webnovel

savior of lov

Alaska gadis pendiam yang dikira bisu di sekolah nya. menjadi sasaran bullying sudah ia lakoni sejak lama, tanpa ada pembelaan sama sekali. ketiga pemuda yang seolah-olah adalah hero untuk nya datang berangsur angsur untuk menyelamatkan kehidupan sekolah nya yang jauh dari kata baik. mereka adalah Gara, fagan, dan El niat nya hanya membantu karena tidak tega. tapi, semakin lama semakin menjadi. mereka jatuh cinta pada Alaska who the winner? winner of the heart break? ~ Alaska with the prince ~

Matapenaku · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
18 Chs

putus!

Detektif Arjuna terlihat sibuk mencari data Kayla di ruangan kepala sekolah. Ia harus mendapatkan nya sebelum ada yang melihat. Sebenarnya ia sudah membicarakan niatnya kepada kepala sekolah terlebih dahulu akan tetapi ia disuruh menunggu di ruangannya saja. Karena malas menunggu ia pun berinisiatif melakukan nya segera. 

Meski di caripun ia tidak tahu menahu tentang ruangan itu. Sangat sulit untuk menemukan secarik info sedikit pun.

"Hufft" 

Arjuna menghempaskan tubuhnya pada sofa. Menatap langit langit ruangan dan melamun di sana.

"Permisi" 

Seorang kepala sekolah akhir nya datang. Ia duduk di kursi kebanggaan nya setelah berjabat tangan dengan Arjuna.

"Pak detektif arjuna andriwinata?" Sapa pak kepala sekolah menyebut identitas Arjuna. 

"Iya benar pak" Arjuna kembali duduk ketika di persilahkan oleh pak kepala sekolah yang bernama pak Tommy itu.

"Kalau begitu langsung pada intinya saja ya pak. Bagaimana kelanjutan penyelidikan tentang kasus bunuh diri itu pak?" Pak Tommy bertanya.

"Sebenarnya saya sudah mulai menemukan titik terang dalam kasus ini. Saya hanya membutuhkan sedikit bantuan bapak" 

"Bantuan seperti apa itu pak? Saya akan coba bantu" 

"Saya membutuhkan data data siswi MIPA 3 saja pak. Apa ada pada bapak?" 

Pak Tommy terdiam sejenak. Alis nya terangkat sebelah tanda ia merasakan kepelikan. 

"Ah kenapa cuma MIPA 3 saja pak? Apa bapak mencurigai siswi yang ada di sana pak?"

"Ehmmm begini pak. Saya ingin mulai dari kelas yang itu saja dulu. Nanti kalau saya butuhkan saya kan bisa langsung minta pada bapak" 

"Jangan lupa konsultasi pada saya kalau ada perkembangan nya ya pak. Saya percaya pada bapak! Semoga tidak salah mengambil keputusan dan memutuskan pelakunya, saya hanya tidak ingin siswa siswi dari sekolah ini lagi lagi terkena dampaknya!" 

"Hmmph, baiklah" Arjuna tersenyum miring. Ia begitu yakin dengan raut wajah pak Tommy yang terlihat tegang dan takut. 

"Kalau begitu, ini dokumen yang pak Arjuna butuhkan! Nanti bisa langsung beri tahu saya kalau butuh apa apa ya pak" 

Arjuna mengangguk sekali lagi menjabat tangan keriput pak Tommy. Pak Tommy segera keluar ruangan bersama dengan Arjuna. 

"Kayla, ya?" Gumam Arjuna menatap intens benda merah yang tebal yang ada di tangannya itu.

Arjuna keluar dari kantor guru hendak mencari Alaska. Sayangnya ia kesulitan menemukan anak itu di sekolah yang luas ini.

"Kak?" 

Arjuna di kejutkan dengan munculnya Meera di depannya. 

"Sedang apa disini?" 

"Pertanyaan yang seharusnya tidak usah di jawab" 

"Apa si kak?" 

"Kamu sedang apa berdiri disini, masuk sana ke kelas dan belajar!" Arjuna malas bertemu Meera di sana. Ia hanya mencari Alaska untuk saat ini.

"Yasudah, cuma bertanya saja! Wlee!" Meera menjulur lidahnya sebelum pergi dari sana. Cewek itu sedang kesal karena sikap El yang kurang baik terhadap nya. Tapi mau bagaimana lagi itulah resiko pacaran tanpa adanya cinta.

"Kak?" 

Kini yang memanggilnya adalah Alaska. Entah dari mana datangnya, Alaska juga tidak sendirian.

"Alaska, aku mencari kamu dari tadi" 

"Memangnya ada apa kak?" 

Galang mengerutkan kening di samping Alaska. Tampaknya Alaska dan sang detektif sudah saling kenal menurut nya.

"Kamu bisa kan mulai sekarang bantu kakak cari pelakunya?" Tanya Arjuna.

"Hey mana bisa begitu?, Alaska masih harus ikut pelajaran sekolah! Jangan bawa bawa Alaska dalam hal begituan!" Galang langsung menengahi pembicaraan tersebut. Ia tampak tidak suka ketika Arjuna ingin membawa Alaska pergi.

"Iya kak, apa bisa sepulang sekolah saja?" Alaska meminta pendapat Arjuna.

"Baiklah, nanti pulang sekolah aku jemput" Arjuna berlalu dari sana setelah mengusap lembut rambut Alaska. Galang heran dengan perlakuan khusus tersebut.

"Ada hubungan apa kamu sama detektif cabul itu?" 

"Mulutmu!" 

"Ada hubungan apa??"

"Sebegitu penasaran nya kamu?"

"Jangan balik nanya, jawab aja"

"Dia kakakku! Puas"

"Kakak?" 

"Iya!" 

Galang berpikir keras. Bukannya Meera yang menjadi adik dari detektif Arjuna? Ah sudahlah ngapain di pikirkan si.

"Galang, ayo kembali ke kelas!" 

"Hm" 

Keduanya kembali ke kelas masing masing untuk mengikuti pelajaran yang tersisa. Sampai pulang tiba, Galang terus mengekor kemana pun Alaska pergi.

"Lang, kamu nggak pulang?"

"Ini mau pulang" 

"Ko masih berdiri di sini?"

"Aku tunggu kamu"

"Nggak usah, aku di jemput kak Arjuna!"

Galang menghela nafas panjang. Memperbaiki tas ransel nya yang hampir jatuh.

"Nanti malam kita manggung, jangan sampai nggak datang! Kalau sampai itu terjadi, ku hantam kakak mu itu!" Ucap Galang dengan nada yang seakan meninggi.

Alaska cuma bisa geleng geleng kepala mendengar ucapan Galang. Ia tidak ambil hati malahan lucu juga lihat Galang jadi kesal padahal selama ini Galang yang selalu buat orang jadi kesal.

"Hati hati ya pulangnya!"

"Hmm" 

Galang tersenyum saat menuju parkiran. Ia mendapatkan ucapan hati hati dari Alaska. Rasanya ingin terjun bebas tiap kali melihat senyuman Alaska yang menyejukkan hati. Tidak sia sia usaha nya menaruhkan rasa malu demi bisa dekat dengan Alaska. Baru kali ini Galang merasakan sedekat itu dengan cewek. Huh. Rasanya seperti akan menjadi iron man.

"Kesambet setan apa?" 

El menegurnya yang terlihat senyum senyum sendiri. El baru berani menegur Galang ketika sedang tidak ada Alaska. 

"Yee elu setannya!" 

El bersiap memakai helm sebelum itu ia kembali mengingatkan Galang bahwa nanti malam ada manggung.

"Iya tahu, bawel! Lagian kan aku serumah denganmu!" 

"Mau sampai kapan kamu tinggal di rumahku ha?"

"Sampai selama lamanya! Sampai bunda seutuhnya jadi milikku, bwahahahah!"

Buk!

"Benar benar kesambet setan!" 

El memakai helmnya setelah tadi memukul Galang dengan helm itu. Rasanya puas sekali setelah memukul Galang. Rasa kesalnya selama ini ia tahan akhirnya terluapkan juga.

"Dih, tantrum ni anak" Galang bergumam mengelus lengannya yang tak sakit.

***

Arjuna menjemput Alaska dengan mobilnya. Ia tidak menunggu Meera juga sebab Meera akan di jemput oleh papah nya.

"Kak, bagaimana kita tahu Kayla ada di mana?"

Arjuna meliriknya sekilas lalu fokus menyetir.

"Sebelum nya aku sudah menyuruh tim untuk pergi ke alamat Kayla itu. Mereka tidak menemukan satu orng pun disana bahkan orang orang yang ada di sekitar bilang bahwa mereka sudah pindah 2 Minggu yang lalu" 

"Benarkah? Apa ada yang mengatakan mereka pindah kemana?" 

"Mereka juga tidak tahu apa apa. Aku dan tim bahkan kerumah teman temannya. Ada satu yang bernama Sisy dan satu lagi yang bernama Dira. Mereka sudah di amankan di kepolisian dan sekarang ini pasti mereka sedang di interogasi lebih lanjut"

"Jadi, Sisy dan Dira sedang ada di kantor polisi? Pantas saja mereka absen di sekolah"

"Ya, dua bocah itu ketakutan tapi tetap tidak mau memberitahu kemana perginya si Kayla itu"

Arjuna terlihat selalu menarik nafas panjang. Pasti ia sudah sangat lelah dengan kasus ini. Tidak ada celah sama sekali. 

Alaska teringat kembali peristiwa itu. Ia juga ingat persis sikap Kayla padanya untuk terakhir kali. Sudah pantas dia menjadi pembunuh. 

Ia juga ingat dengan fagan. Cowok berandalan yang mengajarkan kejahatan secara tidak langsung pada adiknya sendiri.

Ia juga ingat pada Gaara. Cowok yang selalu sabar menghadapi nya. Semua terasa sangat singkat. Mengapa dia pernah bertemu dengan orang orang seperti itu. Apa jangan jangan jika kedua orang itu tidak ada, maka perundungan yang ia dapatkan akan terus berlanjut sampai sekarang ini?

Apakah mereka SAVIOR yang di kirim tuhan padanya?. Fagan tidak mungkin seorang SAVIOR karena dialah yang membawa pergi Kayla dari kejaran polisi. Apa Gaara?

"Apa yang kau pikirkan, Al?"

"Hm tidak ada"

"Oh aku benar benar masih tidak menyangka bisa bertemu denganmu dan Rheya" 

"Hahaha kau sudah bertemu Rheya? Bagaimana kesannya?"

"Sangat sangat berbeda! Aku juga kaget dengan perubahan kalian semua"

"Aku juga kaget melihat mu muncul lagi kak, sungguh luar biasa!" 

______

"Sayang, dengarkan Aku!" Meera menahan El untuk pergi. Cowok itu tampak sudah sangat bosan dengan nya.

"Mengapa kamu secuek itu padaku? Dulu tidak terlalu begitu kan!"

El menatapnya lekat. Cewek cantik di depannya itu bahkan akan menangis sebentar lagi.

"Kau bolos kelas hanya untuk bilang begini?" El berujar jutek.

"Lihatlah perjuangan ku untuk menemui kamu, El! Kenapa kamu nggak seberani aku?"

"Buang buang waktu saja"

Meera terkejut mendengar kata kata menusuk hati dari El.

"Apa kamu bilang?? Buang buang waktu? Iya kamu benar, aku membuang waktuku untuk bicara sama kamu!" 

"Terus kamu mau salahkan aku?"

"El, lihat aku dong! Kok kamu cuek banget sih kamu udah nggak ada rasa ya sama aku?"

"Aku memang nggak ada rasa sama kamu! Dari dulu sampai sekarang!" 

"Tega ya kamu bilang begitu sama aku! Aku ini pacarmu" 

"Mulai sekarang sudah nggak lagi. Meera kita putus! Kamu bukan orang yang aku suka!" 

"Nggak! Kita nggak putus!" Pekik Meera tak terima dengan keputusan El yang terlalu cepat.

"Meera, jadi manusia jangan egois! Pernahkah kamu pikir selama ini aku cinta sama kamu? Aku nggak seperti itu" 

Meera mulai menangis.

"Kamu terlalu banyak sandiwara Meera! Semua ini ada dibawah kendali kamu kan?dulu kamu sengaja menjebak loli agar bisa berpacaran denganku kan?" 

Meera terhenyak. Rahasianya perlahan di ketahui oleh El.

"Pantas saja loli membencimu! Pantas saja loli memilih berteman dengan Alaska dari pada kamu! Pantas saja loli selalu memintaku putus dari kamu!" 

Meera benar benar marah mendengar El berkata demikian. Jadi loli lah yang menjadi dalang dibalik putus nya mereka. Kurang ajar

"Bicara apa kamu sayang? Aku nggak ada skenario apapun!" 

"Meera kita putus, jangan pernah dekati aku lagi"

"El! Sayang! Nggak gini dong caranya! El!"

El pergi. Ia muak dengan Meera. Seharusnya selama ini ia tidak pernah memaksakan diri untuk menjadi pacarnya Meera. Meera terlalu jahat untuk loli. Akhirnya ia tahu penyebab loli yang hampir di perkoss oleh preman jalanan itu karena atas perintah dari Meera sendiri dan berskenario kalau Meera adalah pahlawan.

"Hmmph basi!"