webnovel

Bab 7.

Ratna kembali masuk ke aula pesta dan suasana masih meriah, lantunan lagu dari penyanyi ternama silih berganti.

Ratna sudah berada di samping suami nya, laki-laki itu sedang berbicara dengan seorang wanita.

Wanita itu terlihat sangat cantik, penampilan nya terlihat elegan, mungkin dia putri dari keluarga terpandang.

"Selamat sudah menjadi istri laki-laki hebat seperti Kak Polin." ucap wanita itu.

Wanita ini memanggil suami nya dengan sebutan nama, seperti nya mereka dekat. " Terimakasih Nona." Ratna menjawab sambil tersenyum cerah.

menunjukan bahwa ia bersyukur menikah dengan laki-laki hebat seperti yang dikatakan wanita di hadapan nya.

"Jangan sungkan, panggil saja aku Nadia." ucap Nadia.

"Baik Nona Nadia." ucap Ratna mengangguk saja.

"Kakak akan datang ke pesta? " Nadia melingkarkan tangan nya di lengan Polin.

Tidak perduli kalau laki-laki itu sudah berubah status. Terlebih juga istri nya ada di samping nya. "Kak Polin terlihat sangat tampan." ucap Nadia.

"Lepaskan tanganmu!" suara Polin

terdengar masam, Nadia buru-buru melepaskan tangan nya.

Laki-laki ini tidak pernah menggunakan nada bicara seperti itu biasa nya, apa karena ada istri di samping nya.

Tunggu, dia tidak menikah dengan wanita kampungan ini karena benar-benar mencintai nya, kan? Tidak mungkin, karena dia tahu siapa wanita yang disukai Polin sebenar nya.

Polin meninggalkan istri nya dan Nadia tanpa sepatah kata pun.

Beberapa orang menyapa dan menunduk hormat padanya, lalu mereka memasuki sebuah ruangan VVIP bersama.

Tertinggal dua orang wanita yang tidak saling mengenal.

Tunggu dasar laki-laki sialan, kenapa kau memanggilku masuk hanya untuk meninggalkanku sendirian di sini. Lebih baik aku masih duduk di taman bersama Steve tadi.

"Apa kau pikir Kak Polin menikahimu

karena mencintaimu?" ucap Nadia bicara sambil melirik tajam.

Pandangan hangat nya lenyap, sekarang mata itu seperti ingin mengiris sesuatu.

"Nona bisa menanyakan nya pada suami saya." Lagi-lagi Ratna menjawab dengan tersenyum.

"Kamu itu cuma wanita rendahan, jangan bermimpi bisa mendapatkan cinta Kak Polin." ucap Nadia. Ada apa dengan gadis ini, kenapa dia memaki tanpa alasan begitu.

Ratma juga merasa kesal, dia menarik nafas dalam berusaha menguasai diri.

"Paling tidak saat ini saya menikah dan menjadi istrinya, kan?" jawab Ratna dengan bangga.

Haha, apa aku tampak hebat. Sejujur nya aku jijik dengan semua kata-kataku.

Ratna mengucapkan kata-kata yang membuat Nadia semakin terlihat kesal.

"Kamu tahu siapa wanita yang

dicintai Kak Polin, wanita yang sudah tidur dengan Kak Polin?" ucap Nadia.

"Saya tidak tahu, tapi mungkin mulai hari ini saya yang akan lebih sering tidur dengan nya." Jawaban itu membuat wajah Nadia merah padam.

"Kau!" ucap Nadia kesal.

"Nona Nadia, saya tidak tahu hubungan seperti apa antara Anda dan suami saya. Tapi mohon kedepan nya jangan mengganggu saya." jawab Ratna.

"Apa! Jadi kau sudah besar kepala sekarang." ucap Nadia semakin kesal.

Ratna masih bisa mendengar Nadia memaki dengan bibir nya. Meninggalkan nya dengan sorot mata tajam.

Aku hanya bisa menunjukan sikap sok sombong dan tegar begini, agar orang lain tidak

menganggapku rendah.

Menikah dengan Tuan Polin sudah membuatku kehilangan harga diri. Aku tidak mau di hadapan orang lain jauh lebih parah dari ini.

Malam semakin menuju puncak nya, pesta

masih tetap berjalan. Dan semua nya berakhir pada waktu nya.

"Antar nona muda kembali ke rumah." Setelah mengucapkan perintah pada seorang sopir, Polin sendiri masuk ke dalam mobil lain.

Sekretaris Jo yang membawa mobil itu. Ratna ia melihat mobil suami nya meninggalkan tempat parkir.

Ia mengigit bibir dan mengepalkan tangan nya, memang apa yang dia harapkan.

Pesta pernikahan telah usia dan ia akan menjalani kehidupan pernikahan yang sebenar nya sekarang.

Sebuah jurang yang akan mengoyak hidup nya jika dia salah mengambil langkah.

"Saya akan mengantar Nona Muda pulang." Sopir itu membukankan pintu belakang mobil dan mempersilahkan Ratna masuk.

"Ia, terimakasih Pak. Mohon bantuan nya ya." Setelah masuk Ratna mengucapkan terimakasih. Dia duduk menatap nanar.

"Eh ia Nona Muda." Sopir muda itu menjawab gelagapan.

Ia tidak pernah mendapat perlakuan seperti ini sebelum nya dari wanita yang dekat dengan Tuan Polin. Ia melirik kaca spion melihat kursi belakang.

Ada air mata yang menetes di ujung pelupuk mata nona mudanya.