webnovel

Sang Pembunuh Bayaran

Mercury adalah seorang pembunuh bayaran yang seperti hantu. bekerja sendiri. bahkan tak ada yang tahu identitasnya. membunuh tanpa ada yang menyadari, korbannya kebanyakan adalah para pelaku kejahatan yang memang ditarget untuk membalas dendamnya. tetapi ada seorang agen intelejen mencium identitasnya. terobsesi menangkapnya. agen intelijen itu adalah Ambrosia. dalam situasi yang tak terduga Ambrosia malah jatuh cinta pada Marvin. sosok sebenarnya dari Mercury. Ambrosia yang belum mengetahui identitas asli Mercury tak menyadari bila Marvin kekasihnya adalah Mercury sang pembunuh bayaran yang selama ini dikejarnya. akankah Mercury akhirnya tertangkap? bagaimanakah kisah cinta keduanya?

erica22 · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
11 Chs

Amy

"bos.. bagaimana dengan Ambrosia? kau berhasil merebut hatinya?" Tanya Indra ketika melihat Marvin hanya tersenyum memandangi layar HP.

"a.. aaah.. apa.. sih"

"gimana? Kalau bos gagal. Biar aku yang maju" kata Indra. Marvin menjitak kepala Indra.

"auwww… sakit" Indra mengadu.

"su.. su.. sudah kukatakan, carilah wanita sebayamu. Ja.. ja.. jangan yang lebih tua" kata Marvin.

Tiba-tiba pintu toko terbuka. Seorang gadis cilik dengan wajah senang masuk menghampur kearah Indra dan Marvin.

"uncel bear.. kakak Indra… " sapa Amy

"hei Amy.." jawab Indra

"Amy.. a.. a.. apa yang kau lakukan di sini, i… i.. inikan masih jam sekolah?" Tanya Marvin mengecek jam dinding masih menunjukan jam 10 pagi.

"sekolah kan daring, Uncel" kata Amy cemberut

"tapikan ini masih waktunya kelas daring?" kata Marvin protes

"nih.. letop Amy eror.. jadi Amy g bisa sekolah daring" kata Amy menyerahkan letopnyanya.

"sini biar kakak Indra cek ya.." kata Indra menerima letop Amy dan memeriksanya.

"Uncel.. kapan lagi Uncel mau mengajak aku ke taman bunga?"

"ne.. ne.. next time baby.." jawab Marvin, Amy menggelayut manja pada Marvin.

"sudah lama banget Uncel tidak mengajak Amy ke taman bunga"

"oh.. ya?"

"heem.. Uncel punya pacar ya? Setiap Uncel punya pacar Amy pasti tidak diperhatikan lagi deh" kata Amy memprotes. Apa lagi Marvin hanya memperhatikan HP ketika berbicara dengannya. Marvin meletakan gawainya. Lalu tersenyum manis pada Amy. Gadis kecil yang sudah menganggapnya sebagai pamannya sendiri.

Marvin mengingat setahun lalu ketika Amy masih kelas 6 SD. Waktu itu gadis cilik itu bersama sang ibu yang sedang mengunjungi taman bunga. Marvin sedang membuntuti dan mengawasi kebiasaan calon korbannya sebelum dieksekusi. Terjadi insiden. Karena rasa ingin tahu, Amy mencoba menyentuh sebuah jenis tanaman yang beracun. tanda peringatan dan pembatas dia lewati hingga racunnya langsung bereaksi ketika terkena kulit, akibat yang ditimbulkan racun tanaman itu adalah kulit terasa tersengat dan terbakar bahkan ada yang sampai mengancam nyawa. Marvin yang mengetahui Amy terkena racun tanaman langsung bertindak sigap menyelamatkannya.

Amy mengalami luka yang cukup parah. Sebagai pertolongan pertama Marvin berhasil memberikan penawar racun tanaman itu. kebetulan dia selalu siap membawa penawar racun sehingga Amy bisa disembuhkan. Sejak itu Amy dan Marvin menjadi akrab. Amy sudah menganggap Marvin sebagai pamannya sendiri. Dan Marvin juga melihat Amy seolah keponakannya sendiri. Amy sangat manja pada Marvin. Setidaknya rutin setiap weekend keduanya mengunjungi taman bunga bersama, bahkan kedua orang tua Amy sampai percayakan anaknya bila keluar dengan Marvin. Mereka tahunya Marvin sosok pria baik-baik. Memang hampir setiap orang yang mengenal Marvin selalu melihat dia sebagai orang baik dan menyayangi anak kecil. Terkadang Marvin membagikan uang atau makanan untuk anak-anak jalanan yang ditemukannya di jalanan.

Marvin suka berkeliling dan mencari info tentang target-targetnya maupun pihak yang membayarnya. Dengan cara mencari info dari berbagai hal yang bisa ditemukannya di lingkungan. Amy kebetulan adalah anak dari Mario Jones ketua dari mafia rusia, Red Rose. Marvin menyadarinya dan terkadang memanfaatkannya untuk bisa mengawasi tingkah pola Mario. Marvin mengetahui Mario sedang frustasi mencari keberadaannya. Padahal terkadang dia diminta datang ke rumah Mario untuk memperbaiki letop atau PC di rumah Amy.

Amy merasa kesepian dan bila bosan dia kan mengunjungi toko letop Marvin untuk bermain. Amy suka menghabiskan waktu datang ke toko kecil itu. ibunya yang sibuk dengan kegiatan sosial, sementara ayahnya yang sibuk berbisnis sering membiarkan apa yang dilakukan anaknya dan sedang kemana saja. Marvin terkadang menyelipkan penyadap di HP atau letop Amy untuk mengawasi aktivitas ayahnya.

"le.. le… letopnya biar diservis kakak Indra, A.. a.. Amy pulang saja ya. Biar diantar Uncel" ajak Marvin menggiring gadis itu agar pulang. Karena Marvin khawatir Mario akan datang dan menyelidikinya. Dia berfirasat anak buah Mario sering terpergok sedang mengawasi tokonya.

"tapi kita makan es cream dulu ya Uncel Bear." Pinta Amy manja

"o… o.. oke. Es cream Su.. su.. sundae untuk Amy" kata Marvin

"Asiiiiik. Thank's Uncel"

Marvin membukakan pintu mobil untuk Amy dan mempersilahkan gadis cilik itu masuk dengan riang. Lalu keduanya meluncur ke sebuah kedai es cream. Amy kegirangan ketika seorang pelayan mengantar semangkuk es cream Sundae yang dibelikan Marvin. Seorang wanita cantik tiba-tiba datang menepuk punggung Marvin.

"hei Marvin.. apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Ambrosia ketika tak sengaja melihat Marvin dan menyapanya.

"hei… a.. a.. aku menemani ponakanku makan es cream" kata Marvin menunjuk Amy yang sedang asik menikmati es creamnya. Gadis cilik itu tampak tak menyukai Ambrosia.

"cantik sekali.. jangan-jangan wanita ini yang membuat Uncel jarang ngajak aku jalan lagi" pikir Amy cemburu.

"hei.. cantik siapa namamu?" Tanya Ambrosia menyapa Amy ramah. Tetapi Amy tak menggubrisnya.

"a.. a.. Amy.. kok gitu?" tegur Marvin

"Uncel sudah menyebut namaku tuh" celetuk Amy dengan wajah cemberut.

"ooh Amy.. cantik banget namanya" Ambrosia menyadari bila Amy sangat terganggu dengan kehadiranya.

"ja.. ja.. jangan begitu.." ujar Marvin menegur sikap sinis Amy. Amy semakin kesal tetapi dia memang sangat menghormati Marvin sudah seperti pamannya sendiri. Jadi Amy diam saja sambil menatap es cream yang mulai meleleh.

"ah.. sudahlah.. tidak apa. Ya sudah aku tinggal dulu ya.. ada kasus yang harus aku tangani, bye" Ambrosia berlalu dengan meninggalkan senyuman manis yang membuat Marvin semakin terpesona. Sementara Marvin masih tertegun Amy memukul tangan Marvin sehingga pria gagap itu merubah fokus pada gadis kecil dihadapannya.

"Uncle…" Amy cemberut marah.

"eh.. iya ha.. ha.. habiskan es creamnya, lalu nanti Uncel antarakan pulang ya"

"No way.. aku mau nonton bioskop, uncle temani Amy nonton ya" pinta Amy

"kayanya Uncle tidak bisa. Next time saja deh"

"no.. no.. no.. harus sekarang. Pokoknya Amy mau uncle bear temani Amy sekarang nonton bioskop" rengekan Amy membuat beberapa pengunjung kedai es cream memperhatikan keduanya.

"ja… ja,.. jangan teriak-teriak. Di.. di.. dilihati orang malu"

"biarain pokoknya Amy mau nonton bioskop dengan uncle"

"oke.. oke.. fine kita nonton bioskop se.. se.. sekarang" marvin terpaksa mengikuti mau gadis manja itu. Amy tersenyum puas, akhirnya setelah menghabiskan es creamnya. Keduanya bergegas menonton bioskop.

Suasana bioskop cukup ramai. Ada pemutaran perdana film horor yang sudah dinantikan penggemarnya.

"aku mau nonton film horror uncle" kata Amy bersemangat

"me.. me.. mending nonton film kartun animasi sajalah" sanggah Marvin

"film horror!" pinta Amy. Sebelum gadis manja itu berteriak lagi Marvin mengiyakan lalu membeli dua tiket film horror. Setelah membelikan pop corn dan cola untuk Amy. Marvin menggandeng Amy memasuki studio 1tempat film horror diputar. Semenit kemudian keduanya sudah duduk menikmati film. Sepanjang pemutaran didominasi ketegangan dan kengerian penonton. Begitu pula dengan Amy yang sepanjang penayangan film menyembunyikan wajahnya di balik punggung Marvin. Pria itu tertawa kecil setiap Amy menarik lengannya untuk bersembunyi.

"su… su.. sudah aku bilang mending nonton kartun animasikan"bisik Marvin pada Amy.

"uncle.. ayo kita pindah studio yang mutar film kartun animasi saja." Pinta Amy.

Marvin tersenyum dan mengusap kepala Amy dan berbisik.

"oke.. a.. a.. ayo kita keluar"

Ketika keduanya hendak beranjak dari kursi. Tiba-tiba ada suara tembakan memberondong membuat seisi studio histeris dan ketakutan. Marvin menarik Amy merangkulnya dan mengajaknya merunduk untuk menghindari tembakan dari sekelompok orang bersenjata.

"nyalakan lampunya!" perintah pimpinan kelompok teroris itu. setelah lampu menyala, tampak delapan orang bersenjata memakai penutup wajah menguasai studio. Pria yang menjadi pemimpin kelompok itu maju mendekati kursi terdepan dengan mengacungkan senjatanya.

"perhatian. Ini penyandraan. Harap semua duduk kembali ke kursinya dengan tenang." Pengunjung bioskop kembali duduk dengan ragu.

"bila kita bisa bekerja sama. Tidak ada yang perlu terluka" kata pimpinan kelompok itu lagi.

"apa yang kau inginkan" seorang pengunjung memberanikan diri berbicara.

"aku hanya ingin kalian tetap duduk tenang di kursi kalian masing-masing. Sampai rekanku di luar sana memberi kode bahwa keinginanku dipenuhi pemerintah. Aku akan pergi dengan tenang tidak ada yang perlu terluka di sini oke"

"bila pemerintah tidak memenuhinya bagaimana nasib kami?" Tanya pengunjung lain.

"maka kami terpaksa memberondong kalian dengan senapan ini" kata salah satu teroris menodongkan moncong senapannya pada si penanya. Suara histeris pengunjung memaksa teroris itu mengeluarkan tembakan peringatan ke udara.

"apa yang kau inginkan" kata seorang anak yang duduk di kursi depan

"aku ingin rekan kami Usman yang ditahan dibebaskan. kami sudah mengirim pesan pada pemerintah. Sampai jam 2 siang ini bila tidak dibebaskan maka kalian semua tinggal nama" jawab pimpinan kelompok teroris itu.

"oke sudah jelaskan. Jangan ada yang berani mencoba lari pasti aku tembak" kata teroris lainnya.

"Amy se.. se.. sembunyi saja di bawah, bi..bi..biar mereka hanya melihat uncle" bisik Marvin. Amy yang ketakutan dan menangis itu diminta tenang dan menurut bersembunyi di bawah kaki Marvin. Tak lupa Marvin memberi Amy sepasang headset ditelinganya agar lebih tenang. Diputarkan lagu kesukaan Amy.

Marvin membuka dompetnya perlahan. Agar tidak menimbulkan kecurigaan para teroris. Di dalam dompet itu dia menyimpan 5 jarum yang sudah dilumuri racun dari tanaman acokanthera. Dia memang selalu menyiapkan senjata yang tersembunyi. Dengan gerakan cepat tiga jarum berhasil dilemparkan pada 3 teroris dan jatuh. Membuat teroris itu pingsan dan lumpuh seketika. 2 lagi dia lempar tepat mengenai dua teroris lain. Sisa tiga orang teroris lagi yang juga menyadari aksi Marvin. hingga kini Marvin menjadi sasaran tembak ketiga teroris itu. tetapi Marvin merunduk untuk menghindari tembakan. Polisi datang seketika membrondong ketiga teroris yang mengejar lokasi Marvin berlindung. Ambrosia menembak tepat kepala pemimpin teroris itu hingga situasi di studio menjadi aman kembali.

"tenang!.. sudah aman kami polisi" kata Ambrosia. para pengunjung bioskop di evakuasi dengan aman. Marvin dan Amy juga keluar dari bioskop dengan aman dan tak mencurigakan. Marvin tahu ada Ambrosia di sana. Tetapi dia menghindarnya.

"uncle itu wanita yang.." Marvin menutup mulut Amy. Ketika Ambrosia melalui mereka. Ambrosia terlalu fokus pada para teroris. Jadi tak menyadari bila ada Marvin dan Amy diantara pengunjung bioskop yang jadi korban penyandraan para teroris.

Polisi memeriksa kondisi ketiga teroris yang sudah ditembak mati dan Ambrosia dibuat heran apa yang membuat 5 orang teroris itu menggeliat sekarat dan akhirnya juga mati.

"apa yang terjadi pada mereka?" Tanya Ambrosia

"bu.. kemarilah, jarum ini menancap di leher teroris itu" kata Darius menunjukkan jarum senjata rahasia yang tadi digunakan Marvin untuk melumpuhkan teroris. Dengan menggunakan sarung tangan ambrosia mencabut jarum beracun itu berlahan. Ia mencoba mengendusnya. Lalu menyimpan dalam plastik sebagai barang bukti.

"bawa ke lab. Cek apa ada kandungan racunnya?" perintah Ambrosia pada Darius.

"jangan-jangan tadi ada Mercury di sini" pikir Ambrosia

"stop!! Seluruh pengunjung jangan ada yang boleh pergi. Ada mercury diantar mereka." Teriak Ambrosia. polisi menghalangi jalur keluar. Para pengunjung dibuat tegang kembali. Satu persatu polisi memeriksa mereka. identifikasi Identitas dan interogasi dilakukan. Tetapi Marvin sudah lebih cepat keluar dari bioskop sempat dia masuk ke ruang kontrol untuk menghapus semua rekaman cctv lalu dengan tenang menghilang diantara para medis yang datang menyelamatkan korban di lokasi.

"uncle tadi ada wanita cantik itu.." Amy bertanya saat sudah berada dalam mobil bersama Marvin.

"yes"

"mengapa uncle tadi tidak menyapanya?"

"dia sedang bekerja, aku tidak mau mengganggunya" Marvin masih merasa tegang nyaris saja identitas Mercury terungkap.

"uncle tidak gagap. Pasti sekarang sedang tegang kan? Tenang, Sudah aman tenang saja Uncel" kata Amy sambil menepuk pundak Marvin yang akan berbicara nomal bila dalam kondisi panik atau tegang. Amy sudah hafal dengan kebiasaan Marvin yang unik itu.

"aku tidak tegang" Marvin menyangkal, tetapi Amy tahu Marvin masih dalam kondisi tak tenang.

"terkadang sikap paman, seperti papa." Gadis itu menyadari tadi Marvin sempat masuk ruang kontrol. Tetapi dia tidak tahu apa yang dilakukannya.

"tadi apa yang uncle lakukan di ruang kontrol? Bukankah jelas ada tulisan hanya petugas yang boleh masuk" kata Amy mengintrogasi.

Marvin hanya melirik sekilas. Tetapi dia hanya diam tak mampu menjawab.

"Amy tahu papa Amy seorang mafia, dan Amy berpura-pura tak tahu padahal, tahu" Marvin masih fokus berkendara. Amy melepas bros kesayangannya yang selalu dipakai. Bros itu hadiah dari Marvin.

"Amy tahu uncle menyadapku dengan ini. Amy diam saja. Amy tahu juga kalau uncle punya sidejob kan"

"cukup Amy" Marvin menepikan mobilnya dan dia memperhatikan gadis kecil yang sudah dia anggap seperti keponakannya sendiri itu.

"papa pemerintahkan Leo untuk menemukan seseorang bernama Mercury. Dia seorang pembunuh bayaran yang sangat misterius. Uncle seorang yang misterius. Uncle dan Mercury adalah orang yang sama. Benar kan?" mata Amy menatap tajam pada Marvin.

"cukup main detektif-detektifannya"

"baiklah.. kalau begitu Uncle dengarkan Amy" gadis itu berubah air mukanya jadi lebih tegang.

"uncle.. Amy jatuh cinta pada Uncle. Meski Amy masih di bawah umur. Tapi uncle adalah orang yang sudah menyelamatkanku. Sejak itu aku menyukaimu"

"Amy.. jangan lagi.. stop kegilaan ini" Marvin kembali menyalakan mobil tetapi Amy menghentikannya.. gadis cilik itu dengan berani menarik tangan kanan Marvin lalu menciumnya.

"uncle selalu menolak cintaku. Tunggu saja sampai Amy dewasa nanti uncle. Amy akan menjadi istrimu" Marvin merasa geli dan aneh melihat sikap Amy yang biasanya polos kini bersikap bak wanita dewasa. Segera di tariknya tangan kanannya.

"tadi uncle sekali lagi menyelamatkan Amy dari para teroris. itu tindakan yang kesatria sekali" kata Amy kembali bersikap polos. terselip rasa bangga Marvin setelah dipuji Amy

"su.. su.. sudah dramanya my queen?" kata Marvin mengacak-acak rambut Amy.

"uncle gagap lagi" kata Amy senang. "berarti iblis yang merasukimu sudah pergi Uncle" Amy tersenyum girang. Marvin menganggukan kepala, menyalakan mobil melanjutkan berkendara.

Marvin memang memiliki gangguan yang unik. Bila dalam kondisi normal bicaranya selalu gagap. Tetapi Setiap dia tegang gagapnya malah hilang. Seakan menjadi orang lain. Amy yang sering dekat denganya menyadari kebiasaan unik Marvin.