webnovel

Bab 5.

"Apa Anda serius dengan apa yang anda tanyakan?" sekertaris Jo memberikan sorot mata tidak suka.

Gadis di hadapan nya ini seperti nya benar-benar memiliki keberanian berlapis.

Sekaligus tidak tahu malu yang menggunung, apa karena keputusasaan membuat nya bersikap seberani ini.

"Ia," jawab Ratna sambil mengeryitkan bibir nya. Sok imut.

"Asalkan Anda bisa melakukan nya tanpa tuan muda tahu, saya rasa tidak apa-apa. Tentu saja, jangan sampai orang lain juga tahu. Lakukanlah dan sembunyikan dengan rapat, jangan sampai tercium baunya sekali pun." Nada suaranya berubah.

Tegas, seperti memberi peringatan. Jangan membuatku susah untuk membereskan masalahmu. Begitu sekertaris Jo dalam pikiran nya.

"Benarkah? Wah ini sungguh berita mengembirakan." Ratna berusaha mempertahankan cara nya bicara. Agar bibir nya tidak bergetar.

"Tapi saya peringatkan Anda terlebih dahulu Nona, kemarahan tuan muda sangat sulit untuk dihadapi. Jadi saya harap Anda bijak dan berhati-hati mengambil sikap." ucap sekertaris Jo.

"Baik," jawab Ratna tersenyum riang.

'Apa! Dia menunjukan senyum keputusasaan yang ia bungkus dengan ceria lagi. Kau benar-benar hebat. Kalau orang lain, wanita lain pasti sudah gemetar ketakutan, bahkan tidak akan punya keberanian untuk hanya berakting sok tegar.' gumam sekertaris Jo.

Sekretaris Jo mengeluarkan sebuah kartu. "Ini kartu kredit tanpa batas, Anda bisa mengunakan nya untuk membeli apa pun. Tapi saya sarankan bijaksanalah dalam menggunakan nya, karena bisa saja nanti tuan muda akan meminta pertanggungjawaban Anda dan menanyakaan uang yang sudah Anda pakai untuk apa." ucap sekertaris Jo.

"Baiklah, terimakasih, saya akan memakai nya dengan penuh syukur dan rasa terimakasih." Ratna mengambil kartu itu dan meletakan nya di hadapan nya.

"Apakah saya bisa membeli rumah dengan kartu ini?" tanya Ratna.

"Saya sarankan Anda tidak melakukan nya Nona." Suara Sekretaris Jo terdengar kembali tegas, lagi-lagi memberi peringatan. Jangan buat masalah.

"Haha, aku hanya bercanda Sekretaris Jo. Wajahmu berubah panik" ucap Ratna sambil tersenyum.

Han tersenyum kecut, tidak senang. Dia sebenar nya tidak terlalu suka dengan calon istri tuan nya ini.

Darri awal sejak Polin membuat keputusan, karena dia tahu alasan apa yang mendasari keputusan nya memilih Ratna.

Wanita yang sama sekali bukan tipe nya ini untuk menjadi istri.

Hanya sebagai pelarian, hanya sebagai sarana balas dendam.

Karena ia tahu, ialah yang paling direpotkan kalau kedepan nya ada masalah yang timbul.

"Apa Anda sudah punya kekasih Sekretaris Jo?" Ratna kembali menyeruput minuman nya.

"Maaf Nona, saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang sifatbnya pribadi kepada saya."

"Kalau begitu apakah Anda mau menjadi kekasih saya?" ucap Ratna dengan konyol, Wajah Sekretaris Jo sudah merah padam.

Ia mengepalkan tangan karena marah, wanita di hadapan nya ini sudah sangat lancang.

"Haha, saya hanya bercanda Sekretaris Jo, jangan dibawa serius." Tawa kecil masih ada di mulut Ratna saat ia menghabiskan minuman nya.

Sekretaris Jo mengatur nafas nya secara perlahan.

Bagaimana ia bisa hampir saja termakan emosi oleh kata-kata wanita di depan nya membuat nya kesal sendiri.

Padahal, biasa nya ia adalah orang yang sangat tidak mudah terpancing dan bisa dikatakan ia manusia tanpa ekspresi.

"Nona kedepan nya saya harap Anda berhati-hati dengan apa yang Anda katakan, terlebih ketika berada di lingkungan tuan muda. Bisa saja apa yang Anda anggap hanya bercanda akan ditafsirkan serius oleh tuan muda. Dan Anda sendirilah yang akan menanggung akibat nya. Sekali lagi saya mengatakan ini bukan karena saya perduli kepada Anda. Saya tidak perduli apakah Anda akan hidup atau mati setelah masuk ke dalam rumah Tuan

Polin. Yang saya pentingkan hanyalah semua yang ada di sekeliling Tuan Polin harus berjalan sebagaimana semesti nya." ucap sekertaris Jo dengan tegas.

Ratna menelan ludah nya, hati kecil nya sudah menciut mendengar kalimat panjang itu.

Itu adalah bukti, laki-laki di hadapan nya ini sama sekali tidak perduli kepada nya. Hidup ataupun mati.

"Baik Sekretaris Jo, terimakasih atas nasehat nya, saya akan lebih berhati-hati dengan apa yang akan saya ucapkan." jawab Ratna dengan sedikit panik.

"Kalau begitu sekarang saya akan pergi. Silahkan Anda pelajari dan hafalkan apa yang sudah saya tulis di lembaran itu. Untuk persiapan pernikahaan akan ada utusan yang menjemput Anda nanti, untuk persiapan pakaian dan lainnya. Jadi saya harap Anda tidak melakukan aktifitas apa-apa dan hanya menunggu di rumah Anda." ucap sekertaris Jo.

"Baik." jawab Ratna yang langsung terdiam.

Ratna berdiri ketika Sekretaris No sudah mau beranjak.

"Terimakasih untuk semua nya." ucap keduanya dan mereka saling menundukan kepala.

Ratna terduduk kembali di kursi nya dan menatap lembaran demi lembaran di tangan nya, lalu beralih pada kartu tanpa batas di samping nya.

Tak terasa ada kristal bening yang tak bisa ia bendung jatuh. Ia sudah kehilangan arti kehidupan yang sesungguh nya mulai hari ini.