Pintu hati tak selamanya terbuka lebar. Apalagi jika ia pernah tertutup. Pintu hati juga tak selamanya kokok. Apalagi jika ia pernah roboh. Sama halnya pintu hati San, kegelisahaan rasanya muncul beberapa waktu belakangan ini. Pintu yang ditutupnya, perlahan terbuka. Menyingkap rasa takut dari masa lalu. Membayangi rasa tenangnya, menguarkan aroma temaram.
Motor San berhenti di depan gerbang asrama khusus perempuan tempat Asri tinggal. Terlihat Siska—si mahasiswa Desain Interior kampus tetangga sebelah—tengah menyapu halaman. Biasanya San bertemu gadis itu di tengah jam maskerannya. Hari ini, San bertemu wajah polosnya. Ia cantik sekali, begitu puji San. Tak berselang lama setelah Siska sadar jika San memandangi dari celah gerbang, gadis itu buru-buru bangkit membuka gerbang asrama.
“Hai, San! Ya ampun aku nggak sadar kamu ada di gerbang, lagi sibuk beresin halaman,” sapa Siska menatap tidak enak.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com