webnovel

Shadow of Love

Saat acara telah usai, Chen dan Anita berpegangan tangan menaiki tangga, mereka tinggal di sebuah castle mewah di kawasan perbukitan rezidenza malopolska yang dibeli Chen khusus untuk bulan madunya. "Apa kita akan seperti ini selamanya ?", "Tentu saja ....", "Ahh Iya , tentu saja....", jawab Anita ragu... Chen menghentikan langkahnya, ia memutar tubuh Anita hingga berada dalam pelukannya, mereka berdiri saling berhadapan, "Jangan pernah meragukanku... aku yakin pada diriku sendiri, karena aku mengenal diriku melebihi siapapun. ... bagiku, tidak akan ada wanita lain yang pernah memiliki hatiku... jika kau berniat meninggalkanku besok... maka aku yakin, aku akan hidup sendirian sepanjang sisa hidupku. tidak ada seorangpun yang bisa menggantikanmu... ", "Bagaimana jika aku menikah dengan orang lain ?", "Hmm ternyata kau masih memikirkan kemungkinan itu ?!", "Aku hanya bicara 'jika' ... itu masuk akal khan, semua bisa terjadi ?", "Tapi aku tidak bisa berakal sehat bila menyangkut dirimu... aku tidak ingin ada 'jika, seandainya atau sejenisnya' karena tanpamu.. hidupku hanya berupa penantian panjang hingga kita bisa bersama lagi...", "Dan aku....", "Shttt !!", Chen segera meletakkan tangannya menutup bibir Anita. "Jangan katakan apapun yang akan merusak suasana hatiku.... biarkan aku menikmati moment bahagia kita saat ini...", "Jadi kau pikir cintaku lebih sedikit darimu ??", Chen sadar, ia bukanlah yang pertama dan satu-satunya di hati istrinya, ... tapi ia telah memutuskan untuk menerimanya apa adanya, Chen seolah telah melepas seluruh harga dirinya, ia memberikan seluruh kepercayaannya pada Anita sehingga harga dirinya sudah tidak penting lagi baginya. Anita melihat ketulusan dimata Chen, ia mendengarnya dalam kelembutan suaranya "Aku tidak ingin tahu...itu tidak penting. bila menyangkut dirimu, aku tidak pernah seangkuh penampilanku. Aku sanggup hidup dengan sedikit cintamu padaku....",

Nings79 · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
250 Chs

Tidak tertarik sama dia

Anita membuka matanya seketika. saat mendengar suara derap langkah tegas dari sepatu suster jaga yang masuk ke kamar mamah. seperti biasa. mereka bermagsud check tanda tanda vital yang dilakukan rutin per enam jam sekali. dengan malas anita bangun dari sofa panjangnya, lalu menggosok kedua matanya. dilihat jam dinding menunjukkan pukul dua dini hari, anita kemudian menoleh kesamping. ia melihat hans tampak tertidur pulas disofa panjang diseberangnya dengan wajah menghadap kearahnya. Anita lalu menguap sejenak. stretch her body. merenggangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri dengan cuek, berpikir bahwa tidak ada orang yang sedang memperhatikan tingkah lakunya.

"Bagaimana sus... apakah TTV nya normal ?" tanya anita sambil berjalan mendekat ke ranjang tidur mamah, melihat bagaimana suster itu memeriksa denyut nadi, temperature tubuh, tekanan darah juga glucose darah mamah.

"kakak dokter ?…." tanya suster itu curious, menatap kearah anita menyelidik.

"Ahhh …Bukan… bukan kokk sus… " jawab anita dengan ekspresi wajah canggung.

"…kokk tau istilah kita hehehe "

" Sering nonton drama tentang kedokteran sus, jadi tahu sedikit istilah - istilah medis …" jawab anita sekenanya.

" Ohhh kirain dokter … TTV nya masih diambang normal kak.. hanya belum stabil, jadi harus terus antibiotik via injeksi…". jelas suster itu ramah.

"ohh gitu yaa, … "

"Saya ambil darahnya dulu yah bu…" kata suster memberi aba-aba pada mamah. sebelum mulai mencari pembuluh darah vena dipergelangan siku mamah, untuk pengambilan sample darah. mamah terlihat langsung menganggukkan kepalanya pelan tanda setuju. membiarkan suster itu melakukan tugasnya dengan baik.

"Bagaimana hasil laboratorium dari pengambilan darah kemarin sus?" tanya anita dengan raut wajah penasaran.

"Kakak bisa bertanya langsung ke dokter dian yang menangangi ibu. sesuai jadwal dokter dian akan visit ibu sekitar jam delapan pagi ini. beliau yang punya kewenangan menjelaskan hasil lab-nya pada kakak"

"Iya.… saya mengerti … terima kasih suster" jawab anita singkat. Anita paham, alasan suster itu tidak ingin menjelaskan hasil laboratorium mamah padanya. karena adanya kode etik atau SOP rumah sakit yang tidak dapat mereka langgar. semua profesi mempunyai kewenangan dan ilmunya masing-masing. dan anita tiba-tiba menyadari memang bukan tugas suster untuk menjelaskan tentang hasil laboratorium secara detail.

Selesai dengan segala intervensi medisnya. suster itu kemudian mengemasi semua peralatan miliknya. dan berpamit keluar ruangan mamah.

"Ahhh mamahku kenapa hebat sekali. tidak pernah mengeluh sedikitpun … kenapa bisa tangguh begitu buk ?…" goda anita sembari membelai lembut rambut mamah.

"Gimana lagi. punya anak cengeng sepertimu membuat mamah harus strong melebihi ibu-ibu lainnya … begitu kira-kira non!" jawab mamah savage.

"Ihhh enak saja !, siapa yang cengeng ?… kalau aku cengeng bagaimana mungkin aku dapat survived hidup sendirian di Makassar tanpa mamah hmm" jawab anita sombong, seraya mendengakkan dagunya keatas. seolah merasa bangga pada dirinya sendiri.

"Hahh gitu aja bangga ! Iya memang disana kamu tinggal tanpa mamah tapi tinggal sama bibi dan saudara-saudara yang lain... itu namanya bukan hidup sendirian non ! itu namanya hidup berkelompok ! dasar cengeng! "

"Mamah yahh… seneng bangett bully nita. sebenarnya nitaa ini anak kandung mamah bukan sihh!" jawab anita kesal. tidak terima dengan alibi mamah.

"Bukan ! anak punggut ! anak yang aku punggut dari tempat sampah ! paham …" jawab mamah ngegas, sengaja ingin membuat anita emosi.namun, karena ia sudah terlalu sering mendengar candaan mamah satu ini. anita justru tampak menanggapinya biasa saja, ia terlihat santai dan sama sekali tidak memasukkan kata-kata mamah itu kedalam hatinya. karena ia sudah tahu persis realitanya. dan ia tidak pernah sedikitpun meragukan identitasnya sebagai anak mamah seorang.

"Jangan mulai yahh… ntar aku tinggalin nangis … " jawab anita dengan nada mengancam.

"Tinggalin ajah… mamah tahu kok, sekarang kamu lebih memilih bibi daripada mamah …"

Yaaelahh. jealousy mode on lagi deh… anita menghela nafasnya panjang. namun ia segera merajuk kebahu mamahnya. ia tahu beberapa tahun terakhir ini mamahnya begitu kesepian tanpanya. jadi ia dapat memahami sikap cemburu mamah itu. bahkan setiap hari dalam perbincangan telfon merekapun. selalu berakhir dengan drama kecemburuan mamah vs bibi.

"Tuhh khan, ngambek lagi, padahal tadi mamah yang mulai duluan loh …” anita segera menempelkan wajahnya pada bahu hangat mamah, “Mamah sayang … selamanya mamah adalah satu satunya orang yang anita cintai dan sayangi. nita selamanya akan bersama mamah, merawat mamah … berbakti pada mamah seorang ….” anita melepaskan wajahnya pada bahu mamah. dan beralih menatap kearah mamah penuh cinta. “Mamah tidak perlu merasa cemburu pada bibi … karena tidak ada yang bisa menandingi cinta nita pada mamah … mengerti "

"Tapi kelak kamu akan menikah nita … dan cintamu akan beralih untuk suami dan anak-anakmu…"

"Hahaha jangan mulai yahh… nita tidak tertarik membahas kapan nikah !" anita auto segera menjauhkan tubuhnya dari mamah, sambil menatap mamah irritating.

"Kenapa ? … beberapa bulan lagi, usiamu sudah masuk dua puluh lima tahun. bukankah memang sudah saatnya memikirkan pernikahan ?"

"Ahhh mahh … nita ngantuk … mau tidur lagi…" anita langsung berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

Melihat puterinya itu beranjak pergi meninggalkan ranjang tidurnya, mamah langsung berkata, “Mamah haus mau minum milk tea …" ucap mamah. sengaja menahan kepergian anita.

"Iya. nita ambilkan sebentar yah mah..." jawab anita pendek, langsung melangkah ringan menuju kearah kulkas kecil di samping televisi. untuk mengambil milk tea dingin kesukaan mamah.

"Bagaimana pendapatmu tentang hans " tiba-tiba mamah bertanya out of topic, seraya matanya terus membuntuti anita dan memasang raut wajah exited.

"Pendapat gimana magsudnya ..."

"Ganteng khan hans?? baik khan anaknya .... ”

“Hahh ?”

“Selain sudah mapan, hans itu sayang banget sama keluarga, dan gak macam-macam ” mamah berbicara dengan nada suara setengah berbisik. sengaja menurunkan volume suaranya agak tidak terdengar oleh hans, yang tampak tidur dengan lelap di sofa.

"Bodokk " jawab anita ketus. justru lebih merasa annoying daripada interesting.

"Dia masih jomblo loh nitt." kata mamah lagi, seolah tidak menyerah, tetap gencar promosi bagai sales marketing yang pengen barang dagangannya cepat dibeli olehnya.

"Buat mamah aja gihh ..." jawab anita ketus seraya melirik kearah mamah annoying.

"Dasar gak sopan !… mana mau dia sama mamah, emm Ibu nina , mamahnya hans juga sering mengajak mamah besanan loh nitt" jawab mamah santai, sengaja meraih tangan anita lalu menariknya lembut untuk kembali duduk disebelahnya.

"Gak lucu dehh mah... emang kita anak kecil, dijodoh jodohinn gini … mamah jangan malu-maluin nita deh, kek nita udah gak laku aja ... ntar hans pikirnya aku ngebet sama dia… " seketika anita mengeryitkan dahinya. teringat sesuatu "Duhhh pantes saja ia tadi bilang aku naksir sama dia … ini pasti karena mamah sihh… yang terus ngebet jodohinn nita ke dia khan..." ujar anita, kembali menatap tegas kearah mamah dengan tatapan menuduh.

"Ihh fitnah … dosa lohh… mana pernah mamah ngebet promosi kamu ke hans … suwerr~ enggak nit ! … justru mereka duluan yang selalu dekettin mamah kokk… nanyain mulu tentang kamu… beneran mamah gak bohong …"

"Terus bagaimana mungkin ia bisa bersikap demikian percaya diri, bilang kalau nita naksir sama dia, kalau bukan dari tingkah malu-maluin mamah itu …"

"Kalau gak percaya yaa udah… makanya buruan! cepettan punya pacar. biar mamah punya alasan untuk menolak mereka dong …"

"Sabar atuh mah …"

"Hmm dari dulu bilangnya selalu begitu … sabar atuh mah ~ sabar atuh mah … bilang saja kalau kamu memang tidak becus nyari pacar sendiri ..." jawab mamah dengan nada mengejek. sengaja meniru ucapan dan ekspresi anita.

"Hahhhh ... jadi mamah ragu sama nita. dan berpikir kalau nita sudah gak laku begitu ?!, perlu mamah ketahui yah… kalau nita mau… nita tinggal comot satu pria diluar sana … siapapun itu ... nita yakin mereka gak bakalan nolak nita …" balas anita ngegas. meski dengan suara lirih namun nada kemarahan terdengar jelas dalam suaranya.

"Mamah tidak percaya ! cobak kamu buktikan, gak usah jauh-jauh. comot saja tuh pria yang sedang molor disofa.... bisa gak?" ucap mamah santuy. sambil dagunya mendengak , seolah menunjuk kearah sofa tempat hans tidur.

"Ogah ! nita gak tertarik sama dia!"

"Kenapa ..."

"Gak mood aja ... "

"Hahaha mamah baru tahu, kalau kamu pilih pacar itu berdasarkan mood … "

"Biarin ..."

"Gimana kalau kamu coba temenan dulu sama hans, itung-itung buat latihan pendekatan "

"Mamah stop yah. jangan bikin nita tambah kesel. nita udah dikerjainn sama dia semalaman. sekarang gantian mamah kerjain nita. apakah ini tidak keterlaluan ”

"Kamu aja yang baper … kita mah biasa saja. gak merasa sedang kerjain kamu tuhh… "

"Apaan baper. jelas-jelas mamah terus jodoh-jodohinn nita sama hans. sekarang sengaja bikin dia nginep sama nita disini … bikin nita malu setengah mati. … tahu gak nita sampek ngempett pengen kabur, kalau gak ingat mamah sedang sakit begini. nita beneran udah kabur mah!"

"Gak usah dramatis dehh. mamah kenal hans sudah beberapa tahun terakhir. dia anak baik dan gak neko-neko. dia sengaja bersikap annoying seperti itu sama kamu. karena mamah yang menyuruhnya… agar dapat membuat kamu mau berbicara dengannya… " ucap mamah berkeras membela hans.

"Ohhh jadi begitu yah… jadi sekarang mamah lebih membela hans dari pada nita… ohhh okay … nita mengerti …" anita menganggukkan kepalanya sendiri beberapa kali. dengan rasa kesal terpancar jelas di kedua matanya.

"Kamu jangan salah paham dengan sikapnya nit. dia beneran pengen kenal dekat sama kamu … sebenarnya hans sangat menyukaimu … "

"Hahhhh menyukai nita … mamah melihat dari sisi mana dia menyukai nita … mamah jangan ge-er. juga jangan malu-maluin nita okay … bisa jadi ia bersikap baik begitu hanya untuk menyenangkan hati mamah saja … karena merasa tidak enak pada mamah … jadi please mah… stop bersikap kekanakan seperti ini!"

"Tapi mamah maunya kamu sama hans …" ujar mamah merajuk. tetap teguh dengan pendiriannya.

" Tidak !! " jawab anita spontan. berkata dengan nada keras.

Hans seketika terbangun dari tidurnya. dan langsung duduk dengan tegap disofa. wajahnya terlihat bingung, melihat kekanan dan kekiri. seolah berusaha mengumpulkan nyawanya lagi. kemudian matanya bertemu dengan mata anita dan mamah. yang tampak sama-sama terlihat kaget dengan aksi hans itu.

"Maafkan suara keras nita, pasti bikin kaget kamu yahh hans " ucap mamah. yang dengan percaya diri kembali menyebut anita sebagai kambing hitam. anita yang merasa tidak puas dengan ucapan mamah sontak menatap kearah mamah dengan kesal.

"Tidak apa apa mah.. lagian udah jam enam pagi, hans mau bersiap kekantor sekarang mah." jawab hans singkat. sambil tersenyum menatap kearah anita dan mamah secara bergantian.

"Gak kepagian hans " tanya mamah

"Nittt ... tolong kamu beliin sarapan buat hans, dia suka Latte dan roti keju bakar di kafe bawah " ucap mamah ringan. sengaja menyuruh anita membelikan sarapan buat hans. dan belum juga anita mengiyaakan suruhan mamah, dengan penuh percaya diri hans langsung menimpali ucapan mamah “Terima kasih nitt… aku ingin less sugar yahh," ucap hans, sambil tersenyum kecil menatapnya cerah, dan langsung berdiri untuk pergi ke kamar mandi.

Anita tampak hanya bisa bengong dan pasrah dengan kekompakkan mereka berdua yang kembali mengerjai dirinya.