webnovel

Sang Raden

"Terakhir yang aku ingat, aku tersesat lalu pingsan dekat makam di tengah hutan. Saat aku membuka mata, aku sudah berada di tempat asing antah berantah...." Kirana... Seorang gadis kota yang terjebak masuk kedalam alam lain yang bernama Negeri Negaran. Ketika Kirana sadar dari pingsannya, ia bangun dalam keadaan yang berbeda. Dari baju yang ia kenakan, gaya rambutnya, semua berubah. Orang-orang di Negaran memanggil dan mengenal Kirana dengan nama Nyimas Sekar. Nama asing yang belum pernah Kirana dengar sebelumnya. Nyimas Sekar sebenarnya sudah mati, kini raga dan wujudnya digantikan oleh Kirana. Gadis kota yang tidak tau apa-apa itu harus menggantikan posisi Sekar dan mengemban tugas untuk merawat seorang calon raja yang sekarat. Kirana berusaha mencari jalan pulang, namun ia malah terjebak semakin dalam, hingga Kirana harus mempertaruhkan nyawanya demi Raden Sastra, calon raja Negaran. Meskipun Kirana tidak mengerti bagaimana cara kehidupan orang masa lampau, tapi ia mencoba untuk beradaptasi, dari cara berpakaian, pekerjaan dan pola makan. Namun semakin lama Kirana semakin dalam masuk ke permasalahan yang ada disana, hal terberat adalah posisi dimana saat terjadi perang antara Raden Sastra dan Pamannya untuk berebut kekuasaan sebagai Raja. Kirana harus menyelesaikan tugasnya, supaya ia mendapatkan jalan kembali ke dunia nyata.

Nimas_3462 · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
369 Chs

Menyusun Rencana

Semua sudah terencana dengan matang, kemarin Dila sudah meminta ijin cuti untuk besok, dan Mesi berencana akan meminta ijin cuti juga untuk besok. Jadi mereka berdua cuti di hari yang sama, hanya ijinnya yang berbeda. Pak Retno atasan mereka tipe orang yang sangat teliti, jika Mesi dan Dila meminta cuti bersamaan, pak Retno pasti bakal curiga.

Mesi dan Dila bekerja seperti biasa, meskipun angan mereka sudah melayang kemana-mana. Membayangkan besok mereka akan menerobos masuk ke dalam hutan untuk mencari Kirana sudah terbayang agak menyeramkan, ada ketakutan dalam hati mereka berdua, tapi demi sahabat tercinta, mereka akan berusaha dan menangkis semua keraguan dan ketakutan yang ada.

"Gimana Mesi, kau mendapatkan ijin dari pak Retno?" tanya Dila agak berbisik.

"Iya. Aku dah dapet ijin dari pak Retno" jawab Mesi dengan senyum lebarnya. "Oh iya, katanya kamu mau Googling dan membuat peta untuk perjalanan kita. Gimana, apa semuanya sudah beres?" ucap Mesi agak berbisik juga.

"Yap, kau jangan khawatir. Aku sudah menyuruh seseorang untuk mengurusnya, nanti sore aku ambil sekalian pergi ke kosanmu" jawab Dila sambil sesekali matanya melirik ke sana kemari memastikan tidak ada orang yang mendengar obrolan mereka.

"Okay..." gadis berbulu mata lentik itu mengedipkan salah satu matanya.

"Apa yang sedang kalian bicarakan? Bukannya ini masih jam kerja!" ucap seseorang mengejutkan kedua gadis itu, keduanya sontak berbalik menatap pria yang sedang menatap tajam ke arah mereka berdua.

"Hehe. Pak Retno" Dila mengeluarkan senyum manisnya.

"Apa? Sudah sana kembali bekerja! Jika tidak, maka ijin cuti kalian berdua akan saya cabut!" pak Retno mengancamnya dengan nada tegas.

"I... Iya pak, kami akan kembali bekerja dan akan melakukan tugas sebaik mungkin. Tapi kami mohon jangan cabut cutinya ya pak, please" Mesi menatap dengan wajah memelas sedangkan Dila mengangguk dengan kencang.

Mereka tau kalau sekarang ini mereka sedang menghadapi pria yang tegas dan juga galak, pak Retno menatap Dila dan Mesi dengan ekspresi yang datar tanpa menjawab permohonan dari mereka berdua. Merasa kalau orang dihadapannya itu mulai kesal, kedua pemudi itu langsung berpamitan dan kembali ke posisi kerjanya masing-masing dengan langkah yang buru-buru.

Pak Retno membuang nafas panjang, ia kembali melangkah menuju ke ruangannya yang dingin. Setelah membuka beberapa kancing baju kemeja, pak Retno menyadarkan diri ke bangku kerjanya. Mata sayu menatap ke langit-langit ruangan, bayangan dimana Kirana tersenyum ceria kini bergelayut di angannya.

"Kirana... Sebenarnya kau dimana? Bagaimana kondisimu saat ini? Apakah kau masih hidup atau..." bisiknya dalam hati.

*****

Tanda bahwa jam kerja telah usai, Mesi dan Dila bergegas menyelesaikan tugasnya. Kemudian mereka berdua buru-buru pulang, karena mereka masih harus menyiapkan perbekalan untuk pergi ke hutan besok.

Satu persatu karyawan telah meninggalkan tempatnya, kali ini Dila dan Mesi memutuskan untuk naik ojek saja. Biasanya mereka pulang pergi menggunakan mobil antar jemput yang telah disiapkan oleh PT, tapi demi mempersingkat waktu, kedua gadis itu memutuskan untuk naik ojek.

"Dila, setelah ini aku akan berbelanja untuk bekal besok" ucap Mesi saat mereka berjalan menuju pangkalan ojek.

"Oke. Dan aku akan mengurus petannya" jawab Dila.

Merekapun berpisah di pangkalan ojek dan berpencar sesuai tugas masing-masing, sampai nanti mereka akan bertemu lagi di kosan Mesi. Dalam waktu yang singkat ini mereka harus menyiapkan semuanya sebelum lokasi itu di tutup oleh pihak PT.

***Kosan Mesi***

Kedua gadis itu sibuk menunjuk-nunjuk peta sambil merencanakan jalur mana yang akan mereka lalui, ada dua pihan, yang pertama jalur Utara dan yang kedua adalah jalur barat. Jalur Utara letaknya agak jauh dari PT, sebenarnya lebih aman, resiko untuk ketahuan lebih sedikit jika mereka lewat sana. Namun dari jalur Utara sampai ke lokasi pencarian Kirana jaraknya terlalu jauh, waktu mereka tidak akan cukup jika harus berjalan kaki sejauh itu.

Kemudian Dila dan Mesi beralih melihat jalur barat, letaknya berada di sekitar pemukiman warga dan hanya 350 meter dari PT. Tapi apa boleh buat, cuma jalur ini yang paling dekat daripada harus lewat Utara.

"Tapi kita harus diam-diam masuk ke hutan tanpa ketahuan, Mesi" ucap Dila menatap Mesi lekat.

"Aku tau... Oleh sebab itu besok kita akan pergi sebelum subuh, kita akan datang lebih awal sebelum PT dibuka dan para polisi itu datang" jawab Mesi dengan tegas.

"Ya, kamu benar" Dila manggut-manggut.

"Baiklah Dila, karena besok kita akan berpetualang dan menjelajah, maka sebaiknya kita pergi istirahat sekarang, jangan sampai kita bangun kesiangan!" Mesi menutup kembali petanya dan menyimpan di ransel yang akan dibawa besok.

Setelah berdiskusi, mereka kembali memeriksa keperluan yang akan dibawa besok dan mengumpulkannya di pojok kamarnya. Setelah memastikan bahwa sudah siap semuanya, Mesi dan Dila bergegas menuju tempat tidur.

Seharusnya malam ini kedua gadis itu beristirahat untuk perjalanan besok, tapi keduanya terlihat tidak tenang. Berkali-kali Mesi berbalik ke kanan dan ke kiri membetulkan posisi tidurnya, sedangkan Dila merasa kesal karena Mesi tidak mau diam.

"Aduh Mesi! Bisa diam gak si?" protes Dila yang kemudian terduduk melirik Mesi kesal.

"Aku nggak bisa diem, dan aku juga gak bisa tidur!" jawab Mesi ikut duduk dengan tampang yang lesu. "Emang kamu dah tidur barusan?" tanya Mesi.

"Belum sih... Aku juga gak bisa tidur" jawab Dila memanyunkan bibir tipisnya.

"Huuu.... Kamu aja gak tidur kok!" protes Mesi. Ia pikir Dila sudah lelap dan terganggu dengan gerakannya, tapi ternyata Dila juga belum tidur dari tadi.

"Aku kepikiran besok" ucap Dila menatap kosong ke depan.

"Aku juga... Sebenarnya aku begitu tegang dan nervous"

Keduanya kemudian termenung dengan bayangannya masing-masing. Sampai kemudian tiba-tiba Dila terpekik, matanya terbelalak dan kedua tangannya memegangi pipi chubbynya.

"Gimana kalau di hutan itu tiba-tiba ada harimau" ucap Dila terkejut dengan pikirannya sendiri.

Mesi yang tegang melihat Dila jadi kesuh kesal, ternyata Dila terpekik karena sedang membayangkan hal seram. "Dasar kau ini! Mana ada di hutan itu ada harimau! Yang ada paling juga babi hutan!" jawab Mesi.

Keduanya kembali terdiam terkejut mendengar babi hutan, Mesi yang mengucapkannya juga ikut terhenti kerena terkejut dengan ucapannya sendiri.

"Babi hutan! Hiks" ucap keduanya serempak.

Mereka kembali menjangkau ponselnya masing-masing, mencari dan membaca artikel di internet tentang bagaimana cara menghadapi babi hutan. Buat jaga-jaga aja besok, semisal beneran ketemu dengan babi hutan, setidaknya Mesi dan Dila sudah mengetahui cara menghadapinya.

Tidak terasa malam semakin larut, dan mereka masih sibuk membaca artikel. Dila dan Mesi langsung menyimpan kembali ponselnya kemudian berusaha untuk tidur.