webnovel

Semua Serba Tiba-tiba

Adika "Mata dan hati lembutnya membuatku bergetar untuk pertama kalinya" Elvasha "Ucapan pernikahan selalu berhasil ku hindari. Tapi bisakah aku mengindari pinanganmu?" Bagas "Aku cacat. Tanpamu aku buta

Beys · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
5 Chs

Getaran Pertama ala Elvasha

Nada dering lagu bigbang di handphone hari ini sangat menyebalkan, dimana seharusnya aku cuti ngantor lagi-lagi harus tergangu sama orang- orang kantor dan yang paling rese adalah...

"Oi El! Pak bagas nyariin lu. Dimana lu?"

Pak bagas dan orang yang neleponku ini, orang teratas paling menyebalkan.

"Astagaa.... guwe kan udah cuti. Udah di acc sama pak Bagas. Kenapa masih dicariin sih"

"Egak tahu lah. Pak bagas udah ngeluarin tanduknya pas dia minta guwe hubungi dirimu, katanya hp you egak aktif. Untung guwe masih simpen nomer zaman kuliah ini"

Beginilah cara cika berbicara denganku abruraldul.

"Nanti deh guwe telepon"

"Sekarang nong. Cepet telepon! Anak-anak and me disini udah ketakutan. Kalau egak, nomer ini guwe kasih pak bagas!" tanpa kata penutup cika langsung menutup teleponnya, kurang ajar nih anak. Egak di pelajari apa etika bertelepon dengan baik dan sopan.

Ku nyalakan handphone ku berlogo apel yang digigit. Handphone ini memang khusus untuk umum dan kantor. Dan handphone android yang di telepon cika untuk keluarga dan sahabat, tak kusangka cika termasuk sahabatku. Kucari nomer pak bagas dikontakku untuk ku telepon.

Belum ku ucapkan salam, pak bagas sudah memotongnya

"Kamu dimana sih! Dari kemarin aku telepon egak di angkat! Sudah ku beritahu cuti aku acc jika hpmu selalu nyala! Astaaaagaaa, sya. Kalau tahu gini egak bakalan aku kasih cuti!...." Sebenarnya masih banyak yang di omelin dan aku belum mengeluarkan satu katapun. Tanpa banyak pikir, ku taruh handphone. aku berjalan ke arah jendela membuka korden dan jendela. Angin dari luar langsung menabrak mukaku tanpa permisi. Ku hirup udara pagi ini eh... salah, setelah kulihat jam ternyata sudah jam 10.

" Sya! Sya! Kamu dengerin saya kan" dari suaranya ternyata marahnya belum reda.

"Dengerin ini loo" akhirnya aku bersuara

"Balik sekarang!"

"Lah cuti saya masih lama loo pak"

"Kamu tidak dengarkan saya tadi! Balik sekarang! Perlihat batang hidungmu hari ini juga. Apa kamu mau saya ajak nikah!"

"Siap, pak. Saya otw kantor" ucapku buru-buru

"Tak usah di kantor ke apartemenku saja" ucapnya mulai melembut.

"Oke" ku tutup teleponnya. Dan buru-buru aku mempersiapkan diri.

-----

"Mbah utiiiii.... aku balik dulu ya" ku peluk mbah utiku.

"Lah... katamu libur panjang"

"Maaf mbah, tiba-tiba ada urusan kantor yang mendadak. Nanti kalau libur aku kesini lagi. Apa mbah ikut aku?"

"Udah egak kuat aku. Kamu yang harus sering-sering nengokin embahmu ini." Ku peluk erat tubuhnya yang mulai kurus.

"El, pergi dulu. Assalamulaikum"

"Walaikumsalam, jangan ngebut-ngebut. Kalau capek berhenti. Kalau ngantuk berhenti. Kalau waktunya sholat berhenti"

"Iyaaaa, mbah... byeee"

-------

Kuhentikan mobilku di masjid depan kompleks perumahan rumah mbah uti. Sambil menunggu sholat jum'at selesai. Aku menunggu bawah tangga masjid sambil makan makanan ringan. Karna daritadi aku belum makan. Tiba-tiba kucing sekitar masjid mendekatiku. Ku berikan makanan kucing di tas yang ku bawa, karna aku memang suka menyediakan makanan kucing untuk ku berikan kepada kucing liar, seperti sekarang ini. "Makan yang banyak biar tumbuh sehat. Pelan-pelan ajah" sambilku elus-elus kepalanya. Tak kusadari aku bercerita tentang kekesalanku hari ini kepada mereka. Aku tahu mereka tidak akan mendengarkanku, tapi menurutku berbicara dengan kucing dapat menghilangkan sebagaian stresku. Saat sedang asik-asiknya berbicara, tiba- tiba saja...

"Permisi mbak, maaf.sendal saya mbak duduki" jantungku rasanya mau copot saking kagetnya. Segara ku berdiri dan mundur.

" maaf mas" ucapku. Ku tundukan kepalaku karna aku sangat malu, pasti dia menggapku orang gila yang berbicara sendiri. Tak sengaja aku melihat sandal yang aku duduki tadi, itu kaki manusia apa kaku raksasa panjang sekali batinku. Tiba-tiba pikiran musnah begitu saja suara beratnya memasuku gendang telingaku

"iya mbak, mari" tanpa ba bi bu, aku segara membalikan badan ke arah tempat wudhu perempuan.

-------

Meoong...meong...meeeoooooong artinya " aku butuh makan...makan..maaaaakan" sudah kuduga kucing-kucing ini belum cukup kenyang. Sambil memakai sepatu aku berkata pada mereka "makanku di tas habis. Dimobilku ada sisa makanan. Ikuti aku nanti aku kasih makan" seakan mengerti ucapanku, kucing-kucing itu mengikutiku. Saat aku mataku lihat kedepan, aku tertegun sebentar. Karna sosok laki-laki yang sendalnya aku duduki itu ternyata tinggi sekali, pasti jika aku disampingnya seperti kurcaci, karna aku termasuk wanita yang pendek.

"Permisi mas, mau buka pintu mobil" astaga nih orang bener-bener tinggi. Matanya dan mataku bertemu. salah tingkah, tentu saja! Cepat-cepat aku membuka pintu mobil dan mencari makan si kucing-kucing ini, tapi di belakang punggungku rasanya dingin-dingin merinding. Setelah menemukan makanan kucing, ku beri langsung makanannya.

Lagi-lagi mata ini egak sengaja melihat laki-laki itu tersenyum kecil ke arahku, sedikit kikuk ku beri senyuman singkat sebagai sopan santun lalu berlalu pergi. Didalam mobil aku sedikit melamun tentang kejadian singkat itu, entah mengapa di relung hatiku rasanya ada dingin, panas, bergetar-getar. Ada apa ini?