webnovel

BUCIN AKUT

" Abang kenapa, sih? Kayak yang takut banget istrinya dilihat orang! Pake cadar aja sekalian kalo nggak boleh diliat!" ucapNurul asal.

" Bener juga, tuh! Umminya Anil boleh pergi, deh! Tapi harus pake cadar!" kata Harun.

" Apa?" teriak Nurul.

" Kakak apa'an, sihhhhh! Mana ada pake gitu-gituan? Dasar bucin!" ejek Nurul.

" Husshhhh! Mana ada perempuan teriak-teriak gitu! Kayak di hutan aja!" sahut Harun sebel.

" Kakak pikir Nurul monyrt!" kata

" Sudah! Sudah! Kamu pergi saja sendiri, Dek! Salamin aja ke Ustadzah Wardah kalo Zahirah berhalangan hadir karena di pingit Ustadz Harun!" sindir Zahra.

" Ummi! Apa nanti kata Ustadzah Wardah! Nanti dikira Harun bucin!" keluh Harun.

" Astaughfirullah! Abaaaa! Ummi nyerah, deh! Aba aja yang ngurusin!" ucap Zahra yang menepuk jidatnya karena ucapan putranya.

Setelah menyusui Anil tadi, Fatma membawa putranya itu ke kamar untuk mengganti pampersnya yang dirasa Fatma sedikit bau karena sudah penuh.

" Anak Ummi sudah ganti dan nggak bau lagi, sekarang mainan dulu, ya, Ummi mau siramin bunga dulu, biar tumbuh indah!" ucap Fatma sambil menatap putranya dengan senyum manisnya.

Anil hanya tersenyum pada umminya dan memegang-megang pipi Fatma.

" Mmma! Mmma!" ucap Anil.

" Iya, sayang! Nanti bobok sama Ummi, ya!" ucap Fatma yang melihat putranya itu menguap.

Fatma menatap ke ruang tengah keluarganya, dilihatnya semua mata tertuju padanya. Fatma yang heran langsung menatap suaminya seakan bertanya ada apa.

" Cucu nenek sudah cakep! Ayo, sini, sama nenek!" pinta Zahra.

Fatma membawa Anil pada mama mertuanya.

" Mmma! Mmma!" ucap Anil lagi.

" Zahirah mau siramin bunga dulu, Ummi!" ucap Fatma.

" Lho! Kan sudah ada Pak Jamal!" sahut Zahra.

" Pak Jamal Harun tarik ke kebun, Ummi!" kata Harun.

" Kenapa?" tanya Zahra terkejut, karena Jamal sudah lama ikut keluarganya.

" Biar Fatma ada kerjaan, Ummi! Nggak enak kalo nganggur di rumah!" ucap Fatma dengan tersenyum.

" Masya Allah! Jadi semua pegawai disini dialihkan karena Umminya Anil takut menganggur?" tanya Zahra menyindir putranya lagi.

Harun yang mendengar nada suara umminya sedikit cemberut, karena dia tahu jika Umminya menyindir dirinya karena tidak membiarkan Fatma kemana-mana.

" Nggak, dong, Ummi! Masak iya istri Harun jadi pembokat! Itu karena Umminya Anil yang mau, katanya daripada nggak ngapa-ngapin!" jawab Harun.

" Itu sama aja, abangggg! Kalo istri kamu kamu perbolehkan ke butik sesekali, atau kerja dari rumah, dia nggak akan tiap hari ngerjain pekerjaan PRT!" kata Zahra.

" Nggak apa-apa, Ummi! Zahirah ikhlas, kok! Abanya Anil nggak pernah memaksa melakukan ini semua!" tutur Fatma lembut.

" Astaughfirullah! Bener-bener menantu yang soleha! Selalu mengalah dan menurut apa kata suami, walaupun itu membuat kesel!" sindir Zahra yang merasa kasihan sekaligus menyayangi menantunya.

Harun hanya semakin cemberut mendengar sindiran umminya, dia tidak tahu kenapa dia bisa sebucin ini dengan istrinya, terlebih setelah kejadian semalam, dimana dia bermesraan dengan istrinya.

" Menantu idaman banget!" ucap Emir bahagia.

" Aba nggak berangkat?" tanya Fatma.

" Iya, ini mau berangkat, ada meeting penting jam 9 nanti!" jawab Harun dengan senyum manjanya.

" Aba sama ummi mau pergi ke rumah Nurul sambil bawa Anil, boleh?" tanya Zahra.

" Boleh Ummi! Zahirah siapin keperluan Anil dulu!" jawab Fatma tersenyum.

" Cepet berangkat! Katanya ada meeting!" kata Emir menegur putranya yang tertegun di tempatnya.

" Iya, Ba! Aba pergi dulu, Ummi!" kata Harun yang berdiri kemudian mendekati Fatma dan mengecup kening istrinya, dibalas Fatma dengan mencium punggung tangan suaminya.

" Assalamu'alaikum!" pamit Harun.

" Wa'alaikumsalam!" balas semuanya.

Fatma menyiram tanamannya setelah mobil yang membawa mertuanya pergi meninggalkan rumah. Sambil mendengarkan shalawat nabi yang diputarnya, dia bersenandung sambil menyiram tanaman.

" Aaaaaa!" teriak Fatma saat dia merasakan ada seseorang yang memeluk pinggangnya.

" Ini aba!" bisik Harun yang mempererat pelukannya di pinggang istrinya.

" Astaughfirullah! Aba bikin kaget ummi aja! Kok, balik? Apa ada yang tertinggal?" tanya Fatma yang meneruskan menyiram walau sedikit kesulitan karena pelukan suaminya.

" Iya! Aba harus mengambilnya dulu, karena sangat penting!" ucap Harun mengecup leher istrinya, karena tanpa Fatma ketahui, Harun telah menyingkap khimarnya.

Fatma berusaha sekuat tenaga menahan desahan yang sudah diujung bibirnya akibat ulah nakal suaminya.

" Ummi wangi banget!" ucap Harun.

" Bukannya...aba ada...meet...ting penting?" ucap Fatma terbata, tubuhnya meremang karena sentuhan demi sentuhan suaminya di balik pakaiannya.

" Aba batalin! Aba maunya meeting sama Ummi!" ucap Harun yang dibarengi melemparkan selang air dan mengangkat tubuh Fatma.

" Auchhhhh!" teriak Fatma terkejut.

Secepat kilat Fatma mengalungkan kedua tangannya ke leher Harun.

" Bukannya me....meetingnya sangat penting?" tanya Fatma tanpa berani menatap suaminya karena wajahnya yang sudah merona merah.

" Ini lebih penting dari segalanya!" goda Harun sambil mengecup pipi istrinya yang sudah memerah.

" Ap...apa semalam dan tadi...masih..."

" Kurang! Kalo bisa semingguan ini Aba kurung Ummi di kamar!" bisik Harun

" Apa?" teriak Fatma kaget mendengar bisikn suaminya.

" Berdosa lho, teriak-teriak pada suami!" goda Harun lagi.

" Astaughfirullah! Ummi bukan bermaksud berteriak pada Aba! Maafkan Ummi, tapi..."

" Aba hanya bercanda! Aba seneng liat Ummi malu-malu seperti itu!" kata Harun kembali mengecup kening Fatma.

Astaughfirullah! Punya suami kedua lebih bucin lagi! Fatma hanya bisa berbicara dalam hatinya.

" Kok, geleng-geleng? Hayo, ngomongin Aba, ya?" kata Harun mengerutkan keningnya.

" Ah, nggak! Cuma sedikit pegel aja leher Ummi!" jawab Fatma berbohong.

Astaughfirullah! Ampuni hamba yang sudah berbohong pada suami hamba, Ya, Allah! batin Fatma takut. Akhirnya Harun benar-benar membuktikan ucapannya mengurung Fatma, tapi hanya sehari saja, karena Emir dan Zahra datang malam harinya.

" Kenapa wajah kamu cemberut gitu?" tanya Emir pada putranya.

Semua yang sedang bersiap-siap untuk sarapan melihat ke arah Harun.

" Apa belum selesai drama kemarin?" sindir Umminya.

" Apa ada sesuatu yang terjadi, Nak Zahirah?" tanya Emir.

" Nggak ada apa-apa, Ba!" jawab Fatma.

" Mmmma-mmma-mmaaaa!" ucap Anil yang duduk di kursinya dengan sedikit rewel.

" Anil kenapa?" tanya Zahra.

" Mungkin haus, Zah!" ucap Zahra.

" Sudah minum semalaman, Ummi!" ucap Fatma.

" Sepertinya dia mengantuk, dari tadi mengucek matanya dan menguap terus.

" Memang semalaman dia nggak tidur, dia malah ngajak mainan!" ucap Fatma tersenyum.

" Ooooo...semalaman Anil nggak tidurrrrr!" ucap Zahra dan Emir bersamaan.

Fatma langsung melihat kedua mertuanya saat mereka berbicara seperti paduan suara.

" Pantesan!" ucap Emir menggoda putranya.

" Anil semalam sudah dikasih jatah enen sama Ummi nggak?" tanya Zahra bermaksud menyindir putranya.

Harun yang mendengarnya langsung membulatkan matanya menatap dada istrinya.

" Sudah, nek! Anil sangat kenyang semalam!" sahut Fatma menirukan suara anak kecil.

" Anil kenyang, Aba yang peyang!" gerutu Harun pelan.

" Ehmmm! Ummi! Aba sepertinya sakit kepala, nih!" ucap Emir pura-pura sambil memijit kepalanya.

" Ya Allah, Aba! Nanti Ummi kasih obat, ya!" balas Zahra.

" Dikotak P3K sepertinya ada obat sakit kepala, Ummi!" ucap Fatma dengan wajah khawatir.

" Sindir terussssss!" gerutu Harun.

" Aba! Kok, gitu bicaranya? Itu Aba lagi sakit kepala, tolong Anil digendong dulu, Ummi mau ambil obat!" kata Fatma lugu.

" Aduh, punya istri gini juga!" keluh Harun.