Pada hari itu, di sebelas tempat cabang lainnya di lingkaran Kota Emas, balon-balon air dilemparkan, baik yang menandakan rasa suka atau tidak suka.
Andi dan Jeffrey menyaksikan penampilan Zidan, diikuti puluhan balon air yang terbang ke arahnya saat dia memasuki baris pertama. Mereka khawatir bahwa mantan penyanyi jalanan yang sudah lama tidak muncul ini akan dilupakan atau bahkan dibenci. Namun kemudian, ketika Zidan berjalan ke lorong sepanjang lebih dari sepuluh meter itu, balon air berwarna-warni terbang ke arahnya, dan jumlahnya sangat banyak. Balon-balon itu diiringi dengan jeritan yang, meski begitu, terdengar menuduh dan membencinya, "Hei, pemain tua! Sudah lama aku tidak melihatmu! Kukira kau sudah lenyap!"
"Ya, jangan lupa kembali lagi nanti! Kalau kau tidak turun hari ini, akan kuanggap kau pecundang!"
Mendengar teriakan semacam itu, kedengarannya tidak seperti celaan, namun lebih seperti teriakan penuh dukungan kepada Zidan.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com