Regina memandang tamu yang tak di undang itu dengan hati-hati. Untuk pertama kalinya, seseorang bisa masuk dengan mudah ke rumah ini. Regina tidak mengenal wanita ini. Wajahnya sangat cantik, dia nampak anggun dengan gaun yang dikenakannya, tetapi tidak menutupi kecantikan yang ditunjukkannya adalah wajah hasil perubahan operasi dari bedah plastik.
Secara keseluruhan tubuh wanita ini untuk seusianya. Regina memindai dengan bagus wanita di depannya. Dia banyak belajar banyak dari ibunya tentang kecantikan seseorang, natural atau tidak penampilan seseorang.
Regina merasa gelisah. Dia merasa was-was dengan tamunya. Yang jelas wanita ini bukan teman ibunya. Apa dia pacar ayahnya? Regina memasang muka tidak senang, wanita ini pacar ayahnya. Pasti.
"Selamat siang, maaf mengganggu, apa benar kamu Regina?" tanya wanita itu ramah dan lembut. Regina merasa aneh. Apa maunya?
"Kenapa? Ada perlu apa?" Regina menyemprot dengan kasar. Dia tak ingin bersikap baik terhadap Pelakor. Berani-beraninya dia datang kesini. Cari penyakit dia! Regina menjaga jarak dengan wanita itu. Ia berjalan menuju pintu membukanya dengan lebar, tangannya menekan tombol rekam dan aktif di belakang pintu. Semua kegiatan di rumah ini bisa terlihat dan di pantau sekarang melalui ponsel Maya, walaupun ia berada jauh dari rumah.
Meski rumah ini sudah di lengkapi dengan CCTV, tetapi saat sekarang dia merasa tidak aman.
Maya melihat ponselnya berkedip-kedip tanda darurat dari rumah. Dia membuka ponselnya. Regina sedang berbicara dengan seorang wanita.
"Boleh saya duduk!' pinta Wanita itu. Regina menyilangkan tangannya di dada. Tak peduli.
"Siapa kamu? Mau apa kesini?" Regina tetap tidak ramah.
Wanita itu tersenyum, tetapi sekarang wajahnya nampak sedih. Sofia sungguh tak menduga putrinya Regina tumbuh dengan sangat cantik, tetapi berlaku tidak ramah kepadanya.
"Saya Sofia, ibu kandungmu!" Mata Regina terbelalak lebar. Dia terperanjat. Tidak mungkin. Segera saja dia mendekati Sofia. Sofia menyangka Regina ingin memeluknya, tetapi...PLAK!! Regina menamparnya dengan keras. Sofia memegang pipinya yang panas dan sakit. Bibirnya berdarah.
Regina jadi beringas. Dia menarik tangan Sofia menyeretnya keluar. Lalu dia membanting pintu. Menguncinya. Sofia yang terkejut dengan tindakan Regina. Dia tersadar telah berada di luar rumah.
"Regina...Regina...aku sungguh ibumu...buka pintu...dengarkan penjelasan ibu!" Sofia menggedor-gedor pintu sambil menangis. "Regina...maafkan ibu, nak!" Sofia terkulai lemas di muka pintu. Hatinya seketika hancur.
Di balik pintu. Regina terduduk di lantai. Dia seperti di sambar petir, hingga hangus jadi abu. Apa benar dia ibunya? Hidupnya hancur seketika.
Di tempat lain ponsel Maya terjatuh di lantai. Wanita itu yang ada di video bersama Ryan. Jadi ibu kandung Regina. Maya cepat mengambil ponselnya dan menyimpan hasil dari CCTV itu, sebelum nanti akhirnya Regina menghapus hasil rekamannya.
Maya terkulai di lantai. Dia memelihara Regina dengan ikhlas tanpa bertanya siapa ibu kandungnya. Dia sungguh menyayangi Regina, dan menerimanya dengan terbuka, demi cinta Ryan. Melihat Regina hancur begitu. Hatinya terasa remuk. Tetapi hatinya lebih hancur lagi Ryan sudah kembali dengan Sofia. Ayahnya benar. Tidak ada jalan lain. Ryan memang bajingan. Maya menyumpah sakit hati. Sudah saatnya dia membuang Ryan dari hidupnya.
Sementara Ryan sungguh tidak mengerti, saat ini dia sudah jatuh miskin. Maya menutup semua akses ekonominya. Yang tersisa hanyalah yang disembunyikannya di belakang Maya.