webnovel

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
268 Chs

Dispensasi Rapat Akhir Pekan

Jam delapan pagi, Iqbaal belum beranjak turun dari tempat tidurnya. Bed cover tebal warna hitam itu masih menyelimutinya yang kedinginan, meskipun udara pagi ini cukup hangat, pun matahari bersinar cerah di luar. Bukan tanpa alasan dan sekedar bermalas-malasan, Iqbaal sedang tidak enak badan. Kepalanya sakit dan berat, tulang-tulangnya ngilu, dan sekujur tubuhnya dingin.

Iqbaal demam, dan prediksinya akibat terlalu banyak begadang dan kurang istirahat. Pagi usai shalat Subuh tadi Ia sudah meminum lima ratus miligram paracetamol, namun efeknya belum terlalu dirasakan.

Ponselnya di nakas berdering, dan Iqbaal hafal benar kalau itu bukanlah alarm. Seseorang memanggilnya sepagi ini.

"Siapa ya ..." tangan Iqbaal merangsek keluar selimut, meraba-raba nakas samping tempat tidur dengan mata yang ikutan pusing.

Silva Oktarina is calling ...

Capítulo Bloqueado

Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com