webnovel

1. Rutinitas ku

"Ayah, Mimi berangkat kerja dulu ya. " sapa ku pada Ayah ku yang sedang duduk di sudut teras depan, sedang menghadap sebuah meja besar.

Diatas meja tersebut berserakan berbagai macam onderdil dan 2 buah blender yang sedang di perbaiki.

Memang Ayah dikenal sebagai tukang reparasi alat elektronik, kadang setrika, kadang kompor yang bermasalah. memang tidak setiap hari, kadang seminggu atau sebulan belum tentu ada yang minta perbaikannya pada alatnya yang rusak, tapi lumayan buat penambah kebutuhan sehari-hari. setidaknya Ayah masih ada penghasilan setelah di PHK oleh pihak pabrik karena pengurangan tenaga kerja.

" Ayah sudah Mimi bilang jangan makan kuaci lagi, nanti kolesterol nya naik lagi. Apa Ayah mau bertemu dengan Suster yang menceramahi Ayah terakhir Ayah Rawat Inap!?" tegur ku pada Ayah setelah mencium pipi nya dan memungut sebungkus kuaci matahari ukuran besar yang di sembunyikan di balik perkakas elektronik.

"Sudah ku bilang Mimi itu cerdas, kau tidak akan bisa membodohi nya! " tukasnya Ibu. dan aku hanya tersenyum mendengar ucapannya saat ku lihat wajah Ayah yang berubah masam.

"Ibu, Mimi berangkat kerja dulu ya

" kataku seraya mencium kedua pipi Ibu ku. " kalau sudah tidak ada yang beli lebih baik tutup saja bu. " kata ku lagi.

Memang Ibu membuka dagangan dengan menjual makanan untuk sarapan pagi. Buka mulai pukul 5:30 pagi Sampai selesainya atau jam 10 pagi tidak habis terjual.

Memang tidak seberapa uang yang di dapat tapi setidaknya bisa untuk menyambung napas sampai aku gajian bulan berikutnya.

" Iya, hati-hati di jalan, jangan melamun. " kata Ibu ku yang membuatku cuma bisa tersenyum meringis.

Segera aku mendorong motor matic ku keluar menuju depan pagar. Segera ku naiki dan men starter nya, membiarkannya menyala sebentar agar mesinnya panas.

Aku menatap motor ku yang sudah berusia tua, warna hitam dan merah pada bodynya sudah mulai kusam dan pudar. Biar tua tapi motor ini hasil jerih payah ku selama 5 tahun mencicil dari gaji yang ku terima setiap bulan.

" Pergi dulu! "teriakku yang dibalas lambaian tangan dari kedua orang tua ku.

Aku melajukan motorku dengan kecepatan sedang membelah jalanan yang mulai ramai oleh para pencari uang. para pencari nafkah untuk bisa hidup sehari lebih lama berkejaran dengan waktu.

Apakah aku bosan melakukan hal yang sama setiap hari. bangun tidur, mandi sarapan, lalu berangkat kerja, pulang kerja,nonton TV, lalu tidur di jam yang sama setiap harinya? ya! aku pernah merasakannya, rutinitas yang sama setiap hari seperti dejavu yang tidak ada akhirnya. Tapi saat ingat cicilan motor yang masih baru 5 kali di bayar, lalu biaya pengobatan Ayah ku yang harus ku persiapkan. semangat juang ku tumbuh kembali. Ternyata butuh sebuah alasan kuat untuk mengalahkan kejenuhan itu.

"Sammy semangat...semangat hoh.!" seru ku pelan seraya mengangkat tanganku dengan telapak tangan mengepal. Menyemangati diri sendiri itu yang ku lakukapn setiap hari. hey.. kita tidak mungkin meminta orang lain yang menyemangati kita, mereka juga punya masalah sendiri.

Aku Sammy Harris, Usia ku sudah mencapai 35 tahun , tidak suka pesimis, hanya berusaha optimis, dan aku belum mempunyai pasangan hidup sampai saat ini. Banyak yang bertanya, kenapa aku masih betah menjomblo sampai sekarang? jawaban ku sangat singkat hanya belum ada yang bisa nyantol di hati. Akibatnya banyak dari teman dan tetangga yang memberi gelar ' perawan tua'. Astaga aku yang punya diri saja tidak begitu peduli, bahkan kedua orang tua ku tidak seheboh mereka, kenapa mereka yang heboh.

Bukan aku tidak mau, hanya saja saat ini aku masih fokus untuk membiayai perbaikan rumahku, beberapa bagian bangunan mulai retak dan berjamur , atap yang bocor d beberapa tempat, keramik lantai yang mulai pecah Merenovasi nya salah satu jalan terbaik agar rumah itu layak untuk di huni, kayak untuk ditempati. Dan biayanya tidak sedikit

Rumah kecil tapi cukup untuk aku, Ayah dan Ibu untuk terhindar dari sengatan matahari dan dinginnya malam.

Rumah yang di beli oleh Ayah dari kerja kerasnya sejak masih muda.

Aku anak tunggal ,satu-satunya penopang di keluarga ku. Ayah ku sudah tua dan mulai sakit-sakitan, tidak mungkin juga aku membiarkan Ibu yang harus menanggung dan mengurus semuanya.

Setidaknya aku harus bisa memberikan rumah yang layak untuk di tinggali lalu memastikan orang tua ku terpenuhi sandang, pangan dan papannya, mungkin...yah mungkin baru aku akan memikirkan kepentingan untuk diri ku pribadi, memikirkan tentang yang namanya jodoh.

Aku harap aku tidak telat sampai di tempat kerja ku, jalanan hari ini.. entah kenapa sedikit lebih padat.

aku sangat terburu-buru hari ini, tapi situasi sungguh sangat tidak mendukung, tadi sempat berhenti di dekat pasar tumpah karena parkir yang meluber ke jalan, lalu didekat sekolah SMP Negri sempat tertahan hampir 10 menit karena ada sepeda ontel yang jatuh karena terserempet motor.

Dan sekarang hanya karena dua mobil yang bersinggungan membuat kemacetan di tikungan yang selalu padat kendaraan. ya... ampun ini sudah 15 menit tapi mereka masih berdebat tentang siapa yang salah.

Tapi kalau di pikir biarlah setidaknya untuk hari ini rutinitas ku sedikit berbeda dari hari biasanya, tidak monoton dan membosankan.

Semangat Sammy... semangat!.