webnovel

Shousetsuka ni Mainichi ga Muzukashii

Dikisahkan seorang remaja yang masih duduk di bangku SMA merupakan seorang penulis pendatang baru yang telah memenangkan penghargaan pada karyanya “Best Novel of the Year” tahun ini. Namun, pasca penghargaan itu ..., suatu keanehan terjadi di dalam dirinya saat dia hampir menamatkan novelnya. Akhir-akhir ini dia kesulitan untuk memikirkan jalan cerita untuk kisah yang hendak dia tuliskan. [Writer Block] Sebagian besar penulis memang pernah mengalaminya, dia tidak sadar kalau ini terjadi pada dirinya sendiri. Sebab apa dia mengalaminya, apakah ini adalah tekanan batin karena susahnya kehidupan yang telah dia jalani? Suatu hari, seorang sahabat dekatnya menyarankan untuk berkeliling ke sebuah tempat, anggap saja itu adalah liburan yang digunakan untuk sarana refreshing otak. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengunjungi sebuah negeri yang menjadi inspirasi novelnya. Sudah sejak lama dia ingin pergi ke sana .... Ternyata, kehidupan di negeri itu sama beratnya hingga membuatnya putus asa dan ingin kembali ke kehidupan jauh sebelum dia menjadi novelis. Tapi, siapa sangka .... Di tengah-tengah dirinya kehilangan semangat hidupnya, seorang pria yang tidak diharapkan hadir tanpa sengaja menjadi pasangan takdirnya, dan mengubahnya menjadi sosok yang kuat dengan mempertahankan impian besar dalam kehidupannya. Bagaimana lika-liku kisah seorang penulis yang telah mengalami writer block hingga bertemu orang yang ditakdirkan untuknya? *Simak kisahnya dalam novel, “Shousetsuka ni Mainichi ga Muzukashii” yang artinya “Hari-hari yang sulit untuk seorang novelis.” *Catatan: Cerita akan dilanjutkan dalam waktu dekat!

ANABANTINGAN · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
220 Chs

Seseorang Pembawa Perubahan

'Apa yang dia katakan waktu itu memang benar, aku sekarang menemukannya penulis seperti itu.'

'Dulu aku terlalu memaksakan diri, aku menjadi kasihan dengan diriku yang dulu ....'

'Sebegitu memaksakannya diriku hingga mengambil semua bagian yang ada, tidak!! Mungkin sikap seperti itu lebih tepat dibilang keserakahan.'

'Kalau aku tidak berkata jujur saat itu, kalau aku tidak sakit sampai pingsan saat itu, mungkin aku tidak pernah bisa memperbaiki sikap keserakahan dan keegoisanku ini.'

'Kurasa, itu adalah salah satu bentuk teguran dari Yang Maha Kuasa pada orang yang terlalu memaksakan diri melebihi batas kemampuannya.'

'Kadang kita butuh bersantai, dan menikmati proses kehidupan dengan hal yang cukup, tak perlu muluk-muluk dan hasilnya akan terlihat di belakang.'

'Berproses memang membutuhkan waktu tapi, jika tidak dikerjakan dengan ikhlas dan terlalu terburu-buru maka segalanya akan terlihat sulit.'

'Kadang kita perlu sedikit membuang ego kita demi mendapatkan sesuatu yang lebih baik, dan hal yang baik untuk diri kita.'

'Aku bersyukur telah disadarkan olehnya ....'

'Rasanya diriku yang dulu terlalu banyak berhutang budi pada banyak orang.'

'Tapi, dari situ aku memperoleh pengalaman dan belajar dari pengalaman pahit.'

________

'Kini ....'

'Aku bersyukur, penulis yang aku naungi adalah dia, Mawaru.'

*Satu-satunya penulis yang dipegang oleh Editor Fitria ini adalah Cynthia yang memiliki nama pena Mawaru.

Begitu sang gadis belia itu melangkah dengan hati-hati ke panggung megah, kemudian memberi sambutan, seorang lelaki dengan jas rapi itu menepuk pelan pundak Fitria usai bertepuk tangan ria.

Lelaki itu tersenyum lembut sambil memakan permen beraroma melati lalu berbisik pelan di dekat telinga Fitria, "Selamat Editor Fitria." ucapnya dengaj santainya~ siapa sangka penulis yang dibimbingnya menjadi sang juara.

"E-eh, ya, terima kasih." Dia masih menjawabnya dengan ragu kemudian saat lelaki itu tersenyum lembut padanya, Fitria juga ikut tersenyum dengan rasa cukup lega.

"Editor Kawarimi, terima kasih untuk saat itu." Ucap Fitria dengan sedikit membungkuk pada lelaki yang saat itu menolongnya, siapa lagi editor yang ramah dan baik hati kalau bukan Kawarimi.

"E-eh, ah~ a-aku tidak melakukan apa-apa, loh!" seru Kawarimi dengan nada agak gugup, dia tidak ingat bahwa dia melakukan sesuatu pada Fitria.

"Kalau saat itu kamu tidak menolongku lalu memberi saran, mungkin aku tidak pernah mempunyai penulis yang bisa aku bimbing." Jelas Fitria dengan serius.

"Eh~ tapi, kan, kamu sendiri yang memilihnya. Terlebih lagi Cynthia memang anaknya seperti itu, dia pernah dekat dengan Olivia." Sebenarnya semenjak Olivia tidak ada, Cynthia yang pemula juga kesulitan untuk mencari seorang yang bisa menjadi proofreader-nya. Tanpa ada uluran tangan dari editor mungkin dia tidak akan berkembang pesat. Yah~ untungnya di saat Cynthia masuk platform yang bekerja sama dengan penerbit, editor Fitria mau meliriknya.

Bukan karena Cynthia dekat dengan Olivia tapi, mereka berdua memiliki kesukaan yang sama.

"...."

Hal itu membuat Kawarimi teringat awal pertama kalinya dirinya kenal Fitria, sampai dirinya dipanggil Kawarimi. Dulunya, dia memang dipanggil dengan nama aslinya, yah~ karena tak terlihat keren dan menjadi kebiasaan rekan kerjanya memanggilnya dengan nama pena, maka semua orang mengikutinya terutama bos-nya.

"Karena kau telah membawa penulis yang kau bimbing, sayangnya gadis itu tak panjang umur." Ucap Fitria yang masih merasakan kesedihan Kawarimi maupun Cynthia yang kehilangan orang terdekat, dia tahu bagaimana sedihnya itu.

"Ya, cukup untuk di kenang saja, setidaknya ada beberapa penulis yang aku naungi."

"Oh, si nomor 3, ya."

Orang yang juara 3 kali ini adalah salah satu penulis yang dinaungi oleh Kawarimi.

"Ya." Jawab Kawarimi singkat, "Awalnya dia bilang hanya bisa dibasic puisi saja, tidak lebih dari itu. Puisi memang indah dan dia tak punya niatan untuk membuat cerita panjang dan ber-seri. Namun, semenjak dia tidak memiliki sesuatu yang bisa dipertahankan lagi, dia mulai bilang ingin menulis novel."

"Oh, begitu katanya?" tanya Fitria memastikan tentang si nomor 3 itu.

Kawarimi mengangguk menandakan dirinya bercerita bersungguh-sungguh.

"Kau membimbingnya dengan baik!" seru Fitria memujinya.

"Ah~ tidak juga, aku hanya melaksanakan tugasku." Ucapnya dengan santai.

"Kalau kamu memiliki penulis dengan potensi yang cukup bagus, jangan sampai kau lepas, ya. Sebisa mungkin usahakan dekat dengannya dan selalu memotivasinya." Kata Kawarimi yang yakin dengan Cynthia dan potensinya. Dia merasa anak yang tengah memberi sambutan itu pasti bisa jauh berkembang lebih bagus lagi dari Olivia.

"Terima kasih, Kawarimi."

****

Saat Fitria melirik Cynthia, dia tahu sekilas kisah hidupnya dari Kawarimi dan Olivia. Awalnya Cynthia bersungguh-sungguh untuk menjadi penulis karena ingin menyalurkan kemampuannya, imajinasinya, dan ingin memiliki kesibukan seperti Olivia. Dia semakin termotivasi dengan Olivia yang tidak sembarang menulis, dia menemukan jiwa dalam tulisannya. Cynthia juga merasa dirinya harus membayar hutang budi pada Olivia dengan menjadikan dirinya penulis, dan tidak hanya itu ..., rencananya uang yang dia kumpulkan dari menulis selama ini akan dia gunakan untuk melunasi hutang keluarganya.

*Setidaknya itu cukup.

Bagaimana rasanya hidup di keluarga menengah ke bawah, tentu problema ekonomi selalu terjadi, belum lagi jika dirinya tidak bisa mendapatkan sesuatu yang layak seperti teman-teman lainnya, tentu rasanya sangat sedih dan menyakitkan.

Tapi, saat Cynthia berada di panggung itu, dia merasa sudah selangkah lebih baik karena bisa mengangkat derajat keluarganya dengan usaha kerasnya. Dia juga menyelingi usaha dengan doa dan ibadah yang rajin, perjuangannya tidak sia-sia.

________

Beberapa hari setelah acara itu, penjualan novel berupa buku cetak milik Cynthia ini meningkat. Tentu saja, bukunya menjadi buku yang best seller.

Jarang sekali ada orang yang mengetahui tentangnya, kalau dia adalah seorang novelis, apalagi nama penanya juga berbeda.

Namun, dia merasa tak masalah akan hal itu, bagi dia menyembunyikan identitasnya juga penting, karena kalau dia jadi penulis best seller dan sekarang memiliki banyak uang pasti ada aja orang yang ingin berhutang padanya.

*Yang jelas dia bisa hidup sedikit lebih lega karena sudah terbebas dari hutang keluarga, hutang, cicilan, dan kredit yang main harus diangsur adalah beban.

Tapi, yang menjadi beban baru di kehidupannya saat ini adalah ....

Dia mengalami kesulitan untuk memikirkan kelanjutan novelnya, kisah apa yang harus dia tulis? Menjadikan dirinya malas sesaat.

Writer Block!! Yang dia alami saat ini.

Sekalipun dia telah bertanya pada editor dan ada beberapa saran yang telah dia dapatkan, itu tidak bisa menjadikannya bangkit lagi.

Menjadikan dirinya stress dan mulai linglung.

Tapi, di saat dirinya tak bisa berpikir jernih, sang editor pun mengupayakan satu-satunya cara yang mungkin membuat dirinya menemukan kesenangannya.

"Kalau begitu bagaimana jika kau memilih untuk berlibur sejenak?"

"Berlibur?" tanya Cynthia memastikan pada Fitria.

"Ya, misalnya ..., memilih liburan seperti berwisata ke tempat yang kau sukai dan ingin kau kunjungi ...."

"Kalau kau mau, aku bisa menemanimu kapan pun."

________

Ide untuk mengatasi "Writer Block" ini mungkin terdengar berlebihan tapi, siapa sangka itu akan menjadi momen berharga bagi Cynthia hingga dia menemukan orang yang ditakdirkan untuknya.