webnovel

Bab 2.

Ratna duduk sambil merapikan rambut dan pakaian nya.

Ia mengerutkan alis nya berulang-ulang, dan ia melatih pipi nya untuk tersenyum.

Apa pun yang terjadi, yang ia lakukan adalah cukup tersenyum.

Tersenyum, sambil melangkah ke lubang hitam yang dasar nya tidak ia ketahui.

Pintu terbuka, sekretaris yang tadi menjemput nya itu muncul. Disusul dengan sosok laki-laki tampan namun sangat dingin.

Perawakan laki-laki itu sungguh sempurna, Ratna berdiri dari duduk, meremas jemari nya.

Laki-laki itu memiliki aura yang kuat. Ini kali pertama nya ia bertemu dengan calon laki-laki yang akan menjadi suami nya.

Entah karena apa, dia sudah merasa sekujur tubuh nya gemetar.

Bahkan langkah kaki laki-laki itu memasuki ruangan sudah mengintimidasi nya.

"Silahkan Tuan." ucap sekertaris Jo.

Sekretaris itu menarik kursi, dan laki-laki itu duduk dengan sikap yang sangat angkuh.

Sekretaris Jo meletakan amplop besar berwarna coklat di atas meja, dan Ratna menatap benda itu.

'Apa itu surat perjanjian pra nikah?'

Dia bergumam sendiri. Dia sudah menyiapkan hati nya untuk kemungkinan terburuk yang bisa terjadi pada pernikahan nya.

Ini hanya sebuah pernikahan untung dan rugi, ayah nya telah menjual nya untuk melunasi semua hutang perusahaan.

Dia tahu, bahwa dia tidak punya harga diri lagi di hadapan calon suami nya.

"Bacalah! itu peraturan yang harus kamu taati saat menjadi istriku," dia melemparkan map besar itu di hadapan Ratna dengan tangan nya.

Perlahan Ratna meraih amplop itu dan sejujur nya walaupun dia terlihat tenang, namun dada nya berdetak sangat kencang.

Ia menghembuskan nafas dengan pelan agar fikiran nya tetap bisa fokus.

'Apa ini?' guman nya.

×××××

Pihak pertama : Polin Kusuma

Pihak Kedua : Ratna Melinia

Peraturan yang berlaku selama pernikahan adalah pihak pertama memiliki aturan yang harus dipatuhi oleh pihak kedua.

×××××

Rarna mencoba mencerna tulisan yang ada di depan nya.

Satu kalimat panjang itu sudah mewakili semua nya. Bahwa ia bukan apa-apa, ia hanya harus patuh tanpa bicara sedikitpun.

'Apa maksud nya ini, apakah ini arti nya dia adalah aturan hidup yang harus aku patuhi selama pernikahan berlangsung. Kata-kata nya adalah titah. Begitu? Apa dia pikir dia itu kaisar.' gumam Ratna dan Seluruh bulu kuduk Ratna merinding.

Karena menyadari laki-laki di hadapan nya memang bisa melakukan apa pun yang ia mau.

"Maaf, boleh saya bertanya maksud dari aturan ini?" ucap Ratna.

Polin menatap wanita yang akan menjadi istri nya ini dengan tajam.

"Artinya, patuhi semua apa yang aku katakan." Setelah mengucapkan kalimat pendek itu, bibir nya menyeringai.

"Apa bisa Tuan menjelaskan apa saja itu? agar saya tidak melakukan kesalahaan kedepan nya." balas Ratna dengan tersenyum.

Dia menahan hati nya yang bergejolak dengan berwajah ceria.

Sekilas Ratna bisa melihat Polin terkejut dengan kata-kata nya, bibir nya terlihat tersenyum samar dengan sinis.

"Keluarkan hpmu!" ucap Polin, kemudian Ratna menuruti kata-kata Polin.

"Catatlah. Peraturan pertama jangan pernah mencampuri urusan pribadiku. Apa pun itu, termasuk hubunganku dengan wanita lain." ucap Polin.

"Baik." jawab Ratna.

Polin kemudian menatap lurus wanita di depan nya, yang masih mencacat dengan cepat di hp nya.

Gadis ini tidak terlihat terkejut dengan aturan pertama yang ditulis nya.

"Yang kedua, lakukan kewajibanmu dan peranmu sebagai istriku tanpa banyak bicara." lajut Polin.

"Baik." jawan Ratna sambil menatap Saga. "Apa hanya ini Tuan?" lanjut Ratna.

'Gadis ini benar-benar sedang menantangku seperti nya' gumam Polin menatap tidak suka.

"Maaf, apa saya boleh menanyakan sesuatu?" tanya Ratna.

"Katakan." Polin menjawab acuh.

"Apa saya bisa tetap melakukan pekerjaan saya seperti biasa nya?" tanta Ratna.

"Aku tidak perduli dengan pekerjaanmu, lakukan sesukamu. Yang harus kamu lakukan adalah menjaga sikapmu di luar sana, jangan sampai beredar gosip yang bisa menghancurkan nama baikku. Ingatlah, aku bisa membantu keluargamu bertahan hidup, tapi aku juga bisa membuat nya hancur berkeping seperti remahan debu." jawab Polin dengan dingin.

Ratna menelan ludah nya. Benar, seperti inilah watak asli laki-laki di depan nya.

Ternyata rumor berhati dingin itu sungguh benar ada nya.

"Baik Tuan saya akan patuh menjadi istri Anda dan menjalankan semua aturan yang Anda buat. Terimakasih atas semua kebaikan yang Tuan berikan kepada keluarga saya, saya akan membayar nya dengan jiwa dan raga saya." jawab Ratna dengan hati yang hancur.

Ya Tuhan apa yang sudah kukatakan, aku pasti sudah gila. Bagaimana kata-kata keputusasaanku bisa keluar dengan sangat indah.

"Seperti nya kau sudah tau harus melakukan apa." ucap Polin.

Ratna tersenyum. "Terimakasih atas pujian nya Tuan."

"Siapa yang memujimu?" ucap Polin memaki dengan sorot mata nya.

"Aku sedang menghina harga dirimu. Haha, aku tahu, kamu bahkan tidak punya harga diri." lanjut Polin.

Makanan dan minuman datang saat pembicaraan mereka telah selesai. Sekretaris Jo masuk, lalu membisikan sesuatu di telinga Polin.

Setelah nya Polin terlihat sudah tidak akan meneruskan makan nya.

Karena melihat Polin bangun dari duduk, Ratna ikut reflek bangun dari kursi nya.

"Anda akan pergi Tuan? tidak makan dulu. Sudah banyak sekali makanan di meja." ucap Ratna.

Polin menghentikan langkah kaki nya. "Kau bisa menghabiskan semuanya?" tanya Polin mengejek.

"Tidak Tuan ini banyak sekali." Ratna mengedarkan pandangan nya pada makanan di atas meja.

"Kalau begitu, kenapa tidak kau bawa pulang dan ajak keluargamu makan." ucap Polin tersenyum.

Tapi senyum itu berarti merendahkan, ia menarik bibir nya dengan sinis.

"Baiklah, terimakasih atas makanan nya Tuan Polin, semoga hari Anda berjalan dengan baik." ucap Ratna dengan sedih.

Ratma menundukan kepala nya sampai laki-laki dan sekretaris nya tadi menghilang di balik pintu yang tertutup.

Setelah nya ia langsung terkulai lemah, terduduk di lantai.

'Aku sangat hina di mata calon suamiku.' gumam Ratna.

Ratna pulang dengan membawa semua makanan yang tadi dipesan.

Bukankah Tuan Polin memerintahkan nya untuk membawa semua makanan itu pulang.

Tubuh nya masih gemetar, ada air mata menetes di pelupuk mata nya saat ia memasuki taksi.

Taksi kemudian bergerak pergi memecah jalanan kota.