webnovel

Bab 10: Taring Tumpul

"A-Apa itu?" (Kibaou)

Kibaou mundur kembali. Berbeda dengan Amakusa yang bertubuh kecil dan berhasil mendominasi dia hanya karena kata-kata, ketika dia melihat badan besar dan gelap milik Egil, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak takut.

Di sisi lain, pria bernama Egil itu masih tak bergeming. Dia lalu berbicara.

"Tadi kau mengatakan para beta tester itu meninggalkan kita dan menggunakan informasi yang mereka miliki untuk keuntungan mereka sendiri. Apa aku salah?" (Egil)

"B-Benar." (Kibaou)

Kibaou merasakan firasat buruk.

Dan firasatnya itu benar. Egil kemudian mengeluarkan sebuah buku kecil dari inventarisnya dan menunjukkan itu padanya.

"Kau seharusnya memiliki ini juga, bukan? Ini adalah buku yang berisi hal-hal yang ditulis para beta tester. Di buku ini, kau bisa menemukan banyak informasi mengenai monster, tempat berburu, dan quest mudah lain. Apalagi buku ini dijual di toko barang, dan semua player bisa mendapatkannya." (Egil)

Egil melanjutkan.

"Setelah melihat ini, apa kau masih bisa mengatakan bahwa para beta tester hanyalah orang egois yang tidak peduli dengan kita?" (Egil)

Good job, Egil!

Amakusa ingin sekali meneriakkan kata itu ketika melihat pria botak itu membantu di sisinya.

Dia tentu saja memiliki buku yang dipegang Egil itu juga karena dia walaupun dia memiliki informasi anime, itu tidak detail dan keberadaan buku itu sangat dibutuhkan baginya.

Jadi, dia bisa saja mengeluarkan buku itu seperti yang Egil lakukan untuk membantah perkataan Kibaou tadi, tetapi dia senang karena menahannya.

Akibatnya, dia mendapat satu orang untuk berdiri di pihaknya seperti ini.

Melihat Kibaou yang sudah tidak bisa berkata-kata, Amakusa memanfaatkan kesempatan ini untuk berbicara kepada player.

"Nah, seperti yang kalian semua lihat saat ini! Meskipun beta tester sudah membantu kita dengan buku itu, dua ribu player, masih saja tetap meninggal. Dengan ini, apa kalian masih ingin bilang bahwa kematian mereka adalah kesalahan beta tester yang meninggalkan mereka?" (Amakusa)

Amakusa melanjutkan.

"Menurutku kita harus belajar dari masalah ini dan terus maju. Jangan menyalahkan orang lain hanya karena kau tidak punya tempat untuk melampiaskan kekesalan. Dengan itu, sekian dariku!" (Amakusa)

Para player mulai tenang, dan menerima kata-kata Amakusa.

Wajah Kibaou memerah dengan marah. Dia tahu dia sudah tidak bisa menang lagi di sini dan pergi untuk duduk di bangku penonton dengan perasaan kesal.

Amakusa mengedipkan matanya kepada Egil untuk berterima kasih, yang hanya dibalas dengan wajah tanpa ekspresi oleh pria berkepala botak itu.

Amakusa lalu beralih ke Diavel, yang sampai saat ini tidak mengucapkan satu patah kata pun sejak perdebatan dimulai.

"Maaf untuk karena telah menganggu pertemuan ini, Diavel-san." (Amakusa)

"Tidak perlu mengatakan itu. Ini mungkin juga hal yang bagus karena bisa mengeluarkan unek-unek daripada menahannya sebelum pertarungan yang sebenarnya terjadi." (Diavel)

Diavel, bagaimanapun bersikap seperti pria baik dan sama sekali tidak mempermasalahkan kekacauan ini.

Amakusa tersenyum mendengar itu. Dia lalu menaiki tangga dan kembali di samping Kirito serta Asuna.

Namun, saat dia ingin duduk, dia mendengar Kirito yang ada di sampingnya berbicara dengan suara pelan.

"Terima kasih, Astolfo-san." (Kirito)

"Apa? Jangan pikirkan itu. Aku maju hanya karena aku ingin melindungi nama baikku sendiri. Walau aku tak berpengalaman, aku juga masihlah seorang beta tester, ingat kan?" (Amakusa)

"Tetap saja ..." (Kirito)

Kirito merasa Amakusa melakukan itu untuk membela dirinya.

Amakusa kemudian melihat Diavel mulai melanjutkan pembahasannya untuk rencana mengalahkan bos lantai satu. Dia melihat pria berambut biru itu mengeluarkan buku catatan beta tester itu dan mulai berbicara.

Setelah itu, pertemuan dilanjutkan tanpa banyak masalah.

...

Pada malam harinya.

Setelah pertemuan diadakan, para player memutuskan untuk mengadakan pesta minum-minum di taman kota, untuk memperingati bahwa akhirnya hari ini mereka bisa maju.

Walaupun, meski ini dibilang pesta, para player yang ikut tidak sebanyak itu dan yang mereka lakukan meminum-minum alkohol murah yang mereka pesan lalu mengobrol untuk memperdalam hubungan.

Amakusa tentu saja ikut dengan acara ini.

Setelah penampilannya yang berani untuk maju ke panggung dan berdebat dengan Kibaou, banyak player yang mengagumi dirinya dan ingin berteman dengannya.

Ngomong-ngomong apa yang dia minum saat ini adalah jus jeruk.

Karena dia sudah cukup umur dan mempertimbangkan bahwa ini adalah dunia virtual, dia boleh saja ikut meminum alkohol tetapi dia dilarang oleh Diavel dan kelompoknya karena mereka pikir dia masih belum cukup umur akibat tubuh Astolfo-nya yang terlihat muda.

Tapi Amakusa tidak keberatan dengan itu. Karena dari awal dia juga bukan seorang pecandu alkohol.

'Hanya saja, kenapa aku harus menghadapi dia dari semua orang? Bukankah kau seharusnya membenciku, Kibaou-kun?' (Amakusa)

"I-Ini tidak seperti aku ingin bersulang dan berteman denganmu! Hanya saja karena kita akan bertarung bersama, kita tidak boleh bermusuhan! Maka dari itu aku mendekatimu. Itu saja!" (Kibaou)

Bibir Amakusa tidak bisa berhenti berkedut ketika dia melihat Kibaou mengatakan itu di depan wajahnya.

Jika ini adalah gadis cantik, Amakusa mungkin akan senang dengan itu karena mereka lucu. Tetapi bagaimana jika lelaki seperti Kibaou yang mengatakan itu?

Amakusa merasa ingin muntah.

Dia bertanya-tanya apakah memang benar ada yang salah dengan otak pria berambut landak ini.

Amakusa ingin mengeluh tapi tidak bisa. Jadi dia hanya bisa berusaha untuk mempertahankan senyumnya, se-sopan mungkin, lalu membenturkan gelasnya ke gelas Kibaou.

"C-Cheers!" (Amakusa)

Kibaou tampak lega ketika Amakusa menerimanya untuk bersulang. Dia kemudian langsung meneguk semua alkohol yang ada di gelasnya, lalu terhuyung-huyung kembali ke teman-temannya dengan wajah yang tampak sangat bahagia.

Ini seharusnya menjadi pesta, tetapi kenapa dia malah menjadi semakin lelah?

Amakusa menghela nafas.

Karena dia tidak ingin semakin lelah, dia kemudian berdiri untuk pergi ke tempat yang agak jauh agar bisa menghindari mereka.

Namun, saat Amakusa melewati sebuah gang, dia memperhatikan ada sosok berjubah yang sedang duduk sendirian, tampak sedang memakan sesuatu yang tampaknya adalah sebuah roti.

"Asuna-san?" (Amakusa)

Bukankah saat ini seharusnya adegan dimana Kirito menghampiri Asuna yang sendirian ini dan berbagi selai mentega mereka? Kenapa gadis itu malah memakan rotinya dengan sendirian?

Amakusa bingung kemana Kirito saat ini padahal sekarang waktu yang bagus untuk memajukan hubungan keduanya agar bisa menjadi pasangan di masa depan.

Amakusa memutuskan untuk bersembunyi dan menunggu Kirito datang, namun bahkan setelah Asuna memakan semua rotinya, siluet pria berambut hitam itu masih belum kelihatan.

'Kemana sih, pria itu?' (Amakusa)

Ini membuat Amakusa agak kasihan dengan Asuna, karena dia melihat gadis itu terlihat sangat kesepian.

Jadi, daripada menunggu Kirito untuk menemani dia, Amakusa memutuskan untuk maju sendiri.

Dia lalu berkata.

"Apa aku boleh duduk di sini?" (Amakusa)