"Jadi kau sungguh-sungguh tidak bisa mendapatkan apapun?"
Adrian mengangkat bahunya, rasanya sedikit memalukan memang karena tidak punya informasi apapun yang bisa di banggakan pada Jessica. Namun rencana pengintaian itu diluar dugaannya, dia bahkan tidak punya cukup waktu mempersiapkan diri dan membawa peralatan mata-matanya. Tapi Adrian juga tidak dapat menyalahkan Jessica, seorang agen yang baik selalu siap setiap waktu.
"Sepertinya kau harus segera mengundurkan diri dari BIN, kau bahkan tidak bisa melacak wanita ini." Jessica mendesah kecewa setelah melihat foto-foto yang berhasil Adrian dapatkan untuknya. Tidak ada satu pun yang mengekspos wanita yang Hans simpan itu.
"Hans melarikan wanita itu ke negara F, aku hanya tidak melihat rencana mereka dan tidak berhasil medapatkan tiket untuk membuntuti wanita itu pada waktu yang tepat."
"Kalau begitu carikan aku daftar penumpang pesawat menuju Negara F, lihatlah apakah ada wanita dengan ciri-ciri yang sama. Jika perlu, lacaklah pengeluaran Hans, cari tahu atas nama siapakah tiket itu dipesan. Apapun itu , bawakan aku informasinya, Ad!" Jessica menuntut terlalu banyak kali ini.
"Aku ini orang lapangan bukan ilmuan komputer, informasi yang kau inginkan agak sedikit sulit untuk didapatkan." Itu bukan sekedar alasan, tapi kenyataan yang menyedihkan. Adrian memang agen BIN tapi bukan berarti dia bisa memenuhi semua permintaan Jessica dengan mudah.
"Aku tidak menyuruhmu mencarinya sendiri, pikiranlah sesuatu. Suruhlah seseorang, bukankan BIN punya sekumpulan orang yang biasa melakukan hal-hal seperti itu. Mintalah bantuan mereka."
"Tetap saja, tidak semudah yang kau katakan. Tugas kami adalah menjaga keamanan intelegensi negara dan hal yang kau minta padaku ini benar-benar diluar urusan negara, jadi aku tidak yakin apa aku bisa membantu."
"Kau benar-benar agen yang payah." Yah, kalau begitu Jessica sungguh tidak punya hal lain yang bisa dikatakan. Mungkin seharusnya dia menyewa detektif swasta yang lebih meyakinkan dibandingkan meminta bantuan agen BIN yang sedang bermain-main ini.
"Baiklah, berikan aku beberapa waktu." Adrian menyerah, tak tahan dengan penghinaan yang diterimanya itu. Pria itu akhirnya melahap kesempatan yang Jessica berikan. "Aku akan menghubungi salah satu temanku untuk meminta bantuan."
Adrian sebetulnya tidak ingin terlibat dengan misi remeh ini. Tunangan Hans tidak begitu penting baginya, dia tidak perlu tahu siapa sebenarnya wanita itu. Adrian punya sebuah misi sungguhan dari markas besar BIN yang harus segera dituntaskan, dan sialnya salah satu bagian dari misi itu adalah menjaga keamanan wanita arogan di depanya – Jessica.
Misinya adalah melindungi Jessica mengakap si penjahat. Dia harus segera menemukan bukti kejahatan dan menangkap si penjahat itu. Dua tahun lalu, dia mungkin gagal, tapi kali ini di harus menangkap orang itu. Hidup atau mati.
Sementara Jessica mungkin sudah tahu sang penjahat itu telah kembali, bahkan berani muncul didepan matanya. Tetapi Jessica tampak tidak terganggu karena perhatianya kali ini tersita oleh Hans dan tunangan misteriusnya itu.
"Kuharap kau bisa memberikan informasi secepatnya." Jessica berharap Adrian berhasil mendapatkan informasi yang dia butuhkan sebelum tiba waktunya Hans pergi dari sisinya atau semua informasi itu akan sia-sia.
***
Minggu terakhir di bulan Maret.
Senin pagi itu, Hans menjemput Jessica seperti biasanya. Jessica tidak berani mengangkat pembicaraan dengan Hans saat mereka sarapan bersama. Ada seorang pelayan dikamar atas yang mungkin tiba-tiba turun dan mendengar hal-hal yang tidak seharusnya.
Setelah Jessica masuk ke mobil Hans, barulah wanita berani membuka mulutnya karena yakin tidak ada siapa pun selain mereka berdua.
"Bagaimana dengan pertemuanmu pekan lalu?"
Hans memang tidak menoleh, tapi cukup terkejut karena Jessica menanyakannya. Tidak seperti wanita itu pada biasanya. Jessica biasanya tidak begitu peduli apa yang Hans lakukan di akhir pekan jika mereka tidak menghabiskannya bersama.
"Baik, semuanya berjalan lancar." Hans menjawab dengan riang seolah ada kabar baik yang siap untuk meledak. "Kurasa aku sedikit merindukannya sekarang, mungkin seharusnya kami tidak bertemu."
Cih, rindu?! Hans benar-benar menggunakan kata-kata itu? Dari semua kata-kata yang bisa dia gunakan, Jessica tidak pernah berpikiran Hans akan menggunakan kata rindu untuk diselipkan pada sesorang wanita selain dirinya atau ibunya Hans.
"Sepertinya kau benar-benar menyukai wanita itu." Jessica ingat Anna pernah mengatakan bahwa Hans sepertinya tidak punya ketertarikan dengan calon isterinya ini.
Hans tidak mengucapkan kata-kata ajaib lainnya, namun tingkahnya lebih ajaib daripada sebuah kata-kata rindu. Hans tersenyum manis, malu-malu, seperti seorang gadis kecil yang jatuh cinta dan memikirkan kekasihnya. Entah pikiran apa itu yang mampu membuat Hans mendadak jadi pria gila yang tersenyum sendiri.
Mungkin seharusnya Jessica tidak pernah menanyakannya. Sial.
Setelah percakapan singkat Jessica dan Hans pagi itu, mereka tidak berbicara lagi hingga siang tiba. Jessica tidak memanggil Hans sepanjang hari itu. Jika dia membutuhkan sesuatu, dia akan memanggil Jonatan sebagai alternatif pilihan yang tersedia.
"Aku membutuhkan agenda Jessica," Jonatan mengulurkan tangannya meminta pada Hans untuk agenda Jessica hari ini.
Entah sudah berapa kali Jonatan keluar masuk ruangan Jessica sejak pagi tadi. Terakhir kali dia masuk Jessica malah menanyakan tentang agenda yang sama sekali tidak dia tahu. Seharusnya Jessica memanggil Hans bukan Jonatan.
"Kenapa dia tidak menanyankanya langsung padaku?" Hans tampaknya tidak berniat memberikan agenda Jessica pada Jonatan meskipun tahu bahwa wanita itu yang memintanya.
"Jessica ingin aku mengambilnya darimu. Bisa kau berikan padaku segera, kau tahu dia tidak suka menunggu lama."
"Aku akan mengatarkannya pada Jessica." Hans bangkit berdiri membawa tablet berisi agenda itu ditangannya.
"Tidak, dia tidak perlu kau untuk mengatarnya langsung. Dia menyuruhku mengambilkannya darimu, jadi berikan saja agendanya padaku." Rasanya Jonatan ingin segera menarik benda pipih tersebut dari tangan Hans untuk mengakhir perdebatan tidak perlu seperti itu.
Jessica memang bertingkah agak aneh sejak pagi tadi. Dia memanggil Jonatan ditempat pertama dan menyebutkan tentang bonus dan bekerja dengan giat sehingga Jonatan tanpa pikir panjang mematuhi setiap permintaan atau perintah yang diberikan Jessica hari itu.
Ditengah perdebatan itu, seorang wanita muncul dengan beberapa map ditanganya. Wanita itu dari kantor asisten umum.
"Maaf, aku mengantarkan daftar undangan dan susunan acara launching dari Florence."
"Ah, ya terima kasih. Aku akan mengembalikannya segera setelah nona J memeriksanya." Jonatan mengambil alih berkas-berkas itu. "Oh, ya nona J juga meminta daftar busana haute couture keluaran terbaru musim ini, bisa kau bawakan sebelum makan siang?"
"Oh, aku akan segera membawakan datanya." Asisten wanita itu segera berbalik untuk mendapatkan apa yang Jonatan minta. Tentu semua itu untuk sang nona besar, Jessica.
Sekilas saja, Jonatan hampir lupa kalau dia harus mendapatkan agenda milik Jessica. Tanpa banyak berkelit lidah lagi, akhirnya Jonatan berhasil mendapatkan tablet agenda dari Hans dan membawa semua laporan masuk ke kantor Jessica.
***
Sesuatu mengganjal bagi Hans jadi dia memanggil Jimmy untuk mencari informasi tentang hal-hal yang Jessica minta melalui Jonatan.
"Jessica memajukan jadwal launching Florence?" Hans sampai pada suatu kesimpulan yang tak terduga untuknya, karena Jessica belum bicara apapun padanya tentang rencana launching Florence. Hans tahu acara itu rencanakan untuk diadakan bulan depan karena mereka baru saja selesai dengan iklannya.
Hans tidak menunggu jawaban pasti dari Jimmy dan langsung menerobos masuk ke dalam ruangan Jessica bahkan tanpa permisi.
"Kau memajukan jadwal launching Florence tanpa memberitahukannya padaku?" Hans datang dan mengeluh. Hans agak kesal karena mendengar keputusan acara lauching itu di majukan bukan dari Jessica. Seolah-olah itu adalah keputsan krusial yang membutuhkan ijin dari Hans.