidak mengikuti les diluar sekolah?" 

"Apakah harus?" kata Kelly penasaran. 

"Tidak harus juga. Tapi jika kamu mengikutinya itu akan berpengaruh ke akademikmu atau bakat. 99% murid di sini mengikuti les atau pelajaran tambahan. Dan dua orang di sampingmu yang merupakan murid tercerdas saja mengikutinya," paparnya. 

"Ah, begitu, ya. Aku akan bicarakan ini pada keluargaku," jawab Kelly ragu-ragu. 

Kelly baru tahu jika manusia seusia dirinya sangat keras terhadap hidup ini. Mereka sangat keras dalam belajar. Kelly curiga terdapat banyak pelatihan yang dilakukan manusia sejak kecil untuk membunuh para Siren. Menurutnya, manusia tak bisa ditebak. 

*** 

"Kita harus berangkat bareng." 

Begitulah kata Maisha kepada Peter. Alih-alih menanyakan apakah Peter mau atau tidak, Maisha malah membuat perkataan yang mengharuskan Peter menurutinya. 

Tapi Peter yang terkenal dingin kepada murid perempuan lain, dan beruntungnya Kelly dan Maisha adalah pengecualian. Apalagi Kelly. Dia sangat senang saat Peter semakin dekat. Karena setidaknya, beginilah cara Kelly menggali informasi manusia sampai menemukan kelemahannya. 

"Tapi aku akan mengantar Kelly pulang terlebih dahulu," jawab Peter. 

"Dia akan pulang denganku." 

Seseorang dengan mobil kuningnya, tiba-tiba nimbrung pembicaraan mereka. Dia adalah Arka Wikalla. Ketua klub renang di sekolah ini. Dia merupakan kelas 12 yang sebentar lagi akan menempuh pendidikan lebih tinggi.

Wajah yang tak kalah tampan dengan Peter, membuat murid perempuan tak bosan menatapnya kagum. Bahkan Kelly sekalipun, dia tak mengedipkan matanya. 

Arka keluar dari mobil tersebut dan dengan tiba-tiba menutup mulut Kelly yang menganga kagum. 

"Apakah aku sangat tampan sampai kamu mematung seperti ini?" tanya Arka dengan lembut. 

"Gantungan kunci ini sangat indah." 

Ternyata Kelly bukan kagum terhadap Arka. Tapi gantungan kunci yang merupakan lukisan laut dengan langit yang biru.

"Ini lebih indah dari apa yang aku lihat di pantai. Di mana kamu mendapatkannya?" tanya Kelly. 

"Kamu menginginkannya? Kalau begitu, biarkan aku memakaikannya." 

Arka dengan ramah memasangkan gantung kuncinya ke ransel milik Kelly. Jelas sekali banyak murid yang berteriak karena cemburu. Tapi tak hanya mereka, Peter pun merasakan yang sama. 

Peter yang tiba-tiba kesal karena Kelly mengabaikan dirinya, langsung naik mobil Maisha untuk pergi ke tempat lesnya. Maisha sadar dengan semuanya. Sehingga bibirnya terangkat naik puas. 

"Aku pikir dia menyukainya," celetuk Maisha. 

Maisha tak berhenti menggoda Peter soal Arka yang terlihat ingin lebih dekat dengan Kelly. Peter juga merasa seperti itu. Peter memang tidak menjawab dan bertanya tentang mereka kepada Maisha. Karena Peter memilih bertarung dengan pikirannya sendiri. Tentang mereka kenal sejak kapan dan lainnya. 

Sedangkan Kelly, dia baru saja berangkat dengan Arka saat Peter dan Maisha sudah setengah jalan. 

Arka sengaja melajukan kendaraannya pelan. Karena dia ingin berlama-lama dengan Kelly, gadis populer baru-baru ini. 

Fakta bahwa Arka bukanlah laki-laki playboy. Dia memang memiliki wajah yang terkenal dingin. Namun saat seseorang menyapanya walaupun dia tak kenal, Arka akan langsung tersenyum dan menyapa balik. Kelembutannya itulah yang bagaikan melemparkan api unggun di tengah gelap dan dinginnya malam. Sungguh hal baik yang tepat. 

"Apakah kamu tidak ingin tahu tentangku?" tanya Arka. 

Benar juga. Kelly dari tadi hanya diam dengan kaku. Bahkan Arka pun baru berbicara kembali saat ini. 

"Ah, aku tahu sedikit tentang Anda," jawabnya sopan. 

"Benarkah? Bukannya kamu murid baru di sini? Apakah kamu mendengarnya dari orang lain? Kalau begitu, apa saja yang kamu tahu tentangku?" kata Arka. 

Pertanyaan Arka membuat Kelly tak nyaman dan sedikit sebal. Walaupun Arka baik, dia terlihat ingin dipuji atau lebih tepatnya, obsesi dengan dirinya sendiri. Ya, begitulah Kelly memandangnya. 

"Orang-orang bilang Anda sangat baik dan juga pandai berenang." 

"Mm. Benar! Aku adalah Ketuanya. Maukah kamu mengikuti klub kami?" tawarnya dengan cepat. 

Kelly langsung terkejut saat Arka mengajaknya untuk masuk ke club tersebut. Bukan hanya karena baru bertemu, tapi Kelly juga takut jika Arka akan mengetahui siapa dirinya. Tamatlah rencananya jika itu terjadi. 

"Terima kasih atas tawarannya. Tapi aku tidak begitu minat dengan berenang. Walaupun suka laut, aku hanya mampu menatapnya," Kelly menolak halus. 

"Kenapa hanya menatapnya padahal kamu bisa melakukan lebih dari itu. Berbaik hatilah pada air. Sentuh lalu bermainlah dengannya. Bagaimana? Itu menyenangkan, bukan?" kata Arka. 

Menurut Kelly, yang diucapkan Arka memang benar. Air adalah jiwa yang menemaninya sejak lahir. Namun kini, Kelly menjauhinya tanpa sadar dan menikmati udara yang baru beberapa bulan dirinya kenal. 

Jika semua elemen dapat hidup dan berbicara, bagaimana cara laut memarahinya. Apakah dia akan membawa Ellen ke hadapannya. Atau laut akan membuatnya tak bisa bernafas di dunia manapun? Entahlah. Kelly merasa dia sudah berkhianat lebih dalam. Walaupun, pencarian Anna akan dirinya lakukan pelan-pelan.