webnovel

02 TDG

Fatma sudah diperbolehkan pulang setelah 2 hari menginap di rumah sakit, karena menurut dokter dia sudah dalam keadaan baik. Zab benar-benar mempersiapkan semua keperluan Zib untuk menikah. Harun dan Fatma hanya diminta untuk bersiap melamar saja tanpa harus memikirkan apa-apa.

" Assalamu'alaikum!"

" Wa'alaikumsalam!"

" Apa Boss besok bisa datang ke Singapore?"

" Apa ada masalah?"

" Iya, Boss!"

" Ada apa?"

" Nona Yasmin menarik semua investasinya!"

" Apa? Apa...baik, saya akan datang besok!"

" Baik, Boss!"

" Astaughfirullah! Apa yang kamu lakukan Zha? Kenapa kamu..." ucap Zab ambigu.

" Apa ada masalah?" tanya Fatma yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya.

Fatma duduk di dekat Zab yang sedang melamun di ruang kerja Harun. Mereka duduk di sofa panjang.

" Sedikit saja, Ummi! Besok Zab harus terbang ke Singapore!" kata Zab.

" Apa serius?" tanya Fatma lagi.

" Tidak Ada, Ummi! Zab minta ummi jangan banyak berfikir, harus banyak bersantai dan melakukan apa yang Ummi mau!" jawab Zab.

" Apa urusan Zib sudah selesai semua?" tanya Fatma.

" Alhamdulillah, sudah, Ummi!" jawab Zab.

" Kak!" sapa Zib.

" Masya Allah, Zib! Apa tidak bisa mengucap salam dulu?" tanya Fatma menatap putra ketiganya itu.

" Maaf, Ummi! Zib mau nanya Kak Zab tentang Yasmin!" ucap Zib yang duduk di depan mereka berdua.

" Ada apa dengan calon istrimu?" tanya Zab dengan bibir bergetar saat mengucap status Yasmin.

" Dia tidak mengangkat telponku, Kak! Pesanku juga tidak dibalasnya!" kata Zib dengan wajah murung.

" Mungkin dia sedang sibuk, Zib! Kamu tahu sendiri jika dia harus bekerja!" kata Zab menenangkan adiknya.

" Zib nggak mau Yasmin bekerja kalo sudah nikah nanti! Zib maunya dia seperti Ummi, yang nurut sama Aba!" tutur Zib tegas.

" Itu terserah kalian berdua!" jawab Zab lagi.

" Kakak harus bicara juga sama dia. Kan kakak lebih mengenal Yasmin dan kalian berteman baik juga!" kata Zib memohon.

" Ins Yaa Allah! Nanti kakak akan mencoba untuk bicara sama dia!" jawab Zab.

" Zib pergi dulu, Ummi! Ada teman yang baru datang ngajak ketemuan!" kata Zib.

" Iya, jaga diri baik-baik!" jawab Fatma.

" Assalamu'alaikum!" pamit Zib sambil mencium tangan Fatma.

Zib pergi meninggalkan ruang kerja Harun dan Zab hanya bisa menghela nafasnya.

" Ummi memang tidak mau keluarga kita terpecah, terlebih karena seorang perempuan. Tapi Ummi juga tidak mau jika anak-anak Ummi merasakan sakit karena saudaranya sendiri!" ucap Fatma dengan mengusap kepala putra sulungnya.

" Maafkan Zab, Ummi!" ucap Zab lirih.

Pesawat Zab tiba di bandara Changi jam 9 pagi waktu singapore. Adrian Magenta, asisten pribadinya sudah menunggunya di lobby bandara seperti biasanya.

" Assalamu'alaikum, Boss!" sapa Ian, panggilan Adrian.

" Wa'alaikumsalam, Yan!" jawab Zab.

Mereka berdua berjalan menuju sebuah mobil yang sudah siap untuk menjemput Zab.

" Jalan, Pak Chen!" ucap Ian.

" Baik, Pak!" jawab Chen.

" Kita langsung ke kantor Yazha!" kata Zab.

" Baik, Boss! Pak Chen dengar?" tanya Ian.

" Dengar, Pak!" jawab Chen.

Mobil meluncur ke jalan raya dengan perlahan dan bertambah seiring kelengangan jalan. Mereka tiba di sebuah bangunan megah setelah 30 menit menempuh perjalanan.

" Selamat Pagi, Tuan Zabran!" sapa security yang berjaga di depan pintu lobby, saat melihat Zab keluar dari mobilnya.

" Pagi!" jawab Zab.

" Apa Tuan ingin bertemu sama Nona Yasmin!" tanya security itu.

" Iya!" jawab Zab.

" Maaf, Tuan! Nona Yasmin tadi bilang jika beliau tidak masuk kerja hari ini!" kata security itu.

" Tidak masuk? Apa terjadi sesuatu?" tanya Zab khawatir, karena tidak biasanya dia absen dalam bekerja.

" Katanya Nona sedang sakit!" kata security itu.

" Apa? Sakit? Kita ke apartement Yasmin, Yan!" ucap Zab panik.

Dia sangat mengkhawatirkan keadaan Yasmin, yang memang akhir-akhir ini dia dengar kurang sehat. Kamu kenapa, Sayang? Kenapa tidak menelponku? batin Zab. Zab sudah berada di depan unit apartement milik Yasmin. Zab langsung menekan kode masuk ke unit tersebut, karena dia sudah sangat hafal.

" Assalamu'alaikum, Zhaaa!" panggil Zab saat pintu terbuka.

Zab berjalan masuk ke dalam apartement dan melihat ke sekeliling. Tidak ada Yasmin dimana-mana, dia kemudian agak berlari menaiki tangga ke lantai 2 dan langsung mengetuk pintu sebuah kamar.

Tok! Tok! Tok!

" Zhaaa! Are you inside?" tanya Zab dengan nada khawatir.

Tok! Tok! Tok!

" Zhaaaa!" kembali Zab mengetuk pintu kamar Yasmin.

Zab mendorong pintu yang ternyata tidak terkunci itu. Tanpa ragu dia masuk dan melihat kamar itu kosong.

" Zhaaa!" panggil Zab lagi.

Tiba-tiba terlihat seorang gadis dengan hanya menggunakan handuk keluar dari kamar mandi. Deg! Jantung Zab terasa ingin meloncat melihat pemandangan itu. Astaughfirullahaladzim! batin Zab, kemudian dia memutar tubuhnya.

" What are you doing?" tanya gadis itu tanpa malu karena hanya memakai handuk.

" Put on your cloth!" ucap Zab.

Niat hati ingin meninggalkan kamar itu, tapi posisinya berada sedikit jauh dari pintu.

" Why should i do that?" tanya gadis itu.

" Kalo kamu tidak melakukannya, saya akan keluar!" ucap Zab.

" I hate you...so much! You hear me! I wish....i never met you in my life!" kata gadis itu dengan airmata yang luruh di kedua pipinya.

" Sorry!" kata Zab.

" Don't be! I swear i'll make you regret for doing this to me!" kata gadis itu.

" Saya akan membuat hidupnya seperti di neraka!" kata gadis itu lagi.

" Apa maksud kamu? Jangan mencoba menyakiti adik saya! Atau saya kan membuat perhitungan sama kamu!" balas Zab yang tidak suka dengan ucapan gadis itu.

Dia menatap tajam pada gadis itu.

" Wow, what a nice brother!" ucap gadis itu sambil bertepuk tangan pelan.

" What will you done if i do that? Kill me? Go ahead! Saya hanyalah sepotong mayat!" kata gadis itu.

" Saya peringatkan kamu, Zha! Jangan pernah menyakiti dia! Saya tidak akan lagi melihat siapa keluargamu!" ancam Zab dengan wajah menggelap.

" Hahaha! Saya benar-benar bodoh bisa memiliki perasaan ini! Kamu tidak pernah memliki perasaan yang sama dengan saya!" ucap gadis itu dengan hati hancur.

" Hari minggu saya akan datang bersama kedua orang tua saya untuk melamar kamu dan kedua orang tuamu sudah setuju untuk menerima keluarga saya!" ucap Zab.

" Persetan dengan semua itu!" sahut Yasmin marah.

" Kamu tahu apa yang bisa saya lakukan jika kamu menolaknya!" kata Zab menahan amarah.

" Pergi! Saya tidak mau melihatmu lagi seumur hidup saya!" ucap Yasmin.

" Jangan abaikan pesan dari adik saya!" kata Zab lagi.

" Pergiiii!" teriak Yasmin kemudian berlari masuk ke dalam kamar mandi.

Zab melangkah gontai meninggalkan apartement Yasmin, hatinya terasa hancur setelah semua yang diucapkannya tadi. Maaf! batin Zab mencoba untuk tegar.

Setelah kejadian itu, keesokan harinya perusahaan Yasmin membatalkan penarikan investasinya dari perusahaan Zab. Zab senang karena Yasmin menuruti semua ucapannya, tapi dia juga sedih karena sebentar lagi mereka akan berpisah.