webnovel

Should Be

❝ Always needed the presence or departure of others to find out the depths of the heart. ❞ — Shita Hapsari. Yera teramat terpukul setelah kepergian mami dan adiknya. Yera tidak ingin mengkhianati janjinya sebagai saudarinya, Yera harus menepati janji adiknya! ©2020 by coureimmac

coureimmac · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
37 Chs

Bab 27 : Perihal Hati

"Lo. . . Lo nggak boleh jatuh cinta sama gue!"

"Kenapa? Bukannya cinta itu adalah hak setiap manusia di bumi?"

Dery dengan sekuat tenaga mengatakan hal demikian, ia menatap gadis didepannya yang tengah menatapnya lurus berusaha meminta keheningan sebentar.

Atmosfer di sekitar mereka telah membeku, tak ada suara yang menemani mereka dalam keramaian ini. Dery masih menatap ke arah Yera didepannya.

"Lo nggak bercanda kan, Der? Kita ini cuman sahabat aja loh. . ."

"Yer, ini bukan tentang persahabatan. Ini tentang perasaan, tentang hati gue."

Dery berusaha menetralisirkan napasnya sambil mengangkat dagu milik Yera yang ada didepannya.

"Kak Yera!"

Buyar, Dery dan Yera langsung tersadar akan suasana saat ini langsung mendadak menjadi canggung. Seseorang mendekati Yera dan Dery yang sedang berhadapan namun saling membuang muka.

"Eh, Nay? Ngapain disini?" Tanya Yera menatap seorang gadis yang sekarang berada di hadapannya.

"Lagi jalan sama kak Injun Sasa. Tuh mereka," ujar gadis tersebut sambil menunjuk tiga orang yang sedang berjalan menuju ke arah mereka.

"Loh kak Yera, Bang Dery? Ngapain disini? Ngedate yey?" Ujar Injun sambil menunjuk ke arah Yera lalu setelah itu ke arah Dery.

"Sembarangan lo, Njun. Nggak, habis nemenin nih boss jalan tadi. Dia habis beli novel, biasa." Ujar Dery sambil menepuk pundak Yera dan dihadiahi tatapan sinis dari Yera.

"Kak Yera, mau ikut nggak jalan sama kita ke Timezone? Nih nemenin orang gila ini." Ujar Sasa—kembaran Injun sambil menunjuk Injun menggunakan kedua bola matanya.

"Haha boleh tuh, ayok Der!"

Dery mengangguk dan mengikuti mereka berlima dari belakang. Ia menatap ke arah Yera yang sedang mengobrol bersama Sasa dan Nay—adik dari Injun dan Sasa.

Sedangkan Injun tengah mengobrol bersama sang kekasihnya sambil mengapitkan kedua tangan mereka.

"Bapak lo liat, Njun!" Usil Dery sambil tertawa ketika Injun menatap Dery sinis.

"Iri bilang boss!"

Dery terkekeh saat melihat Injun merangkul kekasihnya. Dery mengenal kekasih Injun, kekasih Injun juga merupakan adik kelas Dery di sekolah yang berjabat sebagai sekretaris OSIS di sekolahnya.

"Jangan dilihatin mulu dong, bang! Nanti iri," Ujar Sasa sambil menepuk pundak Dery yang sedari tadi menatap Injun dan kekasihnya.

"Ye buat apa gue iri? Gue juga bisa kali!" Ujar Dery sambil menatap sinis ke arah Sasa.

"Makanya bang, kalau sudah ada yang didepan mata. Ngapain cari yang lain lagi? Tembak aja sudah tuh kak Yera!" Ujar Sasa sambil menunjuk Yera yang sedang merangkul dan mengobrol bersama Nay.

"Bacot lo, kutil! Lo tuh sama si ketos macem mana?" Ujar Dery sambil memukul pelan kening milik Sasa.

"Apa sih bang? Gue sama dia nggak ada apa-apa!" Ujar Sasa sambil tersipu malu menatap Dery yang menggodanya dengan ketua OSIS yang sedang menjabat sekarang.

"Nggak ada apa-apa jarnya, tapi kemarin pulang barengan. Gimana tuh ceritanya?"

"Abang ih!"

Dery terkekeh ketika Sasa memukul pelan lengan miliknya. Ia melirik Yera yang sudah jauh didepan sana masih asyik mengobrol dengan Nay.

Andai saja Yera tahu, bahwa perasaan itu benar-benar nyata dan tulus kepadanya.

**

Yedra menatap ke arah Lukas yang duduk di samping joknya dengan tatapan yang sulit ia mengerti. Saat ia menemui Lukas yang sedang berdiri di depan store tersebut dan ia menuju ke arahnya, Lukas tiba-tiba marah sendiri lalu meninggalkan dia pergi ke basement.

"Lo kemana sih tadi?" Ujar Lukas misuh sambil menatap tajam ke arah Yedra.

"Gue tadi ke toilet kak, lagi panggilan alam. Kenapa sih muka lo kusut gitu?" Ujar Yedra sambil menunjuk muka Lukas.

"Nggak usah tunjuk-tunjuk bisa? Nggak sopan lo sama yang lebih tua!"

Yedra bingung, dia memilih untuk diam agar Lukas bisa bercerita mengenai isi hatinya yang tiba-tiba saja berubah suasana dalam seketika.

"Kak, lo kenapa sih?"

"Nggak kenapa-napa!" Ujar Lukas dengan nada dinginnya dan memilih untuk memejamkan matanya.

Yedra melirik ke arah Lukas sebentar lalu kembali fokus ke jalan raya didepannya. Ia memutuskan untuk diam saja daripada membuat amarah Lukas semakin melunjak.

Saatnya dalam posisi Lukas, entah mengapa saat ia mendengar pernyataan yang diungkapkan Dery kepada Yera. Amarahnya semakin melunjak seketika.

Lukas memejamkan matanya sambil memikirkan perbuatan yang dilakukan oleh Dery tadi. Lukas semakin emosi saat pikirannya menunjukkan Yera dan Dery yang sedang bercakap.

"Selamat siang kawula muda! Wah sudah hari Sabtu ya, nggak kerasa nih sudah akhir pekan aja. Bagaimana kabar kamu? Atau bagaimana dengan kabar hati? Sudah baik atau semakin sakit?"

"Wah Zitta mulut lo sembarangan ya haha. Harusnya pertanyaannya diganti seperti ini, bagaimana kabar hati? Sudah bisa melupakan atau belum? Atau sudah dapat penggantinya? Atau dalam suasana mode dingin? Hehe."

"Kak Ren bisa-bisanya haha, oiya hari ini kita bakal bacakan menfess dari kawula nih. Eh kak liat, ada yang kasih judulnya. Wahhh. . . Gila judulnya bagus banget, cemburu tanpa ikatan. Wahh kayak siapa tuh?"

Lukas yang mendengarnya samar-samar melirik ke arah tape audio mobil. Lalu ia melirik Yedra yang tengah fokus mengendarai mobil.

"Wah sakit banget tuh kayaknya Zit, udahnya cemburu. . . Eh nggak ada ikatan lagi hehe. . . Hayo ngaku kayak siapa nih kawula muda? Kayak lo mungkin. . ."

"Haha kak Ren bisa aja, oiya menfess ini bakal ditemani sama lagu I Wish milik One Direction, mana Directioners Indonesia? Selamat mendengarkan ya."

Lukas menatap ke arah jalan raya didepannya, ia melirik ke arah langit yang mendung. Sepertinya hujan lokal akan terjadi di kotanya, mobil mereka berhenti didepan suatu market.

"Kak, gue keluar dulu ya. Mama nitip belikan tepung beras, mau nitip nggak?" Lukas menggeleng lalu Yedra meninggalkan Lukas didalam mobilnya.

Why can't you look at me like that?

Lirik lagu tersebut membuat Lukas membulatkan matanya sambil berdecak kesal. Sekarang rintik hujan tengah membasahi daratan, Lukas melirik ke arah jendela mobil sambil menatap ke arah langit.

My tongue gets tied, the words get trapped

Kedua mata Lukas tertutup seketika, Lukas membayangkan jika saat itu ia berada di posisi Dery. Mungkin Lukas tidak akan menjadi seperti ini akhirnya.

Ya Tuhan, baru kenal kok langsung sesek gini rasanya?

Lukas kembali menatap ke depan, ke arah beberapa manusia yang tengah meneduh di bawah warung atau pohon. Ada beberapa juga yang lewat sambil menggenakan jas hujan, ada pula yang membiarkan dirinya terkena hujan di siang itu.

"Apa gue berhak buat cemburu? Gue nggak mau munafik kali ini, gue juga cinta sama Yera."

Ya, sepertinya itu karma untuk Lukas. Akhirnya hati Lukas jatuh kepada seorang pemilik kertas usang yang ia simpan selama tiga tahun ini.