"Maaf, Fauzan. Kami memutuskan untuk berpisah."
Perkataan Argan tadi siang masih saja menempel di otaknya tak bisa dilepaskan. Hancur? Tentu saja. Tapi, tidak berpisah pun sudah seperti tak bersama. Jadi, apa bedanya?
Malam ini, di dalam kamar gelap dari cahaya lampu dan hanya di temani oleh cahaya bulan dan bintang yang masuk lewat jendela yang belum ia tutup. Fauzan duduk sendirian meringkuk di kursi gamersnya.
Dia adalah pencinta game, tapi lebih sering bermain ps bersama teman-temannya dibandingkan bermain sendiri. Padahal semua peralatannya sudah lengkap ia miliki.
Daripada pikirannya kacau dan malah niat buruk merangsang otaknya, lebih baik dirinya live, begitulah yang ada dalam pikiran Fauzan sekarang. Setidaknya ada pengikutnya yang mungkin masih belum tidur yang bisa menemani dirinya malam ini. Tak peduli apakah hujatan atau pujian yang akan ia dapatkan malam ini.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com