"selamat pagi!" seru Mario saat melihat Yusuf membuka pintu ruangan kerja mereka. Yusuf tersenyum sebentar tapi mengingat kejadian kemarin, wajahnya kembali ditekuk.
Yusuf langsung duduk di meja kerjanya, sama sekali tak menjawab sapaan salam dari Mario. Hatinya masih tidak menerima kejadian kemarin. Bisa dibilang Yusuf cemburu, karena melihat laki-laki lain yang tidur dengan Mario. Lebih tepatnya, laki-laki yang menjadi teman tidur Mario sebelum dirinya masuk dan menggantikan posisi itu.
"hmm kacang, kacang, kacang" sindir Mario yang merasa diacuhkan Yusuf.
"kacangin aja, kenyang nih" Mario melanjutkan sindirannya.
Tanpa ada yang mengetuk, pintu ruangan mereka ada yang membuka, terlihat Yogi dengan senyum menggoda menatap satu persatu temannya.
"kirain lagi ena ena, padahal pengen liat" seloroh Yogi tertawa cekikikan.
Merasa leluconnya tidak lucu karena tidak ada yang tertawa, Yogi menghentikan tawanya, "serem amat pagi-pagi" sindir Yogi.
"eh betewe, lu berdua dipangil Bu Ket, sekalian morning briefing dulu" Yogi melanjutkan perkataannya.
Yusuf dan Mario hanya mengangguk. Mario lebih dulu meninggalkan Yusuf yang raut wajahnya tak seceria biasanya. Yogi merangkul Mario sok dekat. Mario membiarkannya. Sedangkan Yusuf yang ada dibelakang Yogi dan Mario semakin kesal, seperti tidak rela ada orang lain yang menyentuh Mario lebih dari dirinya.
"awas, awas" Yusuf memotong jalan Yogi dan Mario, menyingkirkan rangkulan Yogi. "lambat banget" ketus Yusuf meninggalkan Yogi dan Mario yang kembali berjalan dibelakang Yusuf.
Kini ketiganya sudah ada di ruangan Ibu Ketty Ekawati. Manager mereka. Beberapa rekan mereka yang lain juga sudah hadir. Semuanya berbaris membentuk lingkaran, melafalkan yel yel perusahaan dan melaporkan pencapaian serta planning selanjutnya untuk kepentingan target perusahaan secara bergantian. Setelah semua tim selesai, barulah sebagai penutup, Ibu Ketty memberikan petuah-petuah sok bijak dan beberapa pengumuman.
"sebelumnya give applause untuk Yusuf dan Mario, yang udah berhasil memenangkan tender besar dengan Mister Singh" ujar Bu Ketty bersemangat disambut tepukan meriah oleh rekan-rekan kerja Yusuf, termasuk Yogi yang bertepuk tangan terlalu lebay, "target Yusuf dan Mario untuk tahun ini sudah tercapai, tapi bukan berarti bisa santai-santai ya, masih tetep harus pikirin buat tahun depan" ujar Bu Ketty lagi. Yusuf dan Mario mengangguk.
"nah, seperti yang Saya janjikan, kalo ada yang Achieve target lebih dulu, bakal saya kasih liburan ke Bali, congrats buat Mario dan Yusuf sekali lagi"
Semua kembali bertepuk tangan, Yogi terlihat paling bahagia, Ia merangkul Yusuf dan Mario disamping kiri dan kanannya.
"jadi bertiga sama Ibu berangkatnya?" tanya Mario berbicara.
"ya enggak dong, kan yang achiev kalian berdua, jadi cuma kalian berdua aja" jawab Bu Ketty dengan mimik wajah yang serius.
"widihh, honeymoon dong ler!" ledek Yogi menyenggol Yusuf. Yusuf memberikan delikan tajam seolah ingin memakan Yogi bulat-bulat.
"Yusuf sama Mario, nanti japri ke ibu Foto KTP ya" ujar Bu Ketty lagi, dijawab anggukan oleh Yusuf dan Mario.
Setelah selesai morning briefing, Yusuf mengajak Yogi menuju ke kantin. Merayu dengan traktiran, sehingga Yogi tidak berpikir dua kali. Setibanya di kantin, Yusuf hanya memesan kopi dan menghisap rokoknya, sambil menunggu Yogi yang memanfaatkan traktiran dengan baik.
"eh busyet dah, lu abis nguli?" tanya Yusuf keheranan saat melihat piring yang dibawa Yogi hampir penuh dengan lauk yang dipesan.
Yogi terkekeh tanpa merasa berdosa, dan mulai menyuapkan sendok ke mulutnya.
"gua bingung lerr" Yusuf menghisap rokoknya dan meniup asap rokok dari mulutnya, hisapannya membuat bunyi dari mulutnya begitu juga saat meniup, Ia sengaja mengeluarkan hawa anginnya kencang.
"pegangan dong kalo bingung" canda Yogi, "becanda seyeng, bingung kenapa?" tanya Yogi meralat ucapannya. Ia tahu sahabatnya sedang serius.
"kayaknya, yang lu bilang bener tapi salah juga" ujar Yusuf membuat Yogi menghentikan aktifitas kunyah mengunyahnya yang menggiurkan.
"yang bener dong, maksudnya apaan?" tanya Yogi tak mengerti.
"ya masalah kemaren, takutnya Mario baper"
"jadi beneran Mario baper?" Yogi melotot tak percaya.
"Mario nya sih kagak, gua yang baper" jawab Yusuf dengan segala kejujurannya, "masa gua cemburu, Mario diapelin cowok lain" curhat Yusuf.
"kok lu bisa tau?" Yogi kembali melempar pertanyaan.
"pulang dari nganter lu, gua ke kossan Mario, ada cowok yang nginep" Yusuf bercerita sambil menghisap rokoknya lagi dan mengebulkan asapnya dengan malas.
"siapa tau cuma temennya, jangan langsung cemburu dulu lah" Yogi berusaha menenangkan, sampai-sampai Yogi jadi tidak bernafsu makan karena kegalauan sahabatnya.
Yusuf menghembuskan nafas panjang, Ia enggan menceritakan kejadian waktu memergoki Mario, namun pada akhirnya Yusuf menyerah dan bercerita, "cowok itu yang gua pergokin waktu ML ama Mario, dari situ gua tau Mario gay, dari situ juga gua khilaf ML sama Mario, terus ketagihan, dan sekarang gua kepikiran".
"aduuh, gimana ya" Yogi jadi bingung sendiri, "gua belum pernah ngasih solusi buat cowok yang jatuh cinta sama cowok" ujar Yogi, "tapi, kenapa nggak coba tanya Mario, dia cowoknya apa bukan" cetus yogi memberikan ide.
"terus...gua bilang gitu, kalo gua suka sama dia?, gila, mau tarok dimana muka gua, berpetualang kesana sini masa jatohnya dipelukan cowok" keluh Yusuf masih merasakan bimbang di hatinya.
"sekarang gini, gua tanya dah sama lu, sejak awal lu milih Mario buat ngobatin rasa penasaran lu terhadap anal sex itu karena apa?" tanya Yogi tampak serius.
Yusuf menggeleng, "nggak tau, nggak diniatin".
"nah itu!!" seru Yogi, "itu karena lu suka sejak awal sama dia, bukan karena rasa penasaran lu doang, kalo lu penasaran nih ya, lu pasti kayak yang udah-udah, lu setting bener-bener tempat kejadian perkaranya, lu setting bener bener waktunya, terus lu lancarin serangan lu ke target, ye kan begitu".
Yusuf diam saja. Apa yang dikatakan Yogi benar. Saat Yusuf penasaran dengan wanita-wanita yang berhasil Ia gaet, Yusuf selalu merencanakan semuanya dengan matang, hingga berakhir dengan pengencrotan. Berbeda dengan Mario yang mengalir begitu saja tanpa direncanakan.
"lu menikmati apa nggak? pada saat lu ewex Mario" tanya Yogi lagi.
Yusuf menjawab dengan anggukan.
"gua support apapun keputusan lu, nggak usah ada gejolak batin deh, kalo lu emang gay ya udah, gua nggak akan ngejauhin lu karena lu jadi gay" jelas Yogi berusaha meyakinkan jika semuanya akan baik-baik saja.
"tapi gimana cara ngomongnya lerr" Yusuf kembali dilanda kebingungan.
"ya elah ngomong tinggal ngomong, lu kan udah sering ngerayu cewek, masa nggak bisa ngerayu cowok" timpal Yogi.
"ya bedalah peler".
"sama aja, lu ewex terus pas lagi ditengah-tengah nih, lu cabut biar dia kentang, bilang kalo mau lanjut jadi pacar gua yo, gitu" Yogi tertawa terbahak bahak setelah mengatakan idenya.
"bangke lu" ujar Yusuf tak bersemangat.
"udahlah, gua yakin lu lebih tau apa yang bakal lu lakuin" Yogi menepuk pundak Yusuf, "tapi gua masih nggak nyangka sih, segitu enaknya ya ampe bikin jatuh cinta".
"awalnya iya, tapi lama kelamaan, ini lerr yang ngomong" ujar Yusuf menunjuk hatinya.
"ya udah cabut yuk, gua jam 9 ada ketemu client" ujar Yogi kembali menepuk pundak Yusuf dan melihat jam tangannya, "udah gua bayarin, langsung cabut aja" tambah Yogi lagi membiarkan makanannya bersisa.
Yusuf berpisah dengan Yogi di lift. Yogi memutuskan untuk langsung ke basement, sedangkan Yusuf berjalan menuju ruangannya. Setelah membuka pintu, Yusuf melihat Mario sibuk dengan komputernya. Yusuf memutuskan duduk di bangkunya, memandangi Mario dan sesekali tersenyum.
"Yo, tar malem kemana?" tanya Yusuf ragu-ragu.
Mario berhenti sejenak dari kesibukannya, Ia menatap Yusuf, "kirain masih ngacangin gua" timpalnya tertawa.
"ya elah masih diinget aja, gua tadi cuma bad mood doang, jalanan macet banget" Yusuf berkilah, sudah menjadi Yusuf si pembohong, "iya udah, maaf" ujar Yusuf menambahkan.
"lu mau ngajak gua kemana tar malem? ke apart lu? nggak bisa kayaknya" Mario bertanya tapi langsung memberikan jawaban, "lagi pengen ya?"
"emangnya kalo gua ngajakin lu kemana, udah pasti gua mau ngewek sama lu?" Yusuf meninggikan nadanya, tetap berusaha menahan diri, tapi Yusuf sedikit sakit hati atas jawaban Mario, yang seolah-olah, Yusuf hanya ingin mengajaknya berhubungan Sex.
Mario mengernyitkan dahi,"kok marah, kan emang gitu, emang belakangan ini lu pernah ngajak gua kemana, kalo bukan ngajak ngewek doang" Mario ikut menaikkan nada bicaranya.
"ya udah, serah lu aja dah" Yusuf meninggalkan mejanya dan keluar dari pintu ruangan dengan perasaan kecewa.
Niat hati ingin mengajak Mario kencan, tapi ternyata Mario sudah berpikiran yang tidak-tidak. Yusuf melampiaskan kemarahannya dengan menarik tangan amanda yang bertemu dengannya di koridor kedalam ruangan kosong yang tak jauh dari ruangannya. Yusuf bercumbu dengan Amanda.
"aghh....Mas agh, jadi ganas deh, amanda suka" desah Amanda yang menikmati lumatan Yusuf di payudaranya.
Baru saja ingin memasukkan penisnya kedalam vagina Amanda. Seseorang membuka pintu tersebut.
"sorry Suf, Mand, gua nggak maksud ganggu" ujar Mario memalingkan wajahnya.
Yusuf dan Amanda buru buru menyudahi aksinya, mereka segera merapikan pakaian kembali.
"gua disuruh Bu Ketty cariin lu, urgent katanya" ketus Mario masih tak mau menoleh dan keluar lebih dulu dari ruangan.
"ya udah sana Mas, nanti diomelin bu ket" timpal Amanda.
Yusuf meninggalkan kekentangan Amanda dan dirinya, mengikuti langkah Mario dari belakang menuju ruangan Bu Ketty. Ternyata Bu Ketty hanya ingin membicarakan masalah akomodasi dan segala maca tete benge yang akan disiapkan untuk rewards achievment yang didapat oleh Yusuf dan Mario.
"jadi gimana? buat hotelnya deal?" tanya Bu ketty memperlihatkan layar laptopnya.
"apa nggak bisa diduitin aja bu, nggak usah jalan-jalan" usul Mario.
"ya nggak bisa dong, kan ini cost perusahaan, proposal yang saya ajuin harus selesai hari ini, biar minggu ini udah bisa berangkat, dari dulu juga kan begitu" ujar Bu Ketty menolak usul Mario.
"kalo gitu cost nya dibagi aja bu, kamar hotel nggak usah yang mahal mahal, tapi cari dua kamar, single bed juga nggak masalah" cetus Mario lagi meluangkan idenya.
"loh emang kenapa kalo satu kamar?" tanya Bu Ketty keheranan, "kalian kan satu team, biar lebih engaged".
"ya biar lebih jaga privasi masing-masing aja bu" Mario berkelit memberikan alasan.
"Kamu gimana Suf?" tanya Bu ketty ke yusuf.
"saya ngikut ajalah bu, terserah Mario aja, Mario nggak mau kali tidur sama saya" sindir Yusuf membuat Mario menyipitkan mata kearahnya.
"ya udah, biar adil, saya pesen kamar yang double bed ya, biar masing-masing tidurnya, tapi tetep sekamar, karena nggak bisa dipisah, invoice kamar hanya boleh satu kamar berdua" Bu Ketty menjelaskan.
"kalo nggak bisa, ngapain nanya" lirih Mario. "ya udah bu, atur aja, saya juga bisa pesen kamar sendiri nanti".
"ya udah kalo gitu, kalian boleh lanjutkan kerjaan kalian" ujar Bu Ketty mempersilahkan kedua bawahannya keluar.
"permisi bu" ucap Yusuf dan Mario berbarengan.
Mario meninggalkan Yusuf lebih dulu kembali ke ruangan. Disusul Yusuf yang bergegas ingin tahu apa maksud Mario di ruangan Bu ketty.
"lu kenapa? nggak mau jalan-jalan sama gua?" tanya Yusuf setelah mereka tiba di ruangan.
"apaan sih, kenapa lu marah-marah sama gua, dari tadi pagi perasaan, salah gua apa coba" ujar Mario tak mengindahkan Yusuf yang duduk didepan mejanya.
Yusuf menghela nafas, mencoba tersenyum, "gua nggak marah Mario, gua cuma nanya" Yusuf memelankan nada bicaranya.
"tapi nanyanya ketus" timpal Mario.
Yusuf sudah hilang kendali, Ia tak mau memperpanjang masalah kecil. Tanpa aba aba. Yusuf mencium bibir Mario. Melumatnya langsung. Ini ciuman pertama yang dilakukan Yusuf ke Mario. Selama bercinta tak pernah sekalipun mereka berciuman. Mata keduanya memejam, terbuai hanyut dalam pagutan bibir yang saling beradu.
"huuh" Yusuf menghembuskan nafas setelah melakukan ciuman itu.
"lu jahat Suf, sumpah, lu jahat!" lirih Mario beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan Yusuf yang seperti orang linglung.
Yusuf menghempaskan tubuhnya di kursi, menadahkan wajah keatas dan meraupnya. Yusuf stres dengan perasaannya yang tidak menentu. Memikirkan ucapan Mario yang mengatakan dirinya jahat. Yusuf tidak mengerti, kenapa dirinya dianggap jahat. Bukankah Mario yang jahat karena membohonginya.
* * *
Yusuf pulang cepat, ingin menenangkan pikiran. Seharian Mario tidak kembali ke ruangan. Yusuf semakin bingung dengan perasaannya. Setibanya di dalam apartementnya, tak berselang lama Pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Dengan langkah gontai, Yusuf membuka pintu apartement. Mendapati seorang wanita cantik yang berdiri didepannya.
"mm...maaf Mas, saya mau minta maaf" ujar si wanita cantik.
"maaf kenapa?" tanya Yusuf kebingungan.
Wanita itu memberikan sesuatu yang Ia sembunyikan di belakangnya, "jadi, kemaren pacar saya nelpon, katanya dia nitip ke security buat ngasih nasi goreng buat saya, terus saya liat ada nasi goreng yang ngegantung di pintu mas, saya pikir security salah narok. Ternyata saya yang salah, yang punya saya belum dianter security, tapi punya Mas udah saya makan" Wanita itu menjelaskan dengan penuh penyesalan.
"tapi ini saya ganti kok, ini saya bikin buat Mas, sekalian saya balikin wadahnya, maaf ya sekali lagi"
Yusuf tersenyum simpul dan mengangguk, "santai, nggak apa-apa kok".
"makasih ya mas, maaf sekali lagi, saya permisi" wanita itu berbalik meninggalkan Yusuf, ternyata wanita itu tinggal di seberang kamarnya.
Yusuf diam mematung, sejenak Ia mengingat kejadian kemarin, itu artinya Mario tidak berbohong. Tapi masih ada satu hal yang mengganjal di hati Yusuf, masalah laki-laki yang menginap di kossan Mario.