Hingga di keesokan harinya di hari minggu pun, Gita masih saja tak merespon Dinda. Saat ini, Dinda belum cerita pada siapa pun lantaran ia juga kesal pada sahabatnya itu. Ia berharap, setidaknya Gita memberi penjelasan dan tak mendiamkannya seperti ini. Yang paling menyakitkan adalah, Gita bisa berkomunikasi dengan Bimo. Sementara dengan Dinda, sahabatnya sendiri tidak bisa? Sungguh sangat tak masuk akal.
Untung saja hari ini libur, jadi setidaknya Dinda tak bertemu dengan Gita dulu. Meskipun ia sudah menduga kalau Gita marah padanya, tapi rasa bersalah tak sama sekali ia rasakan. Yang ada, ia merasa kesal karena sikap Gita yang kekanak-kanakan.
"Dek, mau ikut kakak olahraga di lapangan komplek, nggak?" tanya Devin tiba-tiba masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu.
"Ayo, boleh. Tapi, aku belum mandi, Kak," jawab Dinda mengangguk.
"Ya nggak usah mandi, lah. Abis olahraga kan keringetan, nanti baru mandi," jawab Devin.
"Iya juga, ya. Yaudah, aku siap-siap dulu sebentar, ya?"
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com