Nalesha bertepuk tangan paling keras sendiri begitu Dhaiva selesai memainkan satu lagi di aula pentas sekolahnya. Tingkah anehnya itu mencuri perhatian orang-orang yang hadir di ruangan besar itu. Tidak terlalu ramai sih, tapi tetap saja, Dhaiva jadi malu sendiri. Maka segera setelah turun panggung, hampir saja Dhaiva memukulnya dengan biola, kalau tidak sayang alat musik.
"Ih? Kok dicubit?" protes Nalesha, berbisik dramatis.
Dhaiva memutar matanya malas, lalu Nalesha menariknya duduk di kursi sebelahnya, "Minum nih, tadi Saya beliin diluar," ujarnya, memberikan sekaleng jus buah jambu murni. Hm, itu kesukaan Dhaiva, "Makasih, Beb ..."
"Hah? P-pardon?" Nalesha sepertinya salah dengar, namun sayang tidak ada siaran ulang baginya, "Pasti Kamu diliatin sama cewe-cewe hitz diluar tadi ya?" tanya Dhaiva mengalihkan isu.
Nalesha tersenyum miring, "Saya gak sepopuler itu, please?"
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com